pengembangan media video sains interaktif untuk …

15
ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar Volume 1, No. 2, Juli-Desember 2017 pISSN 2580-6890 eISSN 2580-9075 54 PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK SISWA SLB TUNARUNGU Fatimatus Zahroh 1 , Habibi 2 , dan Herowati 3 Universitas Wiraraja [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRAK Keterbatasan siswa tunarungu dalam proses pembelajaran membuat siswa kurang memahami pelajaran dengan baik sehingga diperlukannya media pembelajaran yang dapat membantu siswa tunarungu memahami materi pelajaran khususnya pembelajaran IPA. Salah satunya melalui pengembangan media pembelajaran, yaitu video sains interaktif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan media, mengetahui aktivitas siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan media video sains interaktif dan juga respon guru terhadap media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah Research & Developmet dengan memodifikasi model dari Sugiyono. Teknik pengumpulan data dari aspek kelayakan media diperoleh dari penilaian validator, aktivitas siswa diperoleh dari observasi pada saat produk di implementasikan, dan aspek respon guru dari angket. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) aspek kelayakan media dari penilaian validator ialah dari dosen IPA sebesar 94,23% kategori sangat baik dan guru IPA SLB sebesar 92,30% kategori sangat baik dan layak untuk digunakan; (2) aktivitas siswa tunarungu dalam penggunaan media video sains interaktif dengan persentase 82,9% kategori baik, aktivitas tertinggi siswa ialah mengerjakan soal dengan persentase 100% dan menurun pada aspek menyimpulkan dengan persentase 93,33%; dan (3) respon guru terhadap video sains interaktif dengan persentase 90% kategori sangat baik. Kata Kunci: siswa tunarungu, video pembelajaran, respon Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 UU No.20 Tahun 2003 menjamin bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, emosional, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Lembaga dan jenjang pendidikan khusus meliputi jenjang PAUD adalah TKLB, jenjang pendidikan dasar adalah SDLB dan SMPLB, sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah adalah SMALB. Tujuan pendidikan bagi anak tunarungu bertujuan agar anak tunarungu mengenal dan menyadari keadaan dirinya, kemudian dapat bersikap positif terhadap keadaanya (Abdullah, 2013). Angelia (dalam Pariyatin, 2014) menyatakan bahwa Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga pendidikan yang menangani dan memberi pelayanan pendidik secara khusus bagi penyandang dengan jenis kelainan tertentu. Jenis kelainan dari aspek fisik meliputi kelainan indra pendengaran (tunarungu), indra penglihatan (tunanetra), kemampuan berbicara (tunawicara), dan fungsi anggota tubuh (tunadaksa). Istilah tunarungu secara etimologi dari kata “tuna” artinya kurang dan “rungu” artinya pendengaran. Sulastri (2013) menjabarkan bahwa secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu karena mereka tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara.

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

54

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUKSISWA SLB TUNARUNGU

Fatimatus Zahroh1, Habibi2, dan Herowati3

Universitas [email protected] 1, [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Keterbatasan siswa tunarungu dalam proses pembelajaran membuat siswa kurang memahamipelajaran dengan baik sehingga diperlukannya media pembelajaran yang dapat membantu siswatunarungu memahami materi pelajaran khususnya pembelajaran IPA. Salah satunya melaluipengembangan media pembelajaran, yaitu video sains interaktif. Tujuan penelitian ini untukmengetahui kelayakan media, mengetahui aktivitas siswa pada pembelajaran IPA denganmenggunakan media video sains interaktif dan juga respon guru terhadap media yang dipergunakandalam proses pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah Research & Developmet denganmemodifikasi model dari Sugiyono. Teknik pengumpulan data dari aspek kelayakan media diperolehdari penilaian validator, aktivitas siswa diperoleh dari observasi pada saat produk diimplementasikan, dan aspek respon guru dari angket. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) aspekkelayakan media dari penilaian validator ialah dari dosen IPA sebesar 94,23% kategori sangat baikdan guru IPA SLB sebesar 92,30% kategori sangat baik dan layak untuk digunakan; (2) aktivitassiswa tunarungu dalam penggunaan media video sains interaktif dengan persentase 82,9% kategoribaik, aktivitas tertinggi siswa ialah mengerjakan soal dengan persentase 100% dan menurun padaaspek menyimpulkan dengan persentase 93,33%; dan (3) respon guru terhadap video sains interaktifdengan persentase 90% kategori sangat baik.

Kata Kunci: siswa tunarungu, video pembelajaran, respon

Undang Undang Sistem PendidikanNasional pasal 5 ayat 2 UU No.20 Tahun2003 menjamin bahwa warga negarayang memiliki kelainan fisik, mental,emosional, intelektual, dan sosial berhakmemperoleh pendidikankhusus. Lembaga dan jenjang pendidikankhusus meliputi jenjang PAUDadalah TKLB, jenjang pendidikan dasaradalah SDLB dan SMPLB, sedangkanuntuk jenjang pendidikanmenengah adalah SMALB. Tujuanpendidikan bagi anak tunarungu bertujuanagar anak tunarungu mengenal danmenyadari keadaan dirinya, kemudiandapat bersikap positif terhadap keadaanya(Abdullah, 2013).

Angelia (dalam Pariyatin, 2014)menyatakan bahwa Sekolah Luar Biasa

(SLB) adalah lembaga pendidikan yangmenangani dan memberi pelayananpendidik secara khusus bagi penyandangdengan jenis kelainan tertentu. Jeniskelainan dari aspek fisik meliputi kelainanindra pendengaran (tunarungu), indrapenglihatan (tunanetra), kemampuanberbicara (tunawicara), dan fungsianggota tubuh (tunadaksa). Istilahtunarungu secara etimologi dari kata“tuna” artinya kurang dan “rungu” artinyapendengaran. Sulastri (2013) menjabarkanbahwa secara fisik, anak tunarungu tidakberbeda dengan anak pada umumnya.Pada saat berkomunikasi barulahdiketahui bahwa mereka tunarungu karenamereka tidak mampu mendengar ataukurang mampu mendengar suara.

Page 2: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

55

Hasil observasi prapeneliti,ditemukan bahwa guru dalam prosesbelajar mengajar di SLB Dharma WanitaSumenep pada pembelajaran IPAmenggunakan metode mengajar dengancara menggambar. Guru menjelaskanmateri IPA dengan cara pemberian contohyang terkait dengan pembahasan materiyang dilakukan dengan caramenggambarkan contoh tersebut dipapantulis. Metode yang digunakan oleh guruSLB Dharma Wanita ini menuntut semuaguru untuk memiliki keahlian dalammenggambar, sedangkan tidak semuaguru di SLB Dharma Wanita ini memilikikeahlian dalam hal menggambar.Kemampuan yang dimiliki oleh beberapaguru tersebut sekedar menggambarkancontoh materi pelajaran yang bisa ditemuisecara langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi pelajaran yangcukup sulit dalam pembelajaran IPA tidakbisa tergambarkan secara konkrit.Keterbatasan guru tersebut dapatmenghambat pemahaman siswa terhadappembelajarankarena siswa tunarungudalam proses pembelajaran diharuskandihadapkan pada pembelajaran visual,pembelajaran yang visual (gambar) dapatmewakili materi pelajaran sehinggaberdampak pada proses pembelajaran.

Tuntunan proses pengajaran agartidak monoton atau bersifat hafalansemata guna mendorong guru IPA untukterus meningkatkan kreatifitaspenggunaan media dalam pembelajaranIPA sehingga diperlukannya mediapembelajaran IPA selain untukmemperjelas materi dapat juga dalammenunjang aktivitas siswa. Jika dikaitkandengan ungkapan Santrock (2010) bahwaanak dianggap sebagai ilmuwaan, dimanaseorang ilmuan melakukan salah satu

kegiatan seperti dapat mengaplikasikanpengetahuan yang dimiliki untukmengatasi permasalahn dalam kehidupansehari-hari. Penerapan media audio-visualdapat menggambarkan materi pelajaransecara nyata (2D) sehingga materipelajaran IPA yang abstrak dapatdigambarkan secara utuh kepada siswa,siswa juga dapat meniru atau memahamiisi dari media audio-visual yang disajikansehingga dapat menambah pemahamansiswa dalam pelajaran yang dipelajarikhususnya mata pelajarann IPA.

Permana (2014) menjelaskan bahwamedia interaktif adalah suatu alat yangmengemas informasi yang dapatmemberikan respon balik terhadappengguna akhir (siswa) dari apa yang telahditerima. Tanpa media guru cenderungberbicara “satu arah” kepada siswa namundengan adanya media guru dapatmengatur kelas sehingga siswa yang lebihbanyak aktif. Media interaktif dapatmenumbuhkan aktivitas siswa dalampembelajaran yang tercermin dalamumpan balik siswa atau respon yangdipicu dengan adanya media interaktifoleh guru. Menurut Yulianti (2009)indikator aktivitas siswa dalam penerapanmedia pembelajaran interaktif dapatdilihat dari partisipasi, minat danperhatian siswa selama pembelajaran.Aktivitas siswa selain dipicu denganadanya media interaktif tidak terlepas dariperan guru didalamnya, karena posisi gurudisini sebagai pengguna mediapembelajaran yang bertujuan untukmenyampaikan informasi pelajaranterhadap siswa sehingga tujuanpembelajaran tersampaikan terhadapsiswa.

Penggunaan media visual bagi anaktunarungu dapat membantu proses

Page 3: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

56

pembelajaranya dengan memanfaatkansoftware atau aplikasi yang menarik.Agustin (dalam Pariatin, 2014)menyatakan anak tunarungu disebut jugaanak visual karena lebih banyakmenyimpan informasi dengan melihatatau menggunakan indra visualnya danmengalami keterbatasan dalam menerimainformasi yang bersifat auditif.Keterbatasan pada siswa menjadimotivasi diperlukannya mediapembelajaran yang menarik perhatiananak tunarungu seperti halnya video.Video dapat berisi gambar, gerakan, suaradan bentuk obyek secara real, sehinggamereka tertarik dan media video dapatmemberikan gambaran nyata bagi anaktunarungu.

Tujuan penelitian berdasarkan latarbelakang di atas adalah untuk mengetahui:

1) kelayakan penggunaan media videosains interaktif berdasarkan hasil penilaianvalidator sebagai media pembelajaranuntuk anak tunarungu; 2) aktivitas siswapada pembelajaran IPA denganmenggunakan media video sainsinteraktif; dan 3) respon guru SLBtunarungu dalam penggunaan media videosains interaktif yang dikembangkanterhadap pembelajaran IPA.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian dan pengembangan.Metode ini bertujuan untuk menghasilkansebuah produk dan mengevaluasiefektifitas produk tersebut (Sugiyono,2014) .

Gambar 1. Model Research and Development (R & D) yang Dimodifikasi dari SugiyonoA. Prosedur Penelitian dan

Pengembangan1. Potensi dan masalah

Analisis potensi dan masalahberangkat dari masalah yang adadisekolah dan memberikan potensi untukdapat didayagunakan agar mendapat nilaitambah dan bermanfaat dalam prosespembelajaran disekolah. Dari hasil

wawancara dengan guru IPA disekolahSLB Dharma Wanita Sumenep diperolehhasil bahwa anak tunarungu prosespembelajaranya yaitu secara visual yangselalu dihadap pada gambar-gambar yangmewakili materi pelajaran. Akan tetapi,tidak semua guru mempunyai keahliandalam hal menggambar dan mengikatbahwa materi IPA sebagian banyak tidak

Page 4: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

57

dapat digambarkan secara nyata sehinggamenyebabkan pemahaman anaktunarungu terhambat.

Potensi dari sarana dan prasarana disekolah SLB cukup memadai, salah satudengan ketersedianya proyektor LCDyang dapat membantu guru dalammemperjelas materi yang disampaikan.Dengan adanya proyektor LCD ini dapatmemberikan dampak positif bagi prosespembelajaran anak tunarungu yang manaproyektor LCD digunakan untukmenampilkan video, gambar atau datadari komputer pada sebuah layar atausesuatu dengan permukaan datar sepertitembok dengan demikian dapatdimanfaatkan dalam membantu guru padaproses belajar mengajar anak tunarungudengan menggambarkan materi pelajaransecara nyata (bergerak).2. Pengumpulan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapatditunjukkan secara faktual selanjutnyaperlu di kumpulkan informasi yangbertujuan untuk dapat mengatasi masalahdan perancangan produk (Sugiyono,2014) informasi yang diperolehdiantaranya ialah:a) Hasil dari wawancara dengan guru

pengajar SLB Dharma WanitaSumenep bahwa Proses pembelajaranyang berlangsung di kelas VIItunarungu ini lebih ditekankan denganpemberian contoh pembelajarandengan menggambarkan baikmenggunakan media visual ataupundigambarkan secara langsung olehguru pengajar dengan memanfaatkanpapan tulis dan sepidol sebagai saranapembelaran dan diperjelas kembalimenggunakan bahasa isyarat.Rata-ratanilai ulangan yang diperoleh siswa

dengan metode tersebut tidak mencapaistandart nilai yaitu 55.

b) Terkait dalam prasarana Sekolah,sekolah SLB Dharma Wanita ini cukupmemiliki prasarana pembelajaran yanglengkap, salah satu media yang dimilikisekolah ini ialah LCD yang dapatmemfokuskan gambar ataupun videodengan tampilan besar, akan tetapijarang untuk dipergunakan dalamproses pembelajaran dikelas.

c) Karakteristik siswa tunarungu SLBDharma Wanita dilihat dari segiintelegensi siswa memiliki pemikiranyang lambat dan kurangnya memahamimakna kata sehingga memelukansarana komunikasi berupa bahasaisyarat untuk menyampaikan pesanyang dimaksud.

d) Dalam proses pembelajaran siswa SLBDharma Wanita Sumenep mengalamiketerhambatan dalam memahamimateri pelajaran dikarenakan siswakurang memaknai materi dengan benarkarena kurangnya kosa kata yangdimiliki siswa sehingga siswa SLBDharma Wanita Kurang paham akanmakna pembelajaran yang dijelaskanmenggunakan bahasa yang jarangmereka kenal.

3. Desains produkDesains produk diperoleh dari hasil

data yang diperoleh sehingga sesuaidengan masalah dan potensi yang ada.Sugiyono (2014) desains produk dalambidang pendidikan yang dihasilkan daripenelitian R&D (Reseacrh andDevelopment) diharapkan dapatmeningkatkan produktivitas pendidikan.

Penelitian ini produk yang didesains berupa (a) audio-visual, gambaryang bergerak, yang menggambarkankehidupan secara nyata dan dipergunakan

Page 5: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

58

dalam proses pembelajaran, acuan dalampembuatan produk ini berdasarkankarakteristik anak tunarungu yang bisadikatakan bahwa mereka merupakan anakvisual. (b) lembar penilaian yang dibuatsesuai dengan karakter siswa tunarunguserta sesuai dengan standart kompetensidan Kompetensi Dasar yang berlaku.

a. Analisis Sebaran KompetensiAnalisis sebaran kompetensi pada

penelitian ini meliputi; (a) AnalisisStandar Kompetensi (SK) danKompetensi Dasar (KD), (b) Materipokok, dan (c) sup materi pokok. Dapatterlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penjabaran Standart Kompetensi dan Kompetensi DasarStandar

KompetensiKompetensi

DasarMateriPokok

Sup materi pokok

4.MemahamiKeanekaragamanMakhlukhidup

4.1mengindentifikasi ciri-cirimakhlukhidup.

Ciri-cirimakhluk

hidup

a) Pengertian makhluk hidupb) Ciri-ciri makhluk hidup

a. Bernafasb. Bergerakc. Peka terhadap rangsang (iritabilitas)d. Makane. Tumbuh dan Berkembangf. Reproduksig. Adaptasi, danh. Sekresi

b. Analisis KonsepDari analisis sebaran kompetensi

yang menghasilkan penjabaran indikatorterhadap materi pokok kemudianmenentukan urutan konsep yang akan

diajarkan terhadap siswa oleh guru danakan dilakukan dalam 1x pertemuan.Analisis konsep dapat dilihat padaGambar 2.

Gambar 2. Analisis Konsep Materic. Desains Video

Desain video sains interaktif terdiridari tampilan halaman muka, tampilanhalaman kedua, tampilan halaman ketiga,tampilan halaman kelima. Dari setiap supyang ditayangkan pada media video sainsinteraktif ini diperjelas oleh pengisyaratanberupa video tentang pengisyaratankalimat yang disampaikan dari tampilanpertama hingga akhir. Tampilan halamanmuka berisi tetang judul materi beserta

gambar yang mendukung isi materipelajaran, yang bertujuan untukmemberikan gambaran mengenai materiyang akan dipelajari. Tampilan halamankedua berisi tentang tayangan video yangberkenaan dengan materi yangdigambarkan dalam kehidupan nyata.Tujuannnya adalah untuk memberikangambaran awal sebelummasuk dalam isimateri, sehingga siswa tunarungu bisa“open mind” sebelum masuk dalam inti

Page 6: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

59

materi. Tampilan halaman ketiga berisitentang materi pelajaran yang disertaidengan gambar dan keterangan disetiapgambar yang ditampilkan, sehingga dapatmemberikan gambaran secara visualterhadap anak tunarungu yang dikaitkandengan materi sehingga mereka bisapaham akan materi yang disampaikan.Tampilan halaman keempat berisi tentangsoal – soal pemahaman siswa denganditunjang penggunaan gambar. Tujuannyauntuk mengetahui tingkat pemahamansiswa dalam materi yang diberikanmelalui media audio-visual (video).Tampilan halaman kelima (penutup)tujuannya untuk merangkum materi yangtelah dipelajari.

Tampilan video ini bertujuan untukmemberikan kemudahan bagi guru dalamproses pembelajaran anak tunarungu yaitudengan adanya gambar dan video yangdapat mewakili materi yang akandiajarkan sehingga guru tidak lagimenggambarkan materi pelajaran secaramanual terhadap siswa tunarungu. Bagisiswa tunarungu dapat bermanfaat dalamhal pemahaman konsep materi karenaproses pembelajaran anak tunarungu harusdihadapkan pada gambar, dengantampilan video sain interaktif ini dapatmembantu siswa paham akan materi yangdijarkan karena banyak terdapat gambardan video yang terkait dengan materi danjuga video ini dilengkapi dengan bahasaisyarat.4. Validasi dan revisi produk

Desain media pembelajaran iniberupa video sains interaktif daninstrumen penilaian yang akan divalidasipara ahli (dosen dan guru pengajar SLB)yang nantinya akan memberikan kritikdan saran dalam ketercapaian produk yangberkulitas dan layak digunakan. Penilaian

bisa dilakukan secara rasional baik darisegi kelayakan, kesesuaian materipelajaran dengan media dan daya tarikmedia.

Prosedur validasi dengan menilaidesains produk (Draft 1) menggunakanlembar penilaian (instrumen penilaian)meliputi aspek: (a) validitas konstrukvideo dan (b) validitas isi, yaitu:a. Validitas konstruk video berisi

penilaian kesesuaian antara kesesuaianproduk yang dikembangkan denganStandart Kompetensi dan KompetensiDasar. Analisis ini dapat menggunakanskala Likert dengan kategori: (1) TidakSesuai; (2) Kurang Sesuai; (3) Sesuai;dan (4) Sangat Sesuai

b. Validitas Isi Video yaitu kesesuaianproduk dengan materi pokok. Yangdivalidasi oleh validator denganmenggunakan lembar validasi.

5. Revisi produkRevisi produk dilakukan

berdasarkan informasi yang didapatkanpada tahap validasi oleh para ahli .Kumungkinan media pembelajaranterdapat beberapa kekurangan ataukelemahan sehingga peneliti perlumelakukan revisi kembali untukmengurangi kelemahan yang terdapat,sehingga produk ataupun instrumen layakdigunakan pada saat penelitian.

B. Uji Coba ProdukSetelah validasi dan revisi desains

dilakukan oleh para ahli dan bisadikatakan sudah efektif maka uji cobaproduk akan dilakukan. Uji coba(lapangan) diberikan langsung kepadakelas yang sebenarnya sebagai objekpenelitian yaitu kelas VII SMP DharmaWanita Sumenep. Peneliti sebagaipengamat (observer) dengan cara

Page 7: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

60

mengamati video pada saat uji lapangandan guru kelas sebagai pengajar.1. Instrumen Pengumpulan Dataa. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswamerupakan instrumen non-tes yangdipergunakan untuk mengamati aktivitassiswa saat media digunakan dalampembelajaran.b. Lembar Angket Respon Guru

Lembar angket dipergunakan untukmengetahui pendapat guru tentang

implementasi dari penggunaan mediavideo sains interaktif yang dikembangkandalam proses pembelajaran siswatunarungu, lembar angket diberikan padaakhir pertemuan baik bagi siswa maupunguru sebagai pengajar.2.Teknik Analisis Dataa. Analisis Aktivitas Siswa

Penilaian pengamatan aktivitassiswa berdasarkan petunjuk penilaianyang ada. Hasil observasi aktivitas siswaakan dianalisis menggunakan rumus 1:

Persentase keterlaksanaan = x 100% ............... (1)

Rumus 1. Aktivitas siswaHasil persentase yang diperoleh

akan diinterpretasikan ke dalam kriteriapenilaian berikut pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Penilaian LembarObservasi

Persentasepenilaian

Kriteria

0%-19,9% Sangat kurang baik20%-39,9% Kurang baik40%-59,9% Cukup60%-80% Baik

>80% Sangat baikSumber : Arikunto (2007)

Pengamatan aktivitas siswa akandiamati oleh dua orang observer.Realibilitas antar pengamat aktivitas siswadapat diuji dengan menggunakan rumus 2berikut:

R = 100% [ 1 – ] ............... (2)

(Arikunto, 2007)Rumus 2. Realibilitas antar pengamat

Keterangan :A : frekuensi aspek tingkah laku yang

teramati oleh pengamat yangmemberikan frekuensi tinggi

B : frekuensi aspek tingkah laku yangteramati oleh pengamat yangmemberikan frekuenasi rendah

Instrumen dikatakan baik jika mempunyaikoefisien realibilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%.

b. Analisis data hasil angket responguru

Respon guru terhadapimplementasi media video sains interaktifdiperoleh melalui penyebaran lembarangket dengan menggunakan skala likert.Perhitungan persentase respon guru,dihitung menggunakan rumus 3.

% = 100% ............... (3)

Rumus 3. Angket respon guruKeterangan :A = nilai angket respon guruB = skor maksimal

Tabel kriteria dari hasil penilaianangket respon guru dapat dilihat padaTabel 3.

Tabel 3. Kriteria Persentase Angketrespon

Persentase Kriteria≥ 90 - ≤ 100 Sangat baik≥ 75 - ≤ 90 Baik≥ 65 - ≤ 75 Cukup≥ 55 - ≤ 65 Kurang≥ 0 - ≤ 55 Sangat baikSumber : Arikunto (2007)

Page 8: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

61

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Bahasa isyarat dalam media videosains interaktif untuk siswa SLBtunarungu disesuaikan dengan jenisisyarat yaitu isyarat awalan; isyarat

akhiran dan partikel; isyarat bentukan(mendapat awalan dan akhiran partikel,kata ulang, dan kata gabung); dan bahasaisyarat abjad jari. Contoh bahasa isyaratdalam media terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Contoh Bahasa Isyarat dalam MediaJenis Contoh Keterangan

IsyaratAwalan

Isyarat dibentuk dengan tangan kanan sebagaipenampil utama dan tangan kiri sebagaipenampil pendamping. Isyarat awalan dibentuksebelum isyarat pokok. Isyarat awalan meliputi:me-, ber-, di-, ke-, pe-, ter-, dan se-.

IsyaratAkhirandanPartikel

Isyarat dibentuk dengan tangan kanan sebagaipenampil, bertempat di depan dada dandigerakkan mendatar ke kanan. Isyarat initerdiri atas isyarat akhiran-i-kan-an,-man,-wan,dan partikel-lah, kah, dan-pun.

IsyaratBentukan

a) Isyarat yang mendapat awalandan,akhiran,partikel.

Isyarat pokok mendapat awalan dan akhiran

b) Isyarat kata ulangKata ulang diisyaratkan dengan mengulangisyarat pokok.

c) Isyarat kata gabungKata gabung diisyaratkan denganmenggabungkan dua isyarat pokok atau lebihsesuai dengan urutan pembentukannya.

Abjad Jari isyarat yang dibentuk dengan jari-jari (kananatau kiri) untuk “mengeja” huruf dan angka.

Depdikbud (2009)A. Deskripsi Produk

Pengembangan produk berupamedia video sains interaktif terdiridari:(1) penjabaran SK dan KD, (2) materi

pelajaran, (3) gambar-gambar dan videoyang terkait dengan materi, (4) soal-soal.Desain produk dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 9: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

62

Tabel 5. Desain ProdukTampilan Keterangan

Tampilan awal menjelaskantentang peranan dari mediavideo sains interaktif yaitudikhususkan untuk siswatunarungu.Tampilan kedua menjelaskantentang materi pelajaran yangakan dipelajari oleh siswatunarungu materi Ciri-ciriMakhluk Hidup.Tampilan keempat menjelaskantentang perbedaan makhlukhidup dan tak hidup.

Tampilan ke-7 sampai tampilanke-23 menjelaskan materipelajaran ciri-ciri makhlukhidup yang disertakan dengangambar dan video didalamnya.

B. Validasi ProdukPenilaian yang dilakukan oleh para

ahli (validator) terhadap desain produkdan instrumen sehingga dapat digunakanoleh peneliti, akan tetapi jika terdapat halyang perlu diperbaiki maka peneliti harus

memperbaikinya kembali agar terciptanyaproduk ataupun instrumen yang layakdigunakan. Hasil validasi produk daninstrumen penelitian dapat ditunjukkandalam Tabel 6.

Tabel 6. Data Hasil Validasi Desains Produk dan Instrumen PenelitianAspek yang divalidasi Hasil

RPP Nilai persentase 95% dengan kategorisangat baik layak digunakan tanpa revisi.

Lembar instrumen penilaianproduk

Nilai persentase100% dengan kategorisangat baik layak digunakan tanpa revisi.

Lembar observasi aktivitassiswa

Nilai persentase 100% dengan kategorisangat baik layak digunakan tanpa revisi.

Angket respon guru Nilai persentase 100% dengan kategorisangat baik layak digunakan tanpa revisi.

(Sumber Arikunto, 2007)

C. Revisi ProdukPada tahap ini peneliti melakukan

tahap perbaikan mengenai hasil darivalidasiyaitu memperbaiki kekurangan

pada desain produk maupun instrumenyang akan digunakan. Bagian yangdirevisi dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 10: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

63

Tabel 7. Aspek Revisi

NoAspek yang

direvisiGambar Sebelum Sesudah

1

DesainProduk

Kurangnya kesesuaian warna tulisandengan background

Warna padatulisan lebihdikontraskanlagi agar dapatterbaca denganjelas

D. Penyajian Data1) Data Kelayakan Media Berdasarkan

Penilaian PakarData yang diproleh dari hasil

validasi video sains interaktif untuk siswaSLB tunarungu divalidasi oleh dosen danguru SLB Dharma Wanita Sumenep datadapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data validasi produkValidator Persentase Keterangan

Dosen 94,23% Sangat baikGuru SLB 92,30% Sangat baikSumber : data primer diolah pada Mei 2016

Hasil yang diperoleh dari keduavalidator mendapatkan kategori sangatbaik sehingga bisa dikatakan bahwa mediavideo sains interaktif yang dikembangkanlayak untuk digunakan.2) Data Observasi Aktivitas Siswa

Dalam Proses Pembelajaran.Data observasi keterlaksanaan

bagi siswa dilakukan menggunakan

lembar observasi yang dilakukan oleh duaorang obsever dengan cara mengamatisiswa keseluruhan pada saat prosespembelajaran berlangsung didalam kelasdengan guru pengajar ialah guru IPA SLBDharma Wanita Sumenep. Aktivitas siswayang diamati meliputi 9 aktivitas yaitu: 1)menjawab salam guru; 2) memperhatikanpenyampaikan tujuan pembelajaran guru;3) merespon apersepsi guru dengan caramenjawab pertanyaan guru; 4)mengerjakan soal yang diberikan guru; 5)menyimak video dan penjelasan guru; 6)menjawab pertanyaan yang diberikanguru; 7) mengerjakan soal yang diberikanguru; 8) menyimpulkan materi pelajaran;dan 9) menyimak kesimpulan guru.Aktivitas siswa diamati oleh 2 observer,persentase antar observer terdapat padaTabel 9.

Tabel 9. Persentase antar Pengamat

No ObserverSkor yangdiperoleh

Persentase(%) Kriteria

1 I 185 85,64 Baik2 II 173 81,01 Baik

Rata-rata 179 82,9 Baik

Data kesesuaian antar pengamatdapat dilihat pada tabel 10, data inimenunjukkan persepsi antar pengamat

pada saat mengamati kegiatan siswadalam proses pembelajaran.

Page 11: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

64

Tabel 10. Reabilitas antar Pengamat

No Aspek Aktivitas SiswaRealibilitas

(%)Keterangan

1 menjawab salam guru 100

Dapatdipercaya

2 memperhatikan penyampaikan tujuan pembelajaran guru 95.653 merespon apersepsi guru dengan cara menjawab pertanyaan guru 95,454 mengerjakan soal yang diberikan guru 94,445 menyimak video dan penjelasan guru 97,676 menjawab pertanyaan yang diberikan guru 94,447 mengerjakan soal yang diberikan guru 1008 menyimpulkan materi pelajaran 93,339 menyimak kesimpulan guru. 100

Sumber : data primer diolah pada Mei 2016.Hasil persentase realibilitas antar

pengamat lebih tinggi dari 0,75 atau samadengan 75% (Arikunto, 2007). Presentasitersebut menandakan bahwa persepsiantar observer 1 dan 2 ialah sama, dilihatdarihasil pengamatan yang dilakukanpada saat penelitian terhadap aktivitassiswa dengan penerapan media videosains interaktif, menggunakan lembarobservasi pada saat proses pembelajaranberlangsung.

3) Data Respon GuruData respon guru ini diperoleh dari

hasil pengisian angket respon guruterhadap penggunaan media video sainsinteraktif pada pembelajaran IPA untuksiswa tunarungu. Video bertujuan untukmembantu pemahaman siswa tunarunguterhadap pembelajaran IPA di sekolah danberguna juga untuk guru pada saatpembelajaran sebagai media pembelajaranyang mudah digunakan. Data hasil responguru terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Data Respon GuruNo Indikator Jawaban1 Senang mengajar 12 Tampilan menarik 13 Kejelasa bahasa 14 Kesesuaian tampilan bahasa 15 Membantu pemahaman siswa tunarungu 16 Memberikan kemudahan dalam menerangkan materi pelajaran 17 Dapat menarik perhatian siswa 18 Dapat mengefisienkan waktu. 19 Gambar sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. 010 Mendukung pengembangan media 1Persentase (%) 90%Kategori Sangat baik

Sumber: data primer diolah pada Mei 2016Hasil angket yang diperoleh ialah

guru menyatakan sangat baik denganadanya media video sains interaktif inidapat memberikan manfaat bagi gurudalam menerangkan materi pelajaran IPA.

A. Revisi Produk AkhirHasil analisis pada uji lapangan

dengan menggunakan produk danbeberapa instrumen. Terdapat beberapakekurangan pada soal, sehingga perludirevisi. Bagian-bagian yang perludirevisi tampak pada tabel 12.

Page 12: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

65

Tabel 12. Revisi Produk Awal

NoAspek yang

direvisiDeskripsi

1. Soa-soal Bahasa yang digunakan pada soal perlu dikaji kembali denganmenggunakan bahasa yang lebih sederhana dan sering ditemui olehsiswa tunarungu.Gambar yang disajikan pada soal-soal perlu ditambahkan keterangandibawah gambar sehingga siswa tunarungu paham akan maksud darigambar yang disajikan

2. Video Tampilan video alangkah baiknya didesain kembali denganmemperhitungkan kembali tampilan yang lebih spesifik,sepertihalnya pada materi diawali terlebih dahulu penjelasan materibeserta bahasa isyarat kemudian diperjelas kembali dengan adanyagambar ataupun video sehingga pusat perhatian siswa tidakterpecahkan antara materi dengan gambar.

Setelah melakukan beberapa perubahantersebut maka produk dan instrumen dapatdigunakan pada saat penelitian di sekolahSLB Dharma Wanita Sumenep.

Pembahasan1. Kelayakan Media Berdasarkan

Penilaian PakarMedia yang dikembangkan

divalidasi oleh dosen dan guru SLBtunarungu, hasil yang diperoleh daripenilaian dosen ialah 94,23% danpenilaian dari guru SLB tunarungu ialah92,30% dengan kategori sangat baik. Darihasil tersebut dapat dikatakan bahwamedia yang dikembangkan untuk siswaberkebutuhan khusus yaitu siswatunarungu bisa dikatakan layak. Arikunto(2007) menjelaskan persentase >90%dikategorikan sangan baik, sehinggadengan hasil yang diperoleh dari keduavalidator yaitu kategori sangat baik bisadikatakan layak untuk digunakan. Mediavideo sains interaktif yang dikembangkanoleh peneliti berdasarkan tujuanpembelajaran yang akan dituju, kesesuianmateri, mengandung unsur nyata yangdiperlihatkan dari segi gambar dan videosebagai contoh materi pelajaran dan

kemudahan saat dipergunakan oleh gurusebagai media pembelajaran.

Kesesuaian dari media video yangdikembangkan tertuang pada pernyataanMusfikoh (21012:118-112) mengenaikriterian media yang patut diperhatikanialah sesuai dengan tujuan, sesuai denganisi pelajaranyang sifatnya fakta, konsep,prisip ataupun generalisasi, praktis, gurutrampil menggunakan dan mutu tekniksehingga dapat dikatakan bahwa mediavideo sains interaktif layak digunakandengan kriteria sangat baik.2. Analisis Aktivitas Siswa

Keberhasilan produk media videosains interaktif khusus siswa tunarungupada pelajaran IPA dapat dilihat dariaktivitas siswa pada saat pembelajaranberlangsung dengan pemanfaatan mediayang dikembangkan. Data kegiatan siswadiperoleh dari hasil pengamatanduapengamat pada saat prosespembelajaran berlangsung. Hasil yangdiperoleh antar dua pengamat, ialahkegiatan siswa lebih dominan positif yaitudalam aspek menyimak video sainsinteraktif sebagai media pembelajarandengan persentase 97,67% dan persentase100% ialah siswa keseluruhanmengerjakan soal post-test dan menyimak

Page 13: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

66

kesimpulan guru secara seksama.Persentase yang menurun ialah dalamaspek menyimpulkan dengan nilaipersentase sebesar 93,33%, hal tersebutdikarenakan pada saat kegiatanmenyimpulkan materi guru hanyamenunjuk beberapa siswa untukmemberikan kesimpulan sehinggafrekuensi pada aspek menyimpulkansedikit.Berdasarkan pemaparantersebutdapat dikatakan bahwa aktivitassiswa yang dilakukan selama prosespembelajaran menggunakan media videosains interaktif yang dikembangkanmenunjukkan kegiatan yang positif. Siswacenderung mengikuti seluruh kegiatanpembelajaran karena adanya faktor guruyang mengarahkan siswa untukmemahami materi pelajaran denganmemfokuskan siswa untuk menyimakvideo pembelajaran sebagai mediapembelajaran dengan pemanfaatan mediavideo sains interaktif yang dilengkapidengan penjabaran materi beserta gambaryang menjelaskan materi dan penggunaanbahasa isyarat.

Mayer (dalam Sukiman, 2008)menjelaskan bahwa guru berperan sebagaipembimbing dan siswa sebagaipembangun pengertian (dalampembelajaran konstruktivisme). Slavin(2011) menjelaskan bahwakonstruktivisme menekankan padapenyiapan peserta didik untukmenghadapi dan menyelesaikan masalahdalam situasi yang tidak menentu. Dalamhal ini guru tidak hanya menstranferpengetahuannya, melainkan membantusiswa untuk membentuk dan mendorongpengetahuannya sendiri. Padapembelajaran IPA, guru harusmenciptakan banyak kesempatan bagisiswa dengan guru dan siswa dalam

mengkonstruk kemampuan bersama(Konzulni dalam Santrock, 2010). Olehkarena itu, guru dapat memberikanpembimbingan kepada siswanya sesuaidengan kemampuan yang dimiliki olehsiswanya, cara ini disebut juga denganscaffolding atau bimbingan seperlunya.Katminingsih (dalam Septriani, 2014)menyatakan bahwa scaffolding yaitu“memberikan kepada seorang anaksejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudianmengurangi bantuan tersebut danmemberikan kesempatan kepada anaktersebut mengambil alih tanggung jawabyang semakin besar segera setelah mampumengerjakan sendiri”. Maka dari itu,kegunaan implementasi media video sainsinteraktif ini dapat digunakan guru untukmendorong siswa tunarungu untuk pahamakan materi pelajaran yang disajikandalam pembelajaran kongkrit pada videoyang dijelaskan dengan penjabaran materidan video beserta gambar.3. Analisis Respon Guru

Respon guru merupakan salah satufaktor keberhasilan media yangdikembangkan karena guru sebagaipengguna media pembelajaran sebagaisarana pemberian informasi terhadapsiswa. Data respon guru diperoleh dari hsilpengisian angket respon guru terhadapmedia video sains interaktif sebagaisarana guru dalam menjelaskan materisehingga tujuan dan informasi pelajarantersampaikan. Data yang diperoleh ialahdengan persentase keseluruhan dari butirpenyataan ialah 90% dengan kategorisangat baik, berarti dapat dinyatakanbahwa guru menyukai atau setuju denganpenggunaan media video sains interaktifini sebagai media pembelajaran khusussiswa tunarungu yang diperjelas dengan

Page 14: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

67

komentar guru pengajar, beliaumenyatakann “Dengan adanya mediavideo sains inteeraktif ini dapat membantusaya menerangkan materi pelajaran, sayaaharap peneliti bisa mengembangkanmedia video sains ini pada materi yanglainnya” (komentar pada angket responguru).

Media video sains interaktif dapatmembantu siswa tunarungu dalammemahami materi pelajaran IPAdikarenakan terdapat gambar ataupunvideo pembelajaran yang menggambarkancontoh materi pelajaran secara nyata yangdapat ditemui dalam kehidupan siswasehari-hari, sehingga dapat membantupemakahaman siswa tuarungu dalammemahami materi yang dipaparkan. Halini diperjelas kembali oleh Haryoko(2009) bahwa bahwa media-media berupagambar dan benda-benda yang nyatadigunakan untuk mewakili dua konsep,yaitu konsep dunia nyata dan abstrak.sehingga dapat memberikan pemahamanterhadap anak tunarungu.

Guru SLB Dharma Wanitamenganjurkan kepada peneliti untukmengembangkan kembali video-videopembelajaran IPA yang lebih kreatif daninovatif khususnya untuk siswatunarungu, karena pembelajaran yangmenggunakan media dapat dengan mudahmenyakurkan informasi terhadap siswa.Penyataan ini sesuai dengan Depdiknas(2009) yang mana istilah media adalah“sesuatu yang dapat menyalurkaninformasi dari sumber informasi kepadapenerima informasi”. Bagi siswatunarungu menurut guru SLB DharmaWanita penyaluran informasi yang tepatpada siswa tunarungu ialah dengan caraadanya media visual sehingga denganadanya media video sains interaktif ini

dapat membantu siswa dengan mudahmenangkap informasi dari materi yangdiajarkan.

KESIMPULAN1. Kelayakan media video sains interaktif

berdasarkan hasil validator, (1) dosenIPA sebesar 94,23% dengan kategorisangat baik, (2) guru IPA SLB sebesar92,30% dengan kategori sangat baik.

2. Aktivitas siswa tunarungu dalampenggunaan media video sainsinteraktif dengan persentase 82,9%kategori baik, aktivitas tertinggi siswaialah mengerjakan soal denganpersentase 100% dan menurun padaaspek menyimpulkan denganpersentase 93,33%.

3. Respon guru terhadap media videosains interaktif yang digunakandiperolehpersentase 90% kategorisangat baik.

DAFTAR PUSTAKAAbdullah, Nandiah. 2013.Mengenal Anak

Berkebutuhan Khusus. MagistraNo. 86 Th. XXV .ISSN 0215-9511

Arikunto, Suharsimi. 2007. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara.

Haryoko, Sapto. 2009. EfektifitasPemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai AlternatifOptimalisasi ModelPembelajaran. Jurnal Edukasi.Volume 5.

Departemen Pendidikan DanKebudayaan.2009. KamusSistem Isyarat Bahasa Indonesia.Jakarta.

Page 15: PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO SAINS INTERAKTIF UNTUK …

ALPEN: Jurnal Pendidikan DasarVolume 1, No. 2, Juli-Desember 2017

pISSN 2580-6890eISSN 2580-9075

68

Musfiqoh. 2012.. Pengembangan Mediadan sumber Pembelajaran.Jakarta: PT Pustaka.

Pariatin, Yeni. 2014. Perancangan MediaPembelajaran Interaktif MataPelajaran PKn untukPenyandang TunarunguBerbasis Multimedia. Jurnal Issn.Volume 11. No 1

Permana Shiddiq Mohammad, 2014.Pengembangan MediaPembelajaran Interaktif ilmuPengetahuan Alam (IPA)berbasis multimedia. ISSN. Vol.1. No. 1.

Santrock, John. 2010. PsikologiPendidikan. Edidi ke 2.Diterjemahkan oleh: TriWibowo. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Septriani, Nicke. 2014. PengaruhPenerapan PendekatanScaffolding TerhadapKemampuan PemahamanKonsep Matematika SiswaKelas Viii Smp Pertiwi 2Padang. Jurnal PendidikanMatematika. Vol.3. No.3. hal17-21.

Sugiyono. 2014. Metode PenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatif, DanR&D). Alfabeta,Cv.

Sukiman. 2008. Teori PembelajaranDalam PandanganKonstruktivisme danPendidikan Islam. JurnalPendidikan Islam. Vol.1.No.3.

Sulastri. 2013. MeningkatkanKemampuan KomunikasiMelalui Metode KomunikasiTotal Bagi Anak TunarunguKelas Ii Di Slb Kartini Batam.Jurnal Ilmiah PendidikanKhusus. Volume 1. No 2.

Slavin, E. Robert. 2011 .PsikologiPendidikan Teori Dan Praktik.Edisi Ke Sembilan, Jilid Satu.Jakarta: Pt Indeks.