UJI IN VITRO PENGHAMBATAN AKTIVITAS α-AMILASE
KOMBINASI EKSTRAK AIR DAUN Andrographis Paniculata (Burm.f.)
Nees dan BATANG Tinospora Crispa (L.) Hook.f. & Thomson 1:3
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Carolina Loy Nau
NIM: 168114066
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
UJI IN VITRO PENGHAMBATAN AKTIVITAS α-AMILASE
KOMBINASI EKSTRAK AIR DAUN Andrographis Paniculata (Burm.f.)
Nees dan BATANG Tinospora Crispa (L.) Hook.f. & Thomson 1:3
Skripsi yang diajukan oleh:
Maria Carolina Loy Nau
NIM: 168114066
telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Dr. Yustina Sri Hartini, Apt tanggal 27 April 2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,
Saya persembahkan karya ini untuk:
Orangtua dan adik tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tak
terhitung jumlahnya kepada saya.
Keluarga yang selalu memberikan semangat melalui doa dan peneguhan
Sahabat-sahabat yang senantiasa memotivasi, menghibur dan mendukung saya.
Dosen pembimbing dan teman-teman skripsi yang selalu membantu saya mulai
dari awal tahap penyusunan proposal, penelitian hingga saatnya saya dapat
menyelesaikan ujian skripsi saya.
Dan almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas segala rahmat dan belas kasih-Nya yang melimpah sehingga penelitian skripsi
yang berjudul ‘’UJI IN VITRO PENGHAMBATAN AKTIVITAS α-
AMILASE KOMBINASI EKSTRAK AIR DAUN Andrographis paniculata
(Burm.f) Nees dan BATANG Tinospora Crispa (L.) Hook.f. & Thomson 1:3’’
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan,
bimbingan, bantuan dan doa banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Yustina Sri Hartini, Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing
skripsi atas segala bimbingan, kritik, masukan, saran dan kesabarannya
dalam mendampingi penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini.
2. Ibu Christine Patramurti, Apt. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi Univeristas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. selaku dosen penguji atas segala kritik
dan saran selama penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini.
4. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku wakil dekan sekaligus
dosen penguji skripsi atas segala kritik dan saran selama penelitian dan
penyusunan naskah skripsi ini.
5. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala
Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang
memberikan ijin penggunaan Laboratorium sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang memberikan
informasi mengenai perkuliahan dan proses pengerjaan skripsi.
7. Pak Wagiran dan Pak Kayat yang telah banyak membantu selama proses
pengerjaan skripsi ini di laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. Mama Ermalinda Lodja dan Adik Yohana Fransiska Gracia Nau yang
tidak pernah jemu memberikan dukungan, doa dan kekuatan selama
penyusunan skripsi ini.
9. Yasinta Rosario Oktobrin Lendo, Winarti Rambu Tagu Dima dan
Beatrix Woa Raga, yang selalu mendukung, menghibur, memberikan
semangat dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini.
10. Rekan seperjuangan penelitian skripsi saya yaitu: Agustinus Nara
Tukan, Rani Langkeru, Agatha Maia, Vinsensius Rubin, Fila Delfia,
Fetiana Chrismaurin, Ayu Priscilia, Yohana, Maria Josephine dan Maria
Cyrilla, terimakasih atas semangat dan kerja samanya selama ini.
11. Teman-teman FSM B 2016, terima kasih atas kebersamaannya selama
ini.
12. Semua pihak yang memberikan dukungan, doa dan semangat yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar naskah ini
menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 27 April 2020
Penulis
Maria Carolina Loy Nau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2
Alat dan Bahan .................................................................................................... 2
Penyiapan Bahan Uji dan Determinasi tanaman ................................................. 3
Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Sambiloto dan Batang Brotowali ............ 3
Pembuatan Ekstrak Air Daun Sambiloto ............................................................ 4
Pembuatan Esktrak Air Batang Brotowali .......................................................... 4
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Air Daun Sambiloto dengan Kromatografi
Lapis Tipis ............................................................................................................ 5
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Air Batang Brotowali dengan Kromatografi
Lapis Tipis ........................................................................................................... 5
Identifikasi Kualitatif Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto dan
Batang Brotowali 1:3 dengan Kromatografi Lapis Tipis ..................................... 6
Uji Penghambatan Enzim α-Amilase .................................................................. 6
Teknik Analisis Data Penelitian ........................................................................ 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 11
Determinasi Simplisia Daun Sambiloto dan Simplisia Batang Brotowali ........ 11
Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Sambiloto .............................................. 11
Penetapan Kadar Air Simplisia Batang Brotowali ............................................. 11
Ekstraksi Daun Sambiloto dengan Pelarut air ................................................... 12
Ekstraksi Batang Brotowali dengan Pelarut Air ............................................... 13
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Tunggal dan Kombinasi Ekstrak
Air Daun Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3 dengan
Kromatografi Lapis Tipis ................................................................................... 13
Uji Pendahuluan Penghambatan Aktivitas Enzim α-Amilase........................... 16
Uji Penghambatan Aktivitas α-Amilase Oleh Kombinasi Ekstrak
Air Daun Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3 ................................................. 16
KESIMPULAN ..................................................................................................... 26
SARAN ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................... 30
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Prosedur Uji Penghambatan Aktitas α-amilase ......................... 10
Tabel II. Nilai Rf dan Warna Hasil Uji KLT ........................................... 15
Tabel III. Nilai IC50 Standar Akarbose ...................................................... 20
Tabel IV. Nilai IC50 Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto
&Batang Brotowali 1:3 .............................................................. 22
Tabel V. Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Tunggal dan Kombinasi
Ekstrak Air Daun Sambiloto dan Batang
Brotowali 1:3 .............................................................................. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Profil KLT Ekstrak Air Daun Sambiloto .......................................... 13
Gambar 2. Profil KLT Ekstrak Air Batang Brotowali........................................ 14
Gambar 3. Profil KLT Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto
& Batang Brotowali 1:3 .................................................................... 14
Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Akarbose dengan Persen (%)
Inhibisi Enzim α-Amilase Replikasi 1,
Replikasi 2 dan Replikasi 3 ............................................................... 19
Gambar 5. Hubungan Konsentrasi Kombinasi Ekstrak Air
Daun Sambiloto& Batang Brotowali 1:3 dengan Persen (%)
Inhibisi Enzim α-Amilase Replikasi 1,
Replikasi 2 dan Replikasi 3 ............................................................... 22
Gambar 6. Perbandingan Persen (%) Inhibisi Enzim α-Amilase Kombinasi
Ekstrak Air Daun Sambiloto &
Batang Brotowali 1:3 dan Akarbose ................................................. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Serbuk Simplisia
Daun Sambiloto & Batang Brotowali ........................................... 31
Lampiran 2. Sertifikat Analisis Enzim α-Amilase ............................................ 32
Lampiran 3. Penetapan Kadar Air & Ekstraksi ................................................. 33
Lampiran 4. Data Penimbangan & Perolehan Rendemen
Ekstrak Air Daun Sambiloto ......................................................... 34
Lampiran 5. Data Penimbangan & Perolehan Rendemen
Ekstrak Air Batang Brotowali ....................................................... 37
Lampiran 6. Data Pengenceran Konsentrasi Kombinasi Ekstrak
Air Daun Sambiloto & Batang Brotowali 1:3
serta Standar Akarbose. ................................................................. 40
Lampiran 7. Gambar Optimasi Panjang Gelombang ........................................ 42
Lampiran 8. Perlakuan Optimasi Waktu Inkubasi ............................................ 43
Lampiran 9. Pengujian Blanko dan Kontrol Blanko ......................................... 44
Lampiran 10. Uji Penghambatan Aktivitas α-Amilase ....................................... 45
Lampiran 11. Data Hasil Perhitungan Persen (%) Inhibisi
dan IC50 Standar Akarbose dan Kombinasi Ekstrak
Air Daun Sambiloto & Batang Brotowali 1:3 ............................... 46
Lampiran 12. Sertifikat Pengujian dengan SPSS ................................................ 48
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik IC50 Kombinasi Ekstrak Air
Daun Sambiloto & Batang Brotowali 1:3 dan Akarbose ............. 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Salah satu pendekatan terapetik untuk
mengatasinya adalah menghambat enzim α-amilase yang terlibat dalam digesti
karbohidrat, sehingga kadar glukosa darah menurun. Akarbose adalah salah satu
inhibitor α-amilase, namun menimbulkan efek samping yang mengganggu.
Sambiloto (Andrographis paniculata) dan brotowali (Tinospora crispa) telah
diketahui memiliki beberapa khasiat dalam pengobatan, salah satunya berpotensi
sebagai agen antidiabetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
efektivitas antidiabetes dari kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang
brotowali 1:3 melalui penghambatan aktivitas α-amilase secara in vitro.
Metode: Ekstrak air daun sambiloto dibuat menggunakan teknik maserasi dengan
pelarut air dan ekstrak air batang brotowali dengan teknik dekok dengan pelarut air.
Aktivitas antidibates diukur melalui penghambatan aktivitas α-amilase yang
diinterpretasikan dalam nilai IC50.
Hasil: Kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 mampu
menghambat aktivitas α-amilase pada konsentrasi tertinggi dengan perolehan
persentase inhibisi 35,80 % dan dibandingkan akarbose 56,78 %. Nilai IC50 oleh
kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 adalah 30,34 mg/ml
dan akarbose 6,72 mg/mL. secara statitstik, kedua kelompok tersebut menunjukkan
perbedaan yang signifikan dengan P<0,05.
Kesimpulan: Kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3
menghambat aktivitas α-amilase.
Kata Kunci: Sambiloto, Brotowali, Akarbose, α-Amilase, Antidiabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic
hyperglycemia that occurs due to abnormalities of insulin secretion, insulin work
or both. One therapeutic approach to overcome it is to inhibit the enzyme α-amylase
involved in the concentration of carbohydrates, so that blood glucose levels are
decreased. Acarbose is one of the inhibitors of α-amylase, but it poses a disturbing
side effect. Sambiloto (Andrographis paniculata) and brotowali (Tinospora crispa)
have been known to have some medicinal properties, one of which is potentially an
antidiabetic agent. The purpose of this research is to test the effectiveness of
antidiabetic from the combination of sambiloto leaf water extract and brotowali
stem water extract 1:3 through inhibition of in vitro α-amylase activity.
Method: Sambiloto leaf water extract was made using maceration with water
solvent & brotowali stem water extract using decoction techniques with water
solvent. Antidiabetic activity is measured through inhibition of the interpreted α-
amylase activity in the value of IC50.
Result: Combination of sambiloto leaf water extract & brotowali stem water extract
1:3 is able to inhibit the activity of α-amylase at the highest concentrations with a
percentage of inhibition of 35,80% and compared to a 56,78% acarbose. The value
of IC50 by the combination of a sambiloto leaf water extract & brotowali stem water
extract 1:3 is 30,34 mg/ml and acarbose 6,72 mg/ml. Statisfically, the two groups
indicate a significant difference with P < 0.05.
Conclusion: Combination of sambiloto leaf water extract & brotowali stem water
extract 1:3 inhibits the activity of α-amylase.
Keyword: Sambiloto, Brotowali, Acarbose, α-Amylase, Antidiabetic.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya (Soelistijo et al., 2015). Diabetes melitus tipe 2 adalah
keadaan umum dan menjadi masalah kesehatan global yang serius. Prevalensi
diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke
tahun, yakni 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Sehingga estimasinya
dapat mencapai lebih dari 16 juta jiwa (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018).
Postprandial hyperglicemia atau peningkatan kadar gula darah pasca makan
merupakan salah satu gangguan awal sebelum berkembangnya penyakit diabetes
melitus II lebih jauh di dalam tubuh. Hal ini sangat tergantung pada absorbsi
monosakarida, yang mana pemecahannya dikatalisis oleh salah satu enzim
penghidrolisis karbohidrat, yaitu α-amilase.
Salah satu pendekatan terapetik untuk mengobati diabetes melitus tipe II ini
adalah dengan jalan menghambat enzim α-amilase yang terlibat dalam digesti
karbohidrat, sehingga mengurangi pemecahan polisakarida menjadi oligosakarida
dan disakarida yang mengakibatkan penyerapan gula terhambat dan kadar glukosa
darah menurun. Akarbose merupakan salah satu agen antidiabetes oral yang
mekanisme aksinya menghambat aktivitas enzim α-amilase. Namun,
penghambatan ɑ-amilase pankreatik yang berlebihan dapat menyebabkan distensi
abdominal, flatulens dan diare.
Saat ini, inhibitor alami dari beberapa spesies tanaman obat telah
dikembangkan dan dipercaya dapat mengontrol kadar gula darah dengan sedikit
efek sekunder yang tidak diinginkan, lebih ekonomis dan terjangkau. Selain itu
pengobatan tradisional berbahan dasar produk alam semakin diminati masyarakat
karena dipercaya aman untuk dikonsumsi. Sathiavelu et al. (2013) menemukan
bahwa ekstrak air daun sambiloto dapat menginhibisi enzim α-amilase karena
mengandung senyawa andrografolid. Selain itu, ekstrak air batang brotowali juga
dapat mengatasi diabetes melitus dengan memodulasi konsentrasi Ca2+ sel ß
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(Ahmad et al., 2016). Tetapi, belum diketahui secara pasti komponen-komponen
senyawa kimia yang bertanggung jawab terhadap aktivitas ekstrak air batang
brotowali sebagai antidiabetes. Di sisi lain, Hamid et al (2015) menunjukkan bahwa
hasil isolasi ekstrak metanol-kloroform batang brotowali yakni borapetosida c
merupakan senyawa aktif yang memiliki aktivitas inhibisi α-amilase paling poten.
Kombinasi ekstrak dari kedua tanaman tersebut diduga mampu memberikan
efek penghambatan aktivitas α-amilase yang sinergis. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan secara in vivo, mengungkapkan bahwa kombinasi ekstrak air daun
sambiloto dan batang brotowali 1:3 merupakan formula yang memiliki aktivitas
antidiabetes paling baik dengan menghasilkan penurunan glukosa darah 36%
(Ismoyo & Tanjung, 2010). Namun, penelitian tersebut belum mengkaji adanya
mekanisme penghambatan enzim α-amilase yang terlibat.
Potensi kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali sebagai
antidiabetes dengan menghambat aktivitas α-amilase akan menjadi fokus dalam
penelitian ini. Disamping itu, pengujian mengenai inhibisi α-amilase kombinasi
kedua ekstrak tersebut belum banyak diteliti. Oleh karena itu penelitian ini perlu
dilakukan untuk mengetahui efektivitas kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan
batang brotowali 1:3 yang dapat digunakan oleh masyarakat luas untuk mengatasi
diabetes melitus. Uji penghambatan dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis
untuk mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, tabung reaksi,
corong, labu ukur, pipet tetes, glassfirn, pipet volume, batang pengaduk, cawan
porselen, gelas ukur, sendok, glass beaker, platform shaker (Innova 2100), rotary
evaporator (Buchi), inkubator, mikropipet, kertas saring, lempeng KLT, timbangan
analitik, vortex, inkubator dan spektrofotometer UV-Vis (UVmini-1240
Shimadzu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, simplisia daun
sambiloto dan simplisia batang brotowali yang diperoleh dari PT.HRL
Internasional Jawa Timur, enzim ɑ-amilase sigma Aldrich®, DMSO 1%, aquadest
steril (aquabides), reagen iodin, pati, HCl 1N, NaOH 1M, natrium fosfat, standar
andrografolid sigma Aldrich®, standar kuersetin, metanol pro analisis, kloroform
pro analisis, etanol pro analisis dan tablet akarbose @50 mg.
Penyiapan Bahan Uji dan Determinasi tanaman
Bahan uji daun sambiloto dan batang brotowali yang diperoleh dari PT.HRL
Internasional Jawa Timur berupa serbuk simplisia. Determinasi atau identifikasi
serbuk simplisia daun sambiloto dan simplisia batang brotowali dilakukan di
Departemen Biologi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Sambiloto dan Batang Brotowali
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi toluena. Prosedur
kerjanya adalah pereaksi toluena jenuh air dibuat terlebih dahulu dengan cara
mengocok toluene P dengan sedikit air (20 mL) kemudian dibiarkan terpisah dan
lapisan air dibuang. Setelah itu, masing-masing 10 g simplisia kering daun
sambiloto dan batang brotowali serta 200 mL toluen jenuh air dimasukkan ke dalam
labu. Toluen jenuh air dimasukkan ke dalam tabung penerima melalui pendingin
sampai leher alat penampung dan labu dipanaskan dengan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mulai mendidih penyulingan diatur dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5
menit. Setelah selesai, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang dan
kemudian volume air dibaca setelah air dan toluen terpisah. Kadar air dihitung
menggunakan rumus:
Kadar air = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝐿)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑔) 𝑥 100%
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pembuatan Ekstrak Air Daun Sambiloto
Ekstrak air daun sambiloto dibuat dengan metode ekstraksi maserasi.
Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditimbang dan dilarutkan ke dalam 100 ml
aquadest, ditutup, kemudian dibiarkan selama 24 jam, terlindung dari cahaya
matahari, dan sambil diaduk dengan menggunakan alat shaker. Hasil maserat
kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas
saring Whatman No. 1 sambil di vakum. Serbuk hasil penyarian dimaserasi kembali
dengan pelarut baru sebanyak 100 ml selama 24 jam, proses maserasi ini dilakukan
sebanyak 2 kali (Sathiavelu et al., 2013).
Hasil maserat pertama, kedua dan ketiga kemudian dimasukkan ke dalam
rotary evaporator pada suhu 50oC untuk menguapkan pelarut yang terdapat pada
ekstrak. Kemudian, ekstrak diletakkan pada cawan porselen dan diuapkan kembali
menggunakan waterbath pada suhu 600-75oC untuk menghilangkan pelarut yang
masih terdapat dalam ekstrak. Ekstrak yang didapatkan merupakan ekstrak kental
dengan bobot tetap sesuai dengan syarat yang ada. Selanjutnya, rendemen dihitung
menggunakan rumus:
% rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔) 𝑥 100%
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Pembuatan Esktrak Air Batang Brotowali
Ekstrak air batang brotowali dibuat dengan metode ekstraksi dekok.
Simplisia batang brotowali ditimbang sebanyak 10 g lalu dicampur dan dilarutkan
dalam aquadest sejumlah 100 mL, kemudian dipanaskan di atas penangas air
menggunakan panci selama 30 menit terhitung mulai suhu 900C sambil sekali-
sekali diaduk. Serkai selagi masih panas dengan kain flannel, lalu ditambahkan air
panas secukupnya melalui ampas. Kemudian ekstrak diuapkan lagi di atas
waterbath bersuhu 600C untuk menghilangkan pelarut yang terdapat di dalam
ekstrak (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2011). Selanjutnya rendemen
dihitung menggunakan rumus:
% rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (𝑔) 𝑥 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Air Daun Sambiloto dengan Kromatografi
Lapis Tipis.
Kandungan fitokimia andrografolid dalam ekstrak air daun sambiloto
ditetapkan dengan metode kromatografi lapis tipis. Fase diam yang digunakan
adalah silika gel F254. Campuran pelarut kloroform dan metanol (9:1) digunakan
sebagai fase gerak. Senyawa standar andrografolid (sigma) digunakan sebagai
pembanding yang dibuat dalam larutan 0,1% (b/v) dalam pelarut etanol p.a. Larutan
uji (sampel) 5% b/v dibuat dengan melarutkan ekstrak air daun sambiloto dalam
etanol. Sebanyak 20 µL sampel uji ekstrak air daun sambiloto dan 2 µL larutan
standar andrografolid ditotolkan pada lempeng silika gel F254 dan dikering
anginkan. Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber KLT yang telah dijenuhi oleh
fase gerak. Totolan dielusi sepanjang 10 cm dan selanjutnya dikering anginkan.
Bercak dibaca di bawah sinar UV 254 nm dan selanjutnya dilakukan perhitungan
nilai retardation factor (Rf) menggunakan rumus:
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008)
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Air Batang Brotowali dengan Kromatografi
Lapis Tipis.
Kandungan fitokimia ekstrak air batang brotowali diidentifikasi
menggunakan kromatografi lapis tipis. Fase diam yang digunakan adalah silika gel
F254. Campuran pelarut kloroform dan metanol (9:1) digunakan sebagai fase gerak.
Senyawa standar kuersetin 0,1% (b/v) dalam pelarut metanol digunakan sebagai
pembanding. Larutan uji (sampel) 1% b/v dibuat dengan melarutkan ekstrak air
batang brotowali dalam metanol. Sebanyak 10 µL sampel uji ekstrak air daun
sambiloto dan 5 µL larutan standar kuersetin ditotolkan pada lempeng silika gel
F254 dan dikering anginkan. Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber KLT yang
telah dijenuhi oleh fase gerak. Totolan dielusi sepanjang 10 cm dan selanjutnya
dikering anginkan. Bercak dibaca dengan menyemprotkan sitroborat LP lalu
lempeng dipanaskan pada suhu 1000C selama 5-10 menit serta di bawah UV 254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
nm dan 366 nm. Kemudian dihitung nilai retardation factor (Rf) dengan
menggunakan rumus:
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Identifikasi Kualitatif Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto dan Batang
Brotowali 1:3 dengan Kromatografi Lapis Tipis.
Kandungan fitokimia kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang
brotowali diidentifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Fase diam yang
digunakan adalah silika gel F254. Campuran pelarut kloroform dan metanol (9:1)
digunakan sebagai fase gerak. Senyawa standar andrografolid (sigma) 0,1% (b/v)
dalam pelarut etanol dan kuersetin 0,1% (b/v) dalam pelarut metanol digunakan
sebagai pembanding. Larutan uji nya adalah kombinasi ekstrak air daun sambiloto
dan batang brotowali 1:3 dalam pelarut DMSO 1%. Sebanyak 30 µl sampel uji dan
larutan standar andrografolid 2 µL serta 5 µL kuersetin ditotolkan pada lempeng
silika gel F254, kemudian dikering anginkan. Plat KLT dimasukkan ke dalam
chamber KLT yang telah dijenuhi oleh fase gerak. Totolan dielusi sepanjang 8 cm
dan selanjutnya dikering anginkan. Bercak dibaca di bawah UV 254 nm dan 366
nm. Kemudian dihitung nilai retardation factor (Rf) dengan menggunakan rumus:
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑧𝑎𝑡
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Uji Penghambatan Enzim α-Amilase
Penyiapan Larutan Uji
Penyiapan larutan uji meliputi pembuatan larutan dapar fosfat pH 6,9;
larutan HCl 1N; NaOH 1M; larutan enzim α-amilase pengenceran 100x; larutan
substrat amilum 1% b/v; pembuatan larutan uji kombinasi ekstrak air daun
sambiloto dan batang brotowali; dan pembuatan larutan pembanding akarbose.
Optimasi Panjang Gelombang Maksimum
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan ekstrak konsentrasi 1,25
mg/ml (dibuat dengan melakukan pengenceran seri konsentrasi 10; 7,5; 5; 2,5 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1,25 mg/mL) sejumlah 1 mL dan larutan enzim α-amilase dalam dapar fosfat PH
6,9 (0,02 M natrium fosfat dengan 0,006 M natrium klorida) sejumlah 1 mL
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan diinkubasi selama 10 menit pada suhu
370c. Kemudian larutan ditambahkan 1 mL larutan pati 1% b/v dan diinkubasi
Kembali selama 15 menit pada suhu 370C. Selanjutnya, larutan campuran tersebut
ditambahkan 1 mL HCl 1 N untuk mengakhiri reaksi enzimatik yang diikuti dengan
penambahan 0,1 mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur
menggunakan spektrofotometer pada kisaran panjang gelombang 400-800 nm.
Dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Optimasi Waktu Inkubasi
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan ekstrak konsentrasi 1,25
mg/ml sejumlah 1 mL dan larutan enzim α-amilase dalam dapar fosfat PH 6,9 (0,02
M natrium fosfat dengan 0,006 M natrium klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Larutan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370c.
Kemudian larutan ditambahkan 1 mL larutan pati 1% b/v dan diinkubasi kembali
selama 5; 10; 15; 15; 20; 25; 30; 40; 50; dan 60 menit pada suhu 370c. Selanjutnya,
larutan campuran tersebut ditambahkan 1 mL HCl 1 N untuk mengakhiri reaksi
enzimatik yang diikuti dengan penambahan 0,1 mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm
KI). Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum. Dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Pengujian Larutan Blanko
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan DMSO 1% sejumlah 1
mL, larutan enzim α-amilase dalam dapar fosfat PH 6,9 (0,02 M natrium fosfat
dengan 0,006 M natrium klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Larutan diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit, kemudian ditambahkan
1 ml larutan substrat amilum 1% b/v sejumlah 1 mL. Kemudian larutan campuran
diinkubasi kembali pada suhu 370C selama 15 menit. Selanjutnya, larutan campuran
tersebut ditambahkan HCl 1 N sebanyak 1 mL untuk menghentikan reaksi
enzimatik, diikuti dengan penambahan 0,1 mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum. Dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Pengujian Larutan Kontrol Blanko
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 3 mL, larutan DMSO 1% sejumlah 1
mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi (tanpa penambahan larutan enzim).
Larutan diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit, lalu ditambahkan larutan
substrat amilum 1% b/v sejumlah 1 mL. Kemudian, larutan diinkubasi pada suhu
370C selama 15 menit. Selanjutnya, larutan campuran tersebut ditambahkan 1 mL
HCl 1N untuk menghentikan reaksi enzimatik yang diikuti dengan penambahan 0,1
mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan sebanyak 3 kali
replikasi.
Pengujian Larutan Uji Sampel
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan uji ekstrak dengan
variasi konsentrasi 10; 7,5; 5; 2,5 dan 1,25 mg/ml sejumlah 1 ml dan larutan enzim
α-amilase dalam dapar fosfat PH 6,9 (0,02 M natrium fosfat dengan 0,006 M
natrium klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan
diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit. Lalu, ditambahkan larutan substrat
amilum 1% b/v sejumlah 1 mL dan diinkubasi kembali pada suhu 370C selama 15
menit. Selanjutnya, ke dalam larutan campuran tersebut di tambahkan 1 mL HCl
1N untuk menghentikan reaksi enzimatik, yang diikuti dengan penambahan 0,1 mL
reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan sebanyak 3 kali
replikasi.
Pengujian Larutan Kontrol Sampel
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan uji ekstrak dengan
variasi konsentrasi 10; 7,5; 5; 2,5 dan 1,25 mg/mL sejumlah 1 mL dan larutan dapar
fosfat PH 6,9 tanpa larutan enzim (0,02 M natrium fosfat dengan 0,006 M natrium
klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Larutan diinkubasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pada suhu 370C selama 10 menit. Lalu, ditambahkan larutan substrat amilum 1%
b/v sejumlah 1 mL dan diinkubasi kembali pada suhu 370C selama 15 menit.
Selanjutnya, ke dalam larutan campuran tersebut di tambahkan 1 mL HCl 1N untuk
menghentikan reaksi enzimatik, yang diikuti dengan penambahan 0,1 mL reagen
iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimum. Dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Pengujian Larutan Pembanding Akarbose
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan pembanding akarbose
dengan variasi konsentrasi 10; 7,5; 5; 2,5 dan 1,25 mg/mL sejumlah 1 mL dan
larutan enzim α-amilase dalam dapar fosfat PH 6,9 (0,02 M natrium fosfat dengan
0,006 M natrium klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Larutan diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit. Lalu, ditambahkan larutan
substrat amilum 1% b/v sejumlah 1 mL dan diinkubasi kembali pada suhu 370C
selama 15 menit. Selanjutnya, ke dalam larutan campuran tersebut di tambahkan 1
mL HCl 1N untuk menghentikan reaksi enzimatik, yang diikuti dengan
penambahan 0,1 mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan
sebanyak 3 kali replikasi.
Pengujian Larutan Kontrol Akarbose
Larutan dapar fosfat pH 6,9 sebanyak 2 mL, larutan pembanding akarbose
dengan variasi konsentrasi 10; 7,5; 5; 2,5 dan 1,25 mg/mL sejumlah 1 mL dan
larutan dapar fosfat PH 6,9 tanpa penambahan larutan enzim (0,02 M natrium fosfat
dengan 0,006 M natrium klorida) sejumlah 1 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Larutan diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit. Lalu, ditambahkan
larutan substrat amilum 1% b/v sejumlah 1 mL dan diinkubasi kembali pada suhu
370C selama 15 menit. Selanjutnya, ke dalam larutan campuran tersebut di
tambahkan 1 mL HCl 1N untuk menghentikan reaksi enzimatik, yang diikuti
dengan penambahan 0,1 mL reagen iodin (5Mm I2 dan 5Mm KI). Serapan diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan
sebanyak 3 kali replikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tabel I. Prosedur Uji Penghambatan Aktitas α-amilase
Reagen Volume (ml)
Blanko
(B)
Kontrol
Blanko
(KB)
Sampel (S) Kontrol
Sampel
(KS)
Sampel (Akarbose/ekstrak
dengan konsentrasi 1,25;
2,5; 5; 7,5 dan 10 mg/mL)
- - 1 1
DMSO 1 1 - -
Dapar fosfat PH 6,9 2 3 2 3
Enzim Pengenceran 100 x 1 - 1 -
Inkubasi pada 370C, 10 menit
Substrat amilum 1% b/v 1 1 1 1
Inkubasi pada 370C, 15 menit
HCl 1 N 1 1 1 1
Reagen iodin 0,1 0,1 0,1 0,1
Volume Total 6,1 6,1 6,1 6,1
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal
Teknik Analisis Data Penelitian
Data dianalisis secara statistik diawali dengan menguji distribusi normalitas
dengan uji Shapiro-Wilk. Apabila diperoleh data terdistribusi normal (P>0,05),
dilanjutkan dengan uji sampel tidak berpasangan (idendependent sample t-test)
dengan taraf kepercayaan 95% dan jika P<0,05 dipertimbangkan signifikan secara
statistik.
Perhitungan aktivitas inhibisi enzim α-amilase dapat dihitung dengan
rumus:
% Inhibisi = 1 − 𝐴1−𝐴2
𝐴0 𝑥 100%
Keterangan:
A1 = absorbansi Sampel Uji (ekstrak/pembanding)
A2 = absorbansi kontrol (sampel uji tanpa enzim)
A0 = Absorbansi kontrol negatif (blanko)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Konsentrasi larutan uji yang menghambat 50% enzim α-amilase dihitung
setelah mendapatkan regresi y= bx+a. Dimana sumbu x adalah konsentrasi sampel
dan sumbu y adalah % inhibisi.
IC50 = 50−𝑎
𝑏
(Yesmin et al., 2019)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Simplisia Daun Sambiloto dan Simplisia Batang Brotowali
Tujuan determinasi adalah untuk mendapatkan kebenaran identitas dengan
jelas dari tanaman yang diteliti dan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengumpulan bahan utama penelitian. Determinasi dilakukan dengan identifikasi
serbuk simplisia daun sambiloto dan simplisia batang brotowali di Departemen
Biologi, Fakultas Farmasi, UGM. Berdasarkan hasil identifikasi, sampel tersebut
adalah benar tanaman brotowali atau Tinospora crispa (L.) Hook.f.& Thomson dan
tanaman sambiloto atau Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees, masing-masing
dari suku Menispermaceae dan Acanthaceae (Lampiran 1).
Penetapan Kadar Air Simplisia Daun Sambiloto
Penetapan kadar air simplisia daun sambiloto mengacu pada Farmakope
Herbal Indonesia (2011) yaitu menggunakan metode destilasi toluena. Serbuk
simplisia daun sambiloto yang ditimbang 10,0067 gram. Sedangkan volume air
yang didapatkan adalah 0,5 mL. Maka kadar air serbuk simplisia daun sambiloto
adalah 4,99%. Hal ini menunjukkan bahwa simplisia yang digunakan sudah
memenuhi syarat kadar air yang sudah ditetapkan yaitu ≤ 10%.
Penetapan Kadar Air Simplisia Batang Brotowali
Penetapan kadar air simplisia batang brotowali mengacu pada Farmakope
Herbal Indonesia (2011) yaitu menggunakan metode destilasi toluena. Serbuk
simplisia batang brotowali yang ditimbang berturut-turut adalah dan 10,0067 gram.
Volume air yang didapatkan adalah 0,9 mL. Maka kadar air serbuk simplisia batang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
brotowali adalah 8,966%. Hal ini menunjukkan bahwa simplisia yang digunakan
sudah memenuhi syarat kadar air yang sudah ditetapkan yaitu ≤ 10%.
Ekstraksi Daun Sambiloto dengan Pelarut air
Penelitian ini menggunakan metode remaserasi sebagai metode
pengesktraksi simplisia daun sambiloto, dimana remaserasi merupakan salah satu
metode modifikasi dari maserasi. Maserasi adalah proses penyarian simplisia
menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengadukan pada
temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi merupakan metode ekstraksi yang mana
terjadi pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat
pertama, kedua dan ketiga. Pelarut kedua ditambahkan sebanyak penambahan
pelarut pertama, dan seterusnya (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Beberapa metode ekstraksi dengan cara panas dapat berdampak negatif
terhadap perolehan andrografolid seperti mengakibatkan terjadinya degradasi
termal, karena senyawa andrografolid merupakan senyawa yang resisten terhadap
panas dan maserasi menghasilkan rendemen terbanyak (33,3%) dibandingkan
menggunakan pemanasan dan gelombang ultrasonik (30,4%), perolehan ini
dikondisikan dengan pelarut etanol (Rafi,2014). Rentang terjadinya degradasi
andrografolid tergantung dari temperatur dan komposisi pelarut yang digunakan.
Menggunakan suhu 600c atau dibawahnya cukup untuk meminimalisir terjadinya
degradasi komponen. Sedangkan menggunakan pelarut metanol dan air (air dalam
jumlah berlebih) dapat menyebabkan terjadinya degradasi andrografolid menjadi
deoxandrografolid karena dapat meingkatkan titik didih metanol sehingga kuantitas
andrografolid berkurang (Kumoro et al., 2009). Pelarut yang digunakan sebagai
cairan penyari dalam penelitian ini adalah air. Air dipertimbangkan sebagai cairan
penyari karena murah, mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah
menguap dan terbakar. Namun, hanya menghasilkan andrografolid yang sedikit
karena kelarutannya yang rendah di dalam air. Rendemen ekstrak air daun
sambiloto yang diperoleh pada tiga kali replikasi, masing-masing adalah 16,98%;
12,97% dan 17,96%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Ekstraksi Batang Brotowali dengan Pelarut Air
Batang brotowali mengandung borapetosida c yang merupakan golongan
diterpen glikosida dan bersifat polar. Sehingga pada penelitian ini proses ekstraksi
batang brotowali dilakukan dengan metode dekok. Dekok adalah ekstraksi dengan
pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur 900C) dengan waktu 30 menit dan temperatur sampai
titik didih air yaitu 1000c. Kemudian, untuk menghilangkan sedikit pelarut
diuapkan lagi menggunakan waterbath pada suhu 600c untuk memperoleh ekstrak
kental dan dihitung persen rendemen. Adapun rendemen ekstrak air batang
brotowali yang diperoleh pada tiga kali pengulangan, masing-masing adalah
26,78%; 20,81%; dan 24,45%.
Identifikasi Kualitatif Ekstrak Tunggal dan Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3 dengan Kromatografi Lapis Tipis
Identifikasi golongan senyawa kimia bertujuan untuk mengetahui
kandungan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak. Identifikasi
dilakukan pada kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3.
Kuersetin dan andrografolid digunakan sebagai senyawa marker untuk melihat ada
atau tidaknya golongan senyawa yang diuji. Hasil identifikasi golongan senyawa
kimia dapat dilihat pada Tabel II.
Gambar 1. Profil KLT Ekstrak Air Daun Sambiloto
S
a
2 b
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Keterangan gambar: Pemeriksaan di bawah sinar UV 254 nm. P:
Pembanding atau marker andrografolid. S: Sampel ekstrak air daun sambiloto; a.
Senyawa dengan Rf 0,85; b. Senyawa dengan Rf 0,91.
Gambar 2. Profil KLT Ekstrak Air Batang Brotowali
Keterangan gambar: Pemeriksaan di bawah sinar UV 366 nm. P:
Pembanding atau Marker Kuersetin. S: Sampel Ekstrak Air Batang Brotowali; a.
Senyawa dengan Rf 0,21; b. Senyawa dengan Rf 0,71.
Gambar 3. Profil KLT Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto& Batang
Brotowali 1:3
Keterangan gambar: Pemeriksaan di bawah sinar UV 366 nm (kiri) dan 254 nm
(kanan). P1: Pembanding Andrografolid; P2: pembanding kuersetin dan S:
Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3
S
S S
a
2
b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel II. Nilai Rf dan Warna Hasil Uji KLT
Deteksi Bercak yang diperoleh Nilai Rf Senyawa Warna
UV 254 nm
(Ekstrak air
daun
sambiloto)
Marker andrografolid
(P)
0,61 Hitam
Bercak a (S) 0,85 Hitam
Bercak b (S) 0,91 Hitam
UV 366 nm
(Ekstrak air
batang
brotowali)
Marker kuersetin (P) 0,55 Hijau
Bercak a (S) 0,21 Hijau
Bercak b (S) 0,71 Hijau
UV 254 nm
(Kombinasi
ekstrak air
daun
sambiloto
dan batang
brotowali
1:3
Marker andrografolid
(P1)
Marker kuersetin (P2)
Sampel kombinasi
ekstrak air daun
sambiloto dan batang
brotowali 1:3 tidak
menunjukkan bercak
seperti pembanding
0,95
0,89
-
Hitam
Hitam
-
UV 366 nm
(Kombinasi
ekstrak air
daun
sambiloto
dan batang
brotowali
1:3)
Marker kuersetin (P2)
Sampel kombinasi
ekstrak air daun
sambiloto dan batang
brotowali 1:3 tidak
menunjukkan bercak
seperti pembanding
0,89
-
Hijau
Fase diam yang digunakan adalah plat silika gel GF254, yang artinya terdiri
dari silika gel dengan pengikat dan indikator fluorosensi. Huruf ‘F’ menunjukkan
adanya indikator UV gelombang pendek (short wave) yang berpendar pada 254 nm.
Biasanya berfluorosensi kehijauan jika dilihat pada sinar UV 254 nm dan akan
tampak gelap saat disinari UV 366 nm. Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia
(2008), pembanding yang digunakan untuk ekstrak daun sambiloto adalah
andrografolid, dan ekstrak batang brotowali menggunakan kuersetin (Farmakope
Herbal Indonesia, 2013). Pada pengujian ini, dapat dilihat bahwa ekstrak air daun
sambiloto menghasilkan nilai Rf yang berbeda dengan marker andrografolid, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
warna bercak yang dihasilkan sama dengan senyawa marker. Oleh karena itu,
belum dapat dipastikan dengan jelas bahwa ekstrak air daun sambiloto mengandung
andrografolid. Hal ini dapat diakibatkan karena polaritas pelarut air di dalam
andrografolid yang rendah, sehingga memungkinkan kuantitasnya rendah di dalam
ekstrak air dan menghasilkan Rf yang berbeda dengan senyawa marker. Di sisi lain,
ekstrak air batang brotowali juga menunjukkan hal yang sama, dimana nilai Rf
senyawa marker berbeda dengan sampel yang diuji, tetapi menghasilkan warna
bercak yang sama. Hasil kromatogram pada ekstrak air batang brotowali
kemungkinan menunjukkan golongan flavonoid lain selain kuersetin, seperti
katekin, luteolin, morin dan rutin (Amom et al., 2009). Selain itu, bercak juga
menampilkan warna biru yang menandakan bahwa batang brotowali mengandung
senyawa golongan terpenoid (Warsinah et al., 2015) dan harus dipastikan lagi
dengan menyemprotkan pereaksi kimia yang dapat mendeteksi keberadaan
golongan senyawa tersebut. Sedangkan kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan
batang brotowali 1:3 tidak menunjukkan bercak flavonoid dan andrografolid yang
jelas, sehingga Rf keduanya tidak dapat ditentukan. Sehingga, perlu adanya
pengujian lanjutan untuk mempertegas keberadaan kandungan andrografolid dan
kuersetin di dalam ekstrak air tunggal daun sambiloto dan batang brotowali serta
kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3.
Uji Pendahuluan Penghambatan Aktivitas Enzim α-Amilase
Sebelum menguji adanya efek penghambatan pada kombinasi ekstrak air
daun sambiloto dan batang brotowali 1:3, pertama-tama dilakukan uji pendahuluan
berupa optimasi panjang gelombang maksimum dan waktu inkubasi agar saat
pengujian menghasilkan aktivitas inhibisi yang optimal.
Optimasi panjang gelombang bertujuan untuk melihat panjang gelombang
yang menghasilkan serapan maksimum. Selain itu, agar dapat memberikan
kepekaan sampel yang maksimal dan memberikan hasil yang cukup konstan jika
dilakukan pengukuran berulang. Pengukuran dilakukan menggunakan konsentrasi
kombinasi ekstrak terkecil yaitu 1,25 mg/mL sebagai pengganti senyawa standar
murni (andrografolid dan borapetosida c) dengan spektrofotometer UV-Vis pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
rentang panjang gelombang 400-800 nm. Hasil bacaan serapan maksimum yang
diperoleh adalah 635,5 nm. Beberapa penelitian menggunakan panjang gelombang
yang berbeda seperti Akoro et al. (2017) dan Yesmin et al. (2019) panjang
gelombang yang digunakan adalah 620 nm serta Subba et al. (2019) menggunakan
panjang gelombang 630 nm. Hasil panjang gelombang yang bervariasi ini dapat
diakibatkan dari subjek yang diteliti berbeda-beda, Akoro et al. (2017) menguji
penghambatan aktivitas α-amilase pada daun Petiveria alliacea (singalawang) dan
Yesmin et al. (2019) menguji pada kulit Michelia campaca (cempaka wangi) serta
Subba et al. (2019) menguji pada Persea americana mill (avokad), Rhododendron
arboretum sm. Rubus ellipticus sm (Raspberry Himalaya emas), yang mana semua
penelitian ini juga menggunakan metode pengujian iodin-pati pada penghambatan
aktivitas α-amilase.
Penentuan waktu inkubasi dilakukan sama seperti pada pengujian panjang
gelombang maksimum, dengan variasi waktu inkubasi adalah menit ke-
5,10,15,20,25,30,40,50,60 secara triplo. Pengukuran dilakukan menggunakan
panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh yaitu 635,5 nm. Tujuan
penetapan waktu inkubasi adalah untuk mendapatkan waktu pengukuran pada saat
reaksi telah berjalan optimal yang ditandai dari absorbansi yang stabil, sehingga
dapat memaksimalkan pengukuran. Dari pengukuran diperoleh waktu inkubasi
adalah 15 menit.
Uji Penghambatan Aktivitas α-Amilase Oleh Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3
Uji penghambatan aktivitas α-amilase dilakukan menggunakan metode
pengujian iodin pati. Metode ini mengukur serapan sisa pati sebagai substrat yang
terbentuk setelah diberi perlakuan dengan enzim α-amilase (Abdullah & Kasim,
2017) dan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum yaitu 635,5 nm.
Prosedur pengujian penghambatan aktivitas α-amilase oleh standar
akarbose dan kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 tersaji
secara ringkas pada tabel I. Pada pengujian ini, terdapat beberapa perbedaan seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pengujian blanko tidak menggunakan sampel ekstrak dan hanya berisikan larutan
dapar fosfaf PH 6,9, DMSO, larutan enzim pengenceran 100x, substrat pati, HCl
1N dan reagen iodin. Sedangkan kontrol blanko tidak mengandung ekstrak dan
enzim dan hanya berisikan larutan dapar fosfat PH 6,9, DMSO, substrat pati, HCl
1N dan reagen iodin. Sedangkan pada pengujian sampel (standar akarbose dan
kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3) menggunakan
larutan sampel dan enzim. Namun, pada kontrol sampel larutan enzim tidak
diikutsertakan dalam pengujian.
α-Amilase adalah suatu enzim pencernaan yang bertugas untuk
mempercepat laju reaksi dalam langkah awal hidrolisis glukosa, tetapi tidak
berubah secara kimiawi pada akhir reaksi. Jangkauan hidrolisis tersebut tergantung
dari berapa lama enzim bereaksi. Jika pati terhidrolisis sempurna, maka akan
menghasilkan produk glukosa. Hadir tidaknya pati dalam larutan dapat dilihat
menggunakan reagen iodin (I2). Iodin membentuk kompleks biru kehitaman dengan
pati, tetapi tidak bereaksi dengan glukosa. Jika iodin ditambahkan ke dalam larutan
glukosa, warna yang terlihat hanya merah atau kuning dari iodin. Sementara itu,
semakin cepat warna biru pati menghilang, semakin cepat pula enzim bekerja. Jika
α-amilase diinaktivasi, maka tidak bisa lagi menghidrolisis pati, sehingga kompleks
warna biru pati-iodin akan bertahan (tetap berwarna biru).
Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus tipe II adalah dengan jalan
menghambat enzim α-amilase. Penghambatan α-amilase intestinal nantinya akan
menunda degradasi monosakarida sekaligus absorbsi glukosa, sehingga
mengakibatkan kadar glukosa darah postprandial menurun (Gondokesumo et al.,
2017). Inhibitor-inhibitor α-amilase juga sering disebut starch blockers
sebagaimana mereka mencegah atau memperlambat hidrolisis ikatan glikosidik
glukosa (starch)-1,4 dan oligosakarida menjadi maltosa, maltriosa dan bentuk
sederhana gula lainnya (Wickramaratne et al., 2016).
Pada pengujian ini, akarbose digunakan sebagai pembanding karena
merupakan salah satu agen inhibitor α-amilase (selain sebagai inhibitor α-
glukosidase) yang umum digunakan untuk memanajemen kadar glukosa pada
pasien diabetes melitus tipe 2 dan banyak digunakan sebagai pembanding pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berbagai literatur (Oboh et al., 2016; Mandal & Reddy, 2016; Yesmin et al., 2019).
Konsentrasi larutan induk akarbose yang dibuat adalah 100 mg/mL. Kemudian
diencerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi seri yaitu 1,25; 2,5; 5; 7,5; dan 10
mg/mL.
Konsentrasi pada sampel ekstrak dan standar akarbose dibuat bervariasi
untuk memperoleh persen (%) penghambatan yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung nilai IC50.
Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Akarbose dengan Persen Inhibisi Enzim α-
Amilase Replikasi 1, Replikasi 2 dan Replikasi 3.
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%in
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%In
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)2
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%In
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)3
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel III. Nilai IC50 Standar Akarbose
Sampel Persamaan
Regresi Linear
r IC50
(mg/mL)
Rata-rata IC50
(mg/mL)
Akarbose
Replikasi 1
Y = 2,18x+34,48 0,993 7,12
Akarbose
Replikasi 2
Y = 2,29x+35,09 0,992 6,51
Akarbose
Replikasi 3
Y = 2,35x+34,64 0,995 6,53
Rata-rata Y = 2,27x+ 34,74 0,993 6,72 6,72 ±0,35
Dari Gambar 4 dan yang secara ringkas tersaji pada Tabel III, persamaan
regresi linear penghambatan oleh standar akarbose replikasi 1 adalah y =
2,18x+34,48 dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,993 serta perolehan nilai IC50
nya adalah 7,12 mg/mL. Persamaan regresi linear yang didapatkan dari kurva
penghambatan standar akarbose replikasi 2 adalah y = 2,29x+35,09 dengan nilai
koefisien korelasi (r) = 0,992 serta perolehan nilai IC50 nya adalah 6,51 mg/ml.
Persamaan regresi linear yang didapatkan dari kurva penghambatan standar
akarbose replikasi 3 adalah y = 2,35x+34,64 dengan nilai koefisien korelasi (r) =
0,995 serta perolehan nilai IC50 nya adalah 6,53 mg/mL.
Perolehan rata-rata nilai IC50 standar akarbose adalah 6,72 ± 0,35 mg/mL.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini cukup berbeda dengan beberapa penelitian
sebelumnya seperti pada penelitian Akoro et al (2017) serta Mandal&Reddy (2016)
masing-masing IC50 yang diperoleh adalah 0,1149 mg/mL dan 0,083 mg/mL.
Namun, berbeda pada penelitian Subramanian et al (2008) yang menguji
penghambatan aktivitas α-amilase oleh ekstrak sambiloto yang dibandingkan
dengan andrografolid murni dan akarbose, diperoleh bahwa IC50 akarbose adalah
11,3 mg/mL. Hal ini dapat diakibatkan karena sumber akarbose yang digunakan
berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan akarbose tablet @50 mg yang
diproduksi oleh PT. Dexa Medica, Indonesia, sedangkan Subramanian et al. (2008)
menggunakan akarbose yang diproduksi oleh Bayers Pharmaceuticals,
Leverkusen, Jerman. Akoro et al (2017) dan Mandal & Reddy (2016) tidak
menyebutkan secara spesifik sumber akarbose yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Larutan uji sampel yang digunakan adalah kombinasi ekstrak air daun
sambiloto dan batang brotowali 1:3. Uji inhibisi menggunakan beberapa variasi
konsentrasi seri seperti halnya pada standar akarbose yaitu 1,25;2,5;7,5 dan 10
mg/mL. Pengujian konsentrasi yang beragam ini bertujuan untuk melihat pengaruh
penambahan konsentrasi ekstrak terhadap peningkatan persen inhibisi dan untuk
menghitung nilai IC50. Nilai IC50 mengindikasikan konsentrasi inhibitor yang
dibutuhkan untuk menghambat fungsi biokimia setengahnya.
Pada uji ini, dilakukan pengukuran serapan sampel (S) dan serapan blanko
(B). Pada pengukuran serapan blanko, DMSO digunakan sebagai pengganti larutan
ekstrak. Sedangkan, pengukuran serapan sampel (S), menggunakan larutan ekstrak
dan larutan pembanding akarbose. Perlakuan untuk pengukuran serapan sampel (S)
(ekstrak dan pembanding) dan blanko (B) adalah sama yaitu menggunakan kontrol
sampel dan kontrol blanko untuk melihat apakah produk masih dapat terbentuk
setelah larutan di terminasi reaksinya menggunakan HCl 1N. Selain itu, sebagai
faktor koreksi terhadap nilai serapan sampel maupun blanko karena warna ekstrak
juga dapat memberikan nilai serapan tertentu pada panjang gelombang maksimum
yang digunakan.
Hasil serapan yang diperoleh dipengaruhi oleh warna yang terbentuk
sebagai akibat dari reaksi antara inhibitor, enzim dan substratnya yang ditetesi
reagen iodin. Pada pengujian blanko (B) yang terdiri dari enzim α-amilase tanpa
ekstrak, terbentuk warna kuning yang menandakan absennya pati karena tidak
terbentuk kompleks iodin-pati atau amilase berhasil mengkatalisis pati menjadi
glukosa sehingga tidak berubah warna saat ditetesi iodin. Sedangkan pada
pengujian sampel yaitu ekstrak dan pembanding, warna yang terbentuk adalah
kompleks biru gelap. Hal ini menandakan bahwa aktivitas enzim telah berhasil di
inhibisi oleh ekstrak dan pembanding sebagai inhibitor. Sedangkan pada kontrol
ekstrak dan pembanding, warna yang terbentuk juga biru yang menunjukkan
hadirnya pati atau amilum di dalam larutan campuran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 5. Hubungan Konsentrasi Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto&
Batang Brotowali 1:3 dengan Persen Inhibisi Enzim α-Amilase Replikasi 1,
Replikasi 2 dan Replikasi 3.
Tabel IV. Nilai IC50 Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto& Batang Brotowali
1:3.
Sampel Persamaan
Regresi Linear
r IC50
(mg/mL)
Rata-rata IC50
(mg/mL)
Kombinasi
Ekstrak Replikasi
1
Y =0,70x+28,74 0,9876 30,37
Kombinasi
Ekstrak Replikasi
2
Y = 0,74x+29,09 0,9862 28,26
Kombinasi
Ekstrak Replikasi
3
Y = 0,64x+29,27 0,9872 32,39
Rata-rata Y = 0,693x+ 29,03 0,987 30,34 30,34 ±2,06
Berdasarkan Gambar 5 dan yang secara ringkas tersaji pada Tabel IV,
persamaan regresi linear yang didapatkan dari kurva penghambatan kombinasi
ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 replikasi 1 adalah Y =
0,70x+28,74 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9876 serta nilai IC50 yang diperoleh
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%In
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%In
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
1,25 2,5 5 7,5 10
%In
hib
isi
Konsentrasi (mg/ml)3
1 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
adalah 30,37 mg/mL. Persamaan regresi linear yang didapatkan dari kurva
penghambatan kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3
replikasi 2 adalah Y = 0,74x+29,09 dengan koefisien korelasi (r) =0,9862 serta nilai
IC50 yang diperoleh adalah 28,26 mg/mL. Persamaan regresi linear yang didapatkan
dari kurva penghambatan kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang
brotowali 1:3 replikasi 2 adalah Y= 0,64x+29,27 dengan koefisien korelasi (r) =
0,9872 serta nilai IC50 yang diperoleh adalah 32,39 mg/mL.
Perolehan rata-rata nilai IC50 kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan
batang brotowali 1:3 adalah 30,34±2,06 mg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa
inhibisi aktivitas α-amilase oleh kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang
brotowali 1:3 kurang efektif dibandingkan akarbose, yang mana dapat dilihat dari
nilai IC50 akarbose yang lebih kecil yaitu 6,72±0,35 mg/mL. Nilai IC50 yang besar
menunjukkan interaksi inhibitor dengan enzim kurang efektif daripada inhibitor
yang memilki nilai IC50 kecil (Caldwell et al., 2012). Meskipun memiliki nilai IC50
yang relatif kecil, kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3
juga mampu menghambat aktivitas α-amilase yang ditunjukkan dengan rata-rata
persen inhibisi nya pada konsentrasi 10 mg/mL sebesar 35,80 mg/mL. Di sisi lain,
seperti yang tertera pada Gambar 6 penghambatan yang dilakukan oleh sampel uji
menunjukkan cara yang tergantung konsentrasi (concentration-dependent manner),
yang mana persen (%) penghambatan akan semakin meningkat seiring dengan
kenaikan konsentrasi (Yesmin et al., 2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 6. Perbandingan % Inhibisi Enzim α-Amilase Kombinasi Ekstrak Air
Daun Sambiloto& Batang Brotowali 1:3 dan Akarbose.
Tabel V. Perbandingan Nilai IC50 Ekstrak Tunggal dan Kombinasi Ekstrak
Ekstrak IC50
Ekstrak etanol daun
sambiloto (Subramanian et
al., 2008)
50,9 mg/mL
Ekstrak metanol-kloroform
batang brotowali (Hamid et
al., 2015)
0,775 mg/mL
Kombinasi ekstrak air daun
sambiloto dan batang
brotowali 1:3
30,34 mg/mL
Berdasarkan tabel V. mengenai perbandingan nilai IC50 ekstrak tunggal dan
kombinasi ekstrak, dapat dilihat bahwa kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan
batang brotowali 1:3 menghasilkan penghambatan yang sedikit lebih efektif
dibandingkan ekstrak tunggal etanol daun sambiloto, namun kurang efektif
dibandingkan ekstrak metanol-kloroform. Perbandingan nilai IC50 kombinasi
ekstrak daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 dengan ekstrak tunggal (daun
sambiloto dan batang brotowali) yang tidak menggunakan pelarut air, dikarenakan
data mengenai pengujian aktivitas penghambatan α-amilase nya masih jarang
dilakukan. Pada penelitian Sathiavelu et al (2013), pengujian ekstrak air daun
sambiloto nya tidak melibatkan nilai IC50. Sedangkan, pengujian penghambatan
aktivitas α-amilase pada batang brotowali baru dilakukan oleh Hamid et al (2015)
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
1 2 3 4 5 6
%P
en
gham
bat
an α
-Am
ilase
Konsentrasi (mg/ml)
Rerata % Inhibisi Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto & Batang Brotowali 1:3 dan Akarbose
Kombinasi Ekstrak air daun sambiloto dan batang Brotowali 1:3 Akarbose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dan belum ada penelitian lain yang menguji efektivitas penghambatan α-amilase
oleh ekstrak air tunggal daun sambiloto dan batang brotowali.
Penghambatan aktivitas α-amilase oleh kombinasi ekstrak air daun
sambiloto dan batang brotowali 1:3 diduga terjadi karena adanya kandungan
fitokimia yang terkandung di dalamnya, yakni masing-masing berupa andrografolid
dan borapetosida c. Namun, pada penelitian ini keberadaan kedua senyawa tersebut
masih belum dipastikan dengan jelas. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian
lanjutan pada pengujian kualitatif ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali
serta kombinasi ekstraknya. Secara teori, andrografolid merupakan golongan
diterpen lakton yang terdapat paling banyak pada bagian daun sambiloto dan
pengujian in vitro sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan inilah yang
berperan utama dalam menghambat aktivitas α-amilase (Subramanian et al., 2008)
dan penelitian lain oleh Sathiavelu et al (2013) membuktikan bahwa ekstrak air
daun sambiloto mampu menghambat α-amilase. Sedangkan borapetosida c yang
adalah golongan diterpen glikosida banyak terdapat pada batang brotowali.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad et al (2016) menunjukkan bahwa ekstrak air
batang brotowali mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus, namun tidak
diketahui secara pasti komponen fitokimia yang terlibat di dalamnya. Pengujian in
vitro mengenai efektifivas ekstrak air batang brotowali dalam menghambat
aktivitas α-amilase masih jarang dilakukan. Kemudian oleh Hamid et al (2015)
menemukan bahwa kandungan borapetosida c dalam batang brotowali adalah
komponen paling penting yang menghambat aktivitas α-amilase, namun pengujian
ini dilakukan pada ekstrak metanol-kloroform batang brotowali, bukan pada ekstrak
air batang brotowali.
Selanjutnya, dilakukan uji statistik antara IC50 kelompok standar akarbose
dan kelompok kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3, yang
didahului oleh uji Shapiro-Wilk dan didapatkan data terdistribusi normal (P>0,05).
Oleh karena data terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan
(independent-sampel t test). Dari hasil pengujian, diperoleh bahwa ada perbedaan
diantara dua kelompok dengan nilai signifikansi 0,000 (P<0,05). Sehingga, dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan penghambatan aktivitas α-amilase bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
antara kelompok uji akarbose dan kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang
brotowali 1:3.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi ekstrak air daun sambiloto
dan batang brotowali 1:3 memiliki efek penghambatan aktivitas α-amilase dengan
nilai IC50 30,34±2,06 mg/mL.
SARAN
Penulis menyarankan untuk dilakukan pengujian kembali untuk
mempertegas kandungan andrografolid dan borapetosida c yang ada pada ekstrak
air tunggal daun sambilto dan batang brotowali serta pada kombinasi ekstrak air
daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 dan menguji kinetika penghambatan
enzim agar dapat diketahui jenis atau tipe penghambatan enzim α-amilase yang
dilakukan oleh kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N., & Kasim, K. F., 2017. In-Vitro Antidiabetic Activity of Clinacanthus
nutans Extracts. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical
Research, 9(6), 846–852.
Ahmad, W., Jantan, I., & Bukhari, S. N. A., 2016. Tinospora crispa (L.) Hook. f. &
Thomson: A Review Of Its Ethnobotanical, Phytochemical, and
Pharmacological Aspects. Frontiers in Pharmacology, 7(59), 1–19.
Akoro, S., Ogundare, C., & Oladipupo, O., 2017. Phytochemical Study and Alpha-
amylase Inhibitory Properties of Leaf Extracts of Croton zambesicus (Müll.
Arg.). Biotechnology Journal International, 18(1), 1–8.
Akoro, S., Omotayo, M., Ajibaye, S., & Dada, F., 2017. Comparative Alpa-
Amylase Inhibitory Properties of the Leaff Extracts of Petiveria alliacea L.
Chemical Science International Journal, 19(1), 1-9.
Amom, Z., Bahari, H., Isemaail, S., Ismail, N. A., Shah, Z. M., & Arsyad, M. S.,
2009. Nutritional composition, antioxidant ability and flavonoid content of
Tinospora crispa stem. Advances in Natural and Applied Sciences, 3(1), 88–
94.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia., 2011. Acuan Sediaan
Herbal. Volume 6, Edisi 1, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, Jakarta, pp. 8.
Bharti, S. K., Krishnan, S., Kumar, A., & Kumar, A., 2018. Antidiabetic
phytoconstituents and their mode of action on metabolic pathways.
Therapeutic Advances in Endocrinology and Metabolism, 9(3), 81–100.
Caldwell, G. W., Yan, Z., Lang, W., & Masucci, J. A., 2012. The IC50 Concept
Revisited. Curr. Top. Med. Chem., 12, 1282–1290.
Departemen Kesehetan Republik Indonesia., 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi 1, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta, pp. 10-11
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008. Farmakope Herbal Indonesia,
Edisi 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 69; 124-125.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2013. Suplemen III Farmakope
Herbal Indonesia, Edisi 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 14-15.
Etsassala, N. G. E. R., Badmus, J. A., Waryo, T. T., Marnewick, J. L., Cupido, C.
N., Hussein, A. A., & Iwuoha, E. I., 2019. Alpha-glucosidase and alpha-
amylase inhibitory activities of novel abietane diterpenes from Salvia
Africana-Lutea. Antioxidants, 8(10).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2011. Suplemen II Farmakope Herbal
Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 92-93
Ganesan, K., & Xu, B. (2019). Anti-diabetic effects and mechanisms of dietary
polysaccharides. Molecules, 24(14).
Garg, C., Sharma, P., Satija, S., & Garg, M., 2016. Stability indicating studies of
Andrographis paniculata extract by validate HPTLC protocol. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry, 5(6), 337–344.
Gondokesumo, M. E., Kusuma, H. S. W., & Widowati, W., 2017. α-/β-Glucosidase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
and α-Amylase Inhibitory Activities of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.)
Ethanol Extract. Molecular and Cellular Biomedical Sciences, 1(1), 34.
Hossain, S., Urbi, Z., Sule, A., & Rahman, K. M. H., 2014. Andrographis
paniculata (Burm.f) Wall. Ex Nees: A Review of Ethnobotany
Phytochemistry, Pharmacology. The Scientific World Journal, 1-28
Ismoyo dan Tanjung, S. P., 2010. Uji Pra Klinis Ramuan Ekstrak Tanaman Obat
Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Brotowali (Tinosora crispa)
sebagai Obat Anti Diabetes. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Tanaman Obat Tradisional Tawangmangu.
Jijith, U. S., & S, J., 2017. Recent Advances and Methods for in-Vitro Evaluation
of Antidiaetic Activity: a Review. International Journal of Research in
Ayurveda & Pharmacy, 8(1), 81–87.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., 2018. Cegah Cegah, Cegah dan Cegah:
Suara Dunia Perangi Diabetes, http://www.depkes.go.idarticle/view/
18121200001/prevent-prevent-and-prevent-the-voice-of-the-world-fight-
diabetes.html, diakses tanggal 20 Juni 2019.
Kumar, P. N., Vijayan, S. K., Dharsana, J. N., Seena & Anjana., 2012. Comparing
The effect of Antidiabetic Activity of Andrographis paniculata, Salacia
reticulata, Ocimum sanctum By In Vitro Screening. Asiann Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research. 5(4). 146-149.
Kumoro, A. C., Hasan, M., dan Singh, H., 2009. Effect of Solvent Properties on
The Soxhlet Extraction of Diterpenoid Lactones from Andrographis
paniculata Leaves. Science Asia.
Rafi, M., Devi, A. F., Syafitri, U. D., Heryanto, R., Suparto, I. H., Amran, M. B.,
Rohman, A., Prajogo, B., & Lim, L. W., 2020. Classification of Andrographis
paniculata extracts by solvent extraction using HPLC fingerprint and
chemometric analysis. BMC Research Notes, 13(1), 56.
Rais, I. R., 2014. Ekstraksi Andrografolid Dari (Burm.f.) Nees Menggunakan
Ekstraktor Soxhlet. Pharmaciana, 4(1).
Thomas, A., Rajesh, E. K., & Kumar, D. S., 2016. The Significance of Tinospora
crispa in Treatment of Diabetes Mellitus. Phytotherapy Research, 30(3), 357–
366.
Sathiavelu, A., Sangeetha, S., Archit, R., & Mythili, S., 2013. In vitro anti-diabetic
activity of aqueous extract of the medicinal plants Nigella sativa, Eugenia
jambolana, Andrographis paniculata and Gymnema sylvestre. International
Journal of Drug Development and Research, 5(2), 323–328.
Sharma, R., Amin, H., Galib., & Prajapati, P. K., 2015. Antidiabetic Claims of
Tinospora cardifolia (Wild.) Miers: Critical Appraisal and The Role in
Therapy. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 5(1), 68-78.
Soelistijo, S., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf, A.,
Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y., Purnamasari, D.,
& Soetedjo, N., 2015. Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe2 Di Indonesia 2015. In Perkeni.
Subba, B., Gaire, S., & Raj Sharma, K., 2019. Analysis of Phyto-Constituents,
Antioxidant, and Alpha Amylase Inhibitory Activities of Persea Americana
Mill., Rhododendron Arboretum Sm. Rubus Ellipticus Sm. From
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Arghakhanchi District Nepal. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research, 12(1), 301.
Subramanian, R., Asmawi, M. Z., & Sadikun, A. 2008. In vitro α-glucosidase and
α-amylase enzyme inhibitory effects of Andrographis paniculata extract and
andrographolide. Acta Biochimica Polonica, 55(2), 391–398.
Swapna, G., Jyothirmai, T., Lavanya, V., Swapnakumari, S., & Sri, L. P. A., 2015.
Extraction and Characterization of Bioactive Compounds from Plant Extracts:
A Review. Europan Journal of Pharmaceutical Science and Research, 2(1),
1-6.
Talubmook, C., & Buddhakala, N., 2013. Bioactive of Extracts from Tinospora
crispa Stems, Annona squamosal Leaves, Musa spientum Flowers and Piper
sarmentosum Leaves in Diabetic Rats. International Journal of Advancements
in Research & Technology, 2(6), 144-149.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur, H., 2011. Phytochemical
Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Scienca,
1(1), 98-106.
Wang, N.S., 2009. Experiment No.5 Starch Hydrolisis By Amilase. University of
Maryland: Department of Chemical and Biomolecular Engineering.
Warsinah, Harwoko, & Nuryanti. 2015. Screening of volatile compounds of
Brotowali (Tinospora crispa) and antifungal activity against Candida
albicans. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical
Research, 7(1), 132–136.
Wickramaratne, M. N., Punchihewa, J. C., & Wickramaratne, D. B. M. 2016. In-
vitro alpha amylase inhibitory activity of the leaf extracts of Adenanthera
pavonina. BMC Complementary and Alternative Medicine, 16(1), 1–5.
Yesmin, R., Das, P. K., & Belal, H. 2019. In Vitro Antioxidant And Antidiabetic
Assessment Of Extracts From The Bark Of Michelia Champaca , A Medicinal
Plant In World Journal Of Pharmaceutical Research Extracts From The Bark
Of Michelia Champaca, World Journal of Pharmaceutical Research, 8(9), 1-
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Serbuk Simplisia Daun
Sambiloto & Batang Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 3. Penetapan Kadar Air & Ekstraksi
Penetapan Kadar Air
Ekstrak Air Daun Sambiloto
Ekstrak Air Batang Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 4. Data Penimbangan & Perolehan Rendemen Ekstrak Air Daun
Sambiloto
Replikasi I
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 53,7142
Cawan + Isi 55,4194
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
53,7142 55,4194 1,7052 16,98
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 1,7052 𝑔
10,0378 𝑔 𝑥 100%
= 16,98%
Berat (g)
Cawan kosong 62,4856
Cawan + isi 72,5244
Cawan + sisa 62,4866
Bobot akhir 10,0378
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Replikasi II
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 56,9630
Cawan + Isi 58,2720
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
56,9630 58,2720 1,309 12,97
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 1,309 𝑔
10,0917 𝑔 𝑥 100%
= 12,97 %
Berat (g)
Cawan kosong 62,7819
Cawan + isi 73,6789
Cawan + sisa 63,5872
Bobot akhir 10,0917
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Replikasi III
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 24,3840
Cawan + Isi 22,5042
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
24,3840 22,5042 1,879
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 1,879 𝑔
10,4601 𝑔 𝑥 100%
= 17,96%
Berat (g)
Cawan kosong 65,4832
Cawan + isi 75,7819
Cawan + sisa 65,3218
Bobot akhir 10,4601
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 5. Data Penimbangan & Perolehan Rendemen Ekstrak Air Batang
Brotowali
Replikasi I
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 33,6174
Cawan + Isi 36,2978
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
33,6174 36,2978 2,6804 26,78%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 2,6804 𝑔
10,0067 𝑔 𝑥 100%
=26,78%
Berat (g)
Cawan kosong 62,3841
Cawan + isi 72,3908
Cawan + sisa 62,3841
Bobot akhir 10,0067
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Replikasi II
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 57,6276
Cawan + Isi 59,7732
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
57,6276 59,7732 2,1456 21,78
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 2,2456 𝑔
10,3089 𝑔 𝑥 100%
=20,81 %
Berat (g)
Cawan kosong 65,4621
Cawan + isi 76,5943
Cawan + sisa 66,2854
Bobot akhir 10,3089
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Replikasi III
Penimbangan Bobot Tetap
Berat (g)
Cawan Porselen 55,8351
Cawan + Isi 58,3685
Perhitungan Rendemen Ekstrak
Bobot Cawan (g) Cawan + Isi (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%)
55,8351 58,3685 2,5334 24,45
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%
% rendemen ekstrak air daun sambiloto = 2,5334𝑔
10,3612𝑔 𝑥 100%
=24,45 %
Berat (g)
Cawan kosong 63,7981
Cawan + isi 74,9865
Cawan + sisa 64,6253
Bobot akhir 10,3612
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 6. Data Pengenceran Konsentrasi Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto & Batang Brotowali 1:3 serta Standar Akarbose.
1. Penimbangan Ekstrak Air Daun Sambiloto & Ekstrak Air Batang Brotowali
• Bobot ekstrak air daun sambiloto = 250 mg
• Bobot ekstrak air batang brotowali = 750 mg
• Bobot kombinasi ekstrak air daun sambiloto dan batang brotowali 1:3 =
1000 mg.
• Konsentrasi larutan induk kombinasi esktrak air daun sambiloto dan batang
brotowali 1:3 (10 mL) = 1000 mg/ 10 m = 100 mg/mL
Volume yang diambil untuk memperoleh seri konsentrasi adalah:
a. 10 mg/mL
C1.V1 = C2.V2
100 mg/mL.x = 10 mg/ml.10 mL
= 1 mL
b. 7,5 mg/mL
C1. V1 = C2.V2
10 mg/mL.x = 7,5 mg/mL. 10 mL
= 7,5 mL
c. 5 mg/mL
C1. V1 = C2V2
7,5 mg/mL.x = 5 mg/mL. 10 mL
= 6,67 mL
d. 2,5 mg/mL
C1.V1 = C2.V2
5 mg/mL. x = 2,5 mg/mL. 10 mL
= 5 mL
e. 1,25 mg/mL
C1. V1 = C2.V2
2,5 mg/mL. x = 1,25 mg/ml. 10 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
= 5 mL
2. Penimbangan Standar Akarbose @ 50 mg
• Bobot standar akarbose adalah = 1000 mg.
• Konsentrasi larutan induk standar akarbose adalah (10 mL) = 1000 mg/
10 mL= 100 mg/mL
Volume yang diambil untuk memperoleh seri konsentrasi adalah
a. 10 mg/mL
C1.V1 = C2.V2
100 mg/mL.x = 10 mg/ml.10 mL
= 1 mL
b. 7,5 mg/mL
C1. V1 = C2.V2
10 mg/mL.x = 7,5 mg/mL. 10 mL
= 7,5 mL
c. 5 mg/mL
C1. V1 = C2V2
7,5 mg/mL.x = 5 mg/mL. 10 mL
= 6,67 mL
d. 2,5 mg/mL
C1. V1 = C2.V2
5 mg/mL. x = 2,5 mg/mL. 10 mL
= 5 mL
e. 1,25 mg/mL
C1. V1 = C2.V2
2,5 mg/mL. x = 1,25 mg/ml. 10 mL
= 5 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Lampiran 8. Perlakuan Optimasi Operating Time
Tabel Hasil Optimasi operating time untuk uji penghambatan aktivitas α-Amilase
Menit ke- Absorbansi pada panjang gelombang
635,5 nm
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
5 0,271 0,359 0,208
10 0,257 0,364 0,558
15 0,268 0,367 0,538
20 0,313 0,347 0,417
25 0,708 0,322 0,276
30 0,419 0,324 0,484
40 0,415 0,658 0,762
50 0,385 0,405 0,786
60 0,665 0,723 0,780
t= 5 t= 10 t= 15 t= 20 t= 25 t= 30
t= 40 t= 50 t= 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 9. Pengujian Blanko dan Kontrol Blanko
Perlakuan Blanko
Perlakuan Kontrol Blanko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 10. Uji Penghambatan Aktivitas α-Amilase
Perlakuan Sampel Ekstrak
Perlakuan Kontrol Ekstrak
Perlakuan Standar Akarbose
Perlakuan Kontrol Akarbose
1,25 2,5 5 7,5 10
1,25 2,5
5 7,5 10
1,25 2,5
1,25
5
1,25
7,5
1,25
10
1,25
1,25
1,25
2,5
1,25
5
1,25
7,5
1,25
10
1,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 11. Data Hasil Perhitungan % Inhibisi dan IC50 Standar Akarbose
dan Kombinasi Ekstrak Air Daun Sambiloto & Batang Brotowali 1:3.
Tabel Data Absorbansi Kontrol Blanko dan Blanko
Blanko Kontrol Blanko (Rata-rata B)-
(Rata-rata KB)
Replikasi 1 0,633 0,059
0,660-0,053 =
0,0607 Replikasi 2 0,660 0,052
Replikasi 3 0,688 0,050
Rata-Rata 0,660 0,053
Tabel Penghambatan Aktivitas α-Amilase Pada Akarbose sebagai Pembanding
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Sampel (S)
Absorbansi
Kontrol
Sampel (KS)
B-KB S-KS % Inhibisi
R1
1,25 0,683 0,295 0,607 0,388 36,08%
2,5 0,621 0,260 0,607 0,361 40,52%
5 0,520 0,194 0,607 0,326 46,29%
7,5 0,463 0,168 0,607 0,295 51,40%
10 0,450 0,140 0,607 0,270 55,52%
R2
1,25 0,676 0,291 0,607 0,385 36,57%
2,5 0,620 0,266 0,607 0,354 41,68%
5 0,515 0,197 0,607 0,318 47,61%
7,5 0,459 0,170 0,607 0,289 52,38%
10 0,432 0,173 0,607 0,259 57,33%
R3
1,25 0,671 0,286 0,607 0,385 36,57%
2,5 0,610 0,262 0,607 0,358 41,02%
5 0,511 0,199 0,607 0,320 47,28%
7,5 0,450 0,162 0,607 0,288 52,55%
10 0,427 0,169 0,607 0,258 57,50%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel Penghambatan Aktivitas α-Amilase Pada Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto dan Batang Brotowali 1:3
Replikasi Konsentrasi
(mg/ml)
Absorbansi
Sampel (S)
Absorbansi
Kontrol
Sampel (KS)
B-KB S-KS % Inhibisi
R1
1,25 0,580 0,150 0,607 0,430 29,16%
2,5 0,566 0,148 0,607 0,418 31,14%
5 0,558 0,146 0,607 0,412 32,12%
7,5 0,541 0,141 0,607 0,400 34,10%
10 0,536 0,146 0,607 0,390 35,75%
R2
1,25 0,578 0,151 0,607 0,427 29,65%
2,5 0,565 0,149 0,607 0,416 31,46%
5 0,558 0,148 0,607 0,410 32,45%
7,5 0,537 0,143 0,607 0,394 35,09%
10 0,537 0,143 0,607 0,387 36,24%
R3
1,25 0,581 0,154 0,607 0,427 29,65%
2,5 0,568 0,151 0,607 0,417 31,30%
5 0,560 0,150 0,607 0,410 32,45%
7,5 0,545 0,147 0,607 0,398 34,43%
10 0,534 0,142 0,607 0,392 35,42%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik IC50 Kombinasi Ekstrak Air Daun
Sambiloto & Batang Brotowali 1:3 dan Akarbose
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Carolina Loy Nau lahir di
Soa, 10 Desember 1997. Penulis merupakan anak pertama
dari 2 bersaudara dari pasangan Almarhum Bapak Paulus
Bernardinus Nau dan Ibu Ermalinda Lodja. Penulis
menempuh Pendidikan di TK Santa Ana Waikabubak, SD
Katolik Waikabubak, SMP Katolik Stella Maris
Waikabubak, SMA Katolik Baleriwu Danga dan pada
tahun 2016 mengeyam Pendidikan di Program Studi
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis
aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan antara lain
sebagai koordinator divisi acara kegiatan World No
Tobacco Day, anggota divisi dana dan usaha kegiatan
Desa Mitra 1, Koordinator divisi dana dan usaha kegiatan
Desa Mitra 2, anggota divisi liturgi kegiatan Perayaan Ekaristi Paskah 2017,
menjadi volunteer kegiatan Kampanye Informasi Obat, kegiatan Faction #2, bakti
sosial kegiatan Walubi di Candi Borobudur dan kegiatan bakti sosial yang
diseleranggarakan oleh Yayasan Persaudaraan Masyarakat Jogja. Penulis terlibat
sebagai anggota divisi pengabdian masyarakat dalam organisasi Jaringan
Mahasiswa Kesehatan Indonesia (2017). Penulis juga pernah menjadi asisten dosen
praktikum Biokimia (2019) dan Pharmaceutical Care 3 (2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI