uji aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase …
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA-AMILASE
OLEH DEKOKTA BATANG BROTOWALI
(Tinospora crispa L.) Hook. F. & Thomson
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fila Delfia
NIM : 168114158
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN ENZIM ALFA-AMILASE
OLEH DEKOKTA BATANG BROTOWALI
(Tinospora crispa L.) Hook. F. & Thomson
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Fila Delfia
NIM : 168114158
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu”
(1 Petrus 5:7)
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus sumber pengharapan, kekuatan, sukacita dan kasih,
Papa, Mama, Kak Imanuel dan seluruh keluarga besar saya,
Semua sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan saya,
Serta almamater saya, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kebaikan dan kasih setia-Nya yang selalu penulis rasakan hari demi hari, sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Uji Aktivitas
Penghambatan Enzim Alfa-Amilase oleh Dekokta Batang Brotowali
(Tinospora crispa L.) Hook.F. & Thomson secara In Vitro” dengan baik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
sudah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan arahan serta nasihat dalam penelitian maupun penyusunan
naskah skripsi ini.
2. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala laboratorium
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Maywan Haryono, P.hD., Apt., selaku dosen penguji yang selalu
memberikan masukan dan kritik untuk membangun penelitian skripsi ini.
5. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt., selaku dosen penguji skripsi yang selalu
memberikan masukan dan kritik untuk membangun penelitian skripsi ini.
6. Ibu Dina Christin Ayuning Putri M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang selalu memberikan saran dan bantuan selama perkuliahan
di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Pak Dwi Priyana dan Pak Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu dalam pemberian
informasi dan kemudahan selama perkuliahan dari awal hingga akhir.
8. Pak Wagiran, Pak Kayat, Mas Bimo, dan Pak Ketul selaku laboran dan
karyawan yang selalu membantu dan memberikan kemudahan selama
pelaksanaan penelitian skripsi.
9. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang selalu membantu dan memberikan dukungan selama
perkuliahan.
10. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu dan Kakak yang selalu mendoakan,
menyertai, dan mendukung selama proses perjalanan hidup hingga saat ini.
11. Fetiana Chrismaureen, selaku “team brotowali” serta kawan perjuangan
skripsi yang dari awal penyusunan proposal, penelitian hingga penyusunan
naskah skripsi tanpa lelah memberikan semangat dan saran agar
penyusunan dan penelitian berjalan dengan baik.
12. Teman-teman seperjuangan skripsi lainnya yang tiada henti-hentinya
membantu dan memberikan saran dalam proses penelitian, Maria Cyrilla
Iglesia Adi N, Maria Josephine Vivian Chang, Yohana Trisnawati
Ardiyanti, Ayu P D, Maria Carolina, Agustinus Nara, Oskar Howay dan
Dewi Samura.
13. Sahabat dalam berbagi segala keluh kesah selama perkuliahan, Maya
Samantha Okada, Katarina Noralita Bahar Gumilar, Yohana Trisnawati
Ardiyanti, Elin Nidia Safitri, dan Lenny Setiawan yang selalu memberikan
semangat dan doa selama penyusunan naskah skripsi.
14. Keluarga “Revival Generation” yang selalu mendoakan dan mendukung
dari kejauhan.
15. Sahabat “Lion King” yang selalu menjadi support system dan selalu
memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini.
16. Sahabat sekaligus saudara #PBY angkatan 1, yang tanpa lelah
mengirimkan doa dan memberikan dukungan moral serta semangat selama
pengerjaan naskah skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
17. Teman-teman FSMD 2016 yang dengan sangat baik hati memberikan doa,
semangat, perhatian, dan kebersamaan selama berkuliah di Fakultas
Farmasi, sehingga banyak pengalaman berharga yang penulis rasakan.
18. Teman-teman Farmasi angkatan 2016 yang memberikan semangat untuk
terus berjuang selama perkuliahan.
19. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
naskah ini, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam
penyusunan naskah. Maka dari itu, penulis ingin meminta maaf sebesar-besarnya
apabila terdapat kesalahan baik dalam penulisan kata maupun pemilihan kata,
serta banyaknya kekurangan dalam naskah skripsi ini. Penulis juga
mengharapkan adanya kritik dan saran agar naskah ini dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan,
terutama dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dibidang kefarmasian.
Yogyakarta, 17 Juli 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................... vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xiv
ABSTRACT ........................................................................................................ xv
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30
LAMPIRAN ...................................................................................................... 34
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perhitungan Nilai RF Serbuk................................................................. 18
Tabel II. Perhitungan Nilai RF Ekstrak .............................................................. 18
Tabel III. Nilai Persen Inhibisi Acarbose ............................................................ 22
Tabel IV. Nilai Persen Inhibisi Ekstrak Air Batang Brotowali ............................ 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Elusi KLT Serbuk Batang Brotowali........................................ 17
Gambar 2. Hasil Elusi KLT Ekstrak Air Batang Brotowali ................................. 18
Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Acarbose dengan Persen Penghambatan
................................................................................................................... 23
Gambar 4. Struktur Acarbose dan Amilum ......................................................... 24
Gambar 5. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Air Batang Brotowali dengan
Persen Penghambatan ................................................................................. 26
Gambar 6. Struktur Borapetosida C .................................................................... 28
Gambar 7. Serbuk dan Ekstrak Air Batang Brotowali ......................................... 36
Gambar 8. Ekstrak Air Serbuk Batang Brotowali ............................................... 36
Gambar 9. Kadar Air Serbuk Batang Brotowali.................................................. 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Serbuk Batang Brotowali................................... 34
Lampiran 2. Certificate of Analysis Alfa-Amilase ............................................... 35
Lampiran 3. Gambar Serbuk dan Ekstrak Air Batang Brotowali ......................... 36
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Air Serbuk Batang Brotowali ........................... 37
Lampiran 5. Data Penimbangan Serbuk Batang Brotowali dan % Rendemen ..... 38
Lampiran 6. Data Penimbangan Bahan............................................................... 39
Lampiran 7. Pembuatan Larutan Seri Ekstrak Air Batang Brotowali dan Acarbose
................................................................................................................... 39
Lampiran 8. Tabel Hasil Optimasi Panjang Gelombang Maksimal dan OT ........ 40
Lampiran 9. Pengukuran Absorbansi Ekstrak Air Batang Brotowali dan Acarbose
................................................................................................................... 41
Lampiran 10. Hasil Analisis dengan R Statistik .................................................. 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia dan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Salah satu strategi pengobatan yang dapat dilakukan adalah mengurangi
absorbsi glukosa di gastrointestinal dengan menghambat metabolisme karbohidrat
oleh enzim alfa-amilase. Brotowali merupakan salah satu tanaman yang diduga
memiliki aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase. Senyawa yang dipercaya
dapat memberikan efek penghambatan enzim alfa-amilase adalah borapetosida C.
Ekstraksi senyawa menggunakan pelarut air dengan metode dekokta yang
diuapkan sampai menjadi ekstrak kental. Uji aktivitas penghambatan enzim alfa-
amilase dilakukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet-visibel pada
panjang gelombang 536 nm. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan,
didapatkan hasil, bahwa terdapat aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase oleh
ekstrak air batang brotowali, dilihat dari nilai % penghambatan dan nilai IC50.
Hasil nilai rata-rata persen inhibisi ekstrak pada konsentrasi 4 mg/mL, 8 mg/mL,
15 mg/mL, dan 20 mg/mL masing-masing sebesar 32,46%, 50,53%, 59,91% dan
68,77%. IC50 untuk acarbose sebesar 5,662 ± 0,390 mg/mL, sementara IC50 untuk
ekstrak sebesar 10,348 ± 0,313 mg/mL. Data diolah secara statistik dan
didapatkan perbedaan persen inhibisi yang signifikan P < 0,05 pada setiap
perbedaan konsentrasi ekstrak. Perbedaan signifikan P < 0,05 dengan uji T juga
ditemukan pada perbandingan IC50 acarbose dengan ekstrak.
Kata Kunci: Ekstrak air, batang brotowali, metode dekokta, enzim alfa-amilase,
spektrofotometri ultraviolet –visibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a complication characterized by hyperglycemia
and metabolism abnormality of carbohydrates, fats and proteins. One of the
strategies that can be done is to reduce the absorption of sugar in the
gastrointestinal tract by inhibiting carbohydrate metabolism using the enzyme
alpha-amylase. Brotowali is one of the herbals that is predicted to have an alpha-
amylase enzyme inhibitory activity. The compound is believed to provide an
inhibitory effect on alpha-amylase enzymes are borapetosides C. The brotowali
stem was extracted using decoction method with the water solvent followed by
evaporating to produce a sticky extract. The alpha-amylase enzyme inhibitor
activity determination using ultraviolet-visible spectrophotometry method at a
wavelength of 536 nm. The results showed that there was an inhibitory activity of
the alpha-amylase enzyme by water extract of brotowali stem, seen from the %
inhibitory value and IC50 value. The average value of percent inhibition of water
extract of brotowali stem at concencration of 4 mg/mL, 8 mg/mL, 15 mg/mL and
20 mg/mL were 32,46%, 50,53%, 59,51% and 68,77%, respectively. IC50 for the
acarbose was 5,662 ± 0,390, while IC50 for the extract was 10,348 ± 0,313
mg/mL. The data has been processed statistically and obtained a significant
percent inhibition difference P < 0.05% at each concenctration of the extract. A
significant difference P < 0.05 with the T-test method was also found in the
comparison of IC50 acarbose with the extract.
Keywords: water extract, brotowali stem, decoction method, alpha-amylase
enzyme, ultraviolet-visible spectrophotometry.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia dan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein (Dipiro et al., 2015). Menurut hasil Riskesdas (2018), prevalensi diabetes
melitus berdasarkan pemeriksaan darah pada penduduk usia ≥ 15 tahun pada
tahun 2013 sebesar 6,9% dan meningkat menjadi 10,9% pada tahun 2018.
Menurut data IDF yang dikutip dalam Depkes RI, terdapat 382 juta orang di dunia
sebagai penderita DM pada tahun 2013 dan pada tahun 2035 jumlah tersebut
diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 592 juta orang (Depkes RI,
2014).
Tiga komponen utama untuk terapi diabetes mellitus adalah obat (insulin
dan agent antidiabetes oral) dan olahraga (Alldredge et al., 2013). Selain tiga
terapi tersebut, upaya pencegahan lain perlu dilakukan untuk menekan jumlah
penderita DM, yaitu dengan memanfaatkan inhibitor alfa-amilase (Pramitasari
dkk., 2017).
Pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa adalah target yang jelas
untuk kontrol glikemia yang lebih baik setelah makan tinggi karbohidrat. Alfa-
amilase dan alfa–glukosidase adalah enzim kunci yang bertanggung jawab untuk
pencernaan karbohidat menjadi glukosa (Hanhineva et al., 2010). Alfa–amilase
disekresi dari air liur dan pankreas serta mengkatalisasi pembelahan alfa–1,4
ikatan glikosidik untuk mengkonversi polisakarida menjadi oligosakarida yang
lebih kecil seperti maltose, maltotriosa, dan sejumlah alfa–1,4 dan alfa–1,6-
oligoglan. Fragmen–fragment ini selanjutnya akan mengalami degradasi lebih
lanjut oleh alfa–glukosidase yang terletak di perbatasan sekat usus kecil (Trinh et
al., 2016). Degradasi oleh alfa-glukosidase ini akan berubah menjadi glukosa
yang akan diserap memasuki aliran darah, degradasi pati makanan ini berlangsung
dengan cepat dan menyebabkan peningkatan hiperglikemia post prandial (Sudha
et al., 2011).
Masyarakat Indonesia sudah lama menggunakan ramuan obat tradisional
Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
perawatan kesehatan. Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut dapat berasal
dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun umumnya berasal dari tumbuhan
dengan bentuk sediaan yang paling banyak disukai adalah cairan, diikuti berturut-
turut seduhan/serbuk, rebusan/rajangan, dan bentuk kapsul/pil/tablet (Menteri
Kesehatan RI, 2017).
Brotowali, bratawali, akar aliali atau yang dikenal dengan nama lain
Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thomson merupakan tanaman perdu, merambat
dan telah banyak digunakan untuk pengobatan tradisional di Amerika, India,
Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia (Rosidah dkk., 2015). Ekstrak batang
brotowali yang diisolasi mengandung 11 komponen aktif yaitu Borapetosida C, 4-
hydroxybenzaldehyde, β-sitosterol, Liriodenine, Lysicamine,
Dihydrodiscretamine, Columbamine, Magnoflorine, N-formylannonaine, N-
formylnornuciferine, dan N-trans feruloyltyramine. Borapetosida C adalah
senyawa aktif utama dalam ekstrak ini yang dapat menghambat alfa-amilase dan
alfa-glukosidase (Hamid et al., 2015).
Penelitian tentang brotowali telah banyak dilakukan, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Senyawa – senyawa yang ditemukan pada batang , daun, akar
dan bunga tumbuhan brotowali dapat menjadi potensi besar ditemukannya
senyawa metabolit sekunder lain yang menarik yang bisa dijadikan obat ataupun
manfaat lainnya. Terutama pada bagian batang yang diinformasikan memiliki
banyak kandungan senyawa metabolit sekunder yang menarik dan belum banyak
diteliti. Selain itu, batang brotowali juga mudah diperoleh dibandingkan daun,
akar dan bunga brotowali (Musdalifa et al., 2014).
Awal mulanya, masyarakat mengenal obat herbal dengan istilah jamu
godog, untuk rebusan simplisia segar dan kering. Perebusan berguna untuk
memindahkan zat-zat berkhasiat ke dalam air. Selain itu dibuat dalam sediaan
dekokta karena dekokta diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti
kayu, batang, dan biji (Sudrajat, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kuswati et al (2017),
dapat diketahui bahwa ekstrak etanol brotowali memiliki aktivitas sebagai
penurun kadar glukosa dalam darah berdasarkan kadar darah puasa pada tikus
yang terinduksi tes toleransi secara oral pada dosis 40,25; 80,5 dan 161 mg/dL
dengan dosis terbaik yaitu dosis 161 mg/kgBB dan berpotensi sebagai antidiabetes
dibandingkan dengan metformin. Selain itu berdasarkan penelitian Hamid et al,
(2015), menyatakan bahwa batang brotowali memiliki aktivitas penghambatan
alfa-amilase yang dilakukan ekstraksi dengan etanol secara perkolasi dan
dianalisis dengan ultra-high performance liquid chromatography-quadrupole
time-of-flight/mass spectrometry (UPLC-QToF/MS). Menurut penelitian Chang.,
(2020) daun salam yang dibuat dalam sediaan ekstrak air (dekokta) dapat
melakukan penghambatan enzim alfa-amilase secara in vitro dengan nilai persen
penghambatan yang dihasilkan untuk konsentrasi 2,5 mg/mL sebesar 36,69%,
konsentrasi 5 mg/mL sebesar 39,12%, konsentrasi 7,5 mg/mL sebesar 40,66%,
dan konsentrasi 10 mg/mL sebesar 46,00%.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap batang brotowali (Tinospora crispa L.) Hook.F. & Thomson
sebagai aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase secara in vitro yang akan
dibuat dalam bentuk sediaan ekstrak air yaitu dekokta.
METODE PENELITIAN
Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik (Mettler
Toledo®), spektrofotometer UV-Vis (SHIMADZU) dan kuvet, panci dekokta,
lampu UV (CAGMA), seperangkat alat penyulingan untuk penetapan kadar air
(MTOPS®), penangas air, hot plate,vortex, mortar dan stamper, mikropipet
(SOCOREX), blue tips, yellow dan white tips, chamber, plat silica gel GF254,
kertas saring, cawan porselen, corong buchner, glass firm, serta alat-alat gelas
seperti tabung reaksi, corong, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk, gelas ukur,
sendok, pipet ukur, labu erlenmeyer dan kaca arloji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk
batang brotowali, enzim alfa-amilase (Sigma Aldrich), larutan pembanding
kuersetin, pati kentang, tablet acarbose @50 mg, iodin-iodida, toluen, DMSO
(Dimethyl Sulfoxide), aquabidest, natrium fosfat, natrium klorida, HCl, kloroform,
dan methanol.
Tata Cara Penelitian
Pengumpulan serbuk batang brotowali
Serbuk batang brotowali yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari PT. HRL Internasional, Jawa Timur. Serbuk yang digunakan homogen,
berwarna coklat, bau yang khas, dan memiliki rasa pahit.
Identifikasi serbuk batang brotowali
Identifikasi serbuk batang brotowali dilakukan secara mikroskopis di
Laboratorium Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Penetapan kadar air pada serbuk kering batang brotowali
Menurut Farmakope Herbal Indonesia tahun 2013, penetapan kadar air
dilakukan dengan metode destilasi toluen. Sebanyak 10 gram simplisia kering
batang brotowali dan lebih kurang 200 mL toluen jenuh air dimasukkan kedalam
labu, lalu pasang rangkaian alat. Masukkan toluen jenuh air kedalam tabung
penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung. Panaskan labu hati-
hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, atur penyulingan dengan
kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua
air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen jenuh air, sambil
dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga
dan telah dibasahi dengan toluen jenuh air. Lanjutkan penyulingan selama 5
menit. Dinginkan tabung penerima hingga suhu ruang. Jika ada tetes air yang
melekat, gosok tabung pendingin dan tabung penerima dengan karet yang
diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen jenuh air hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tetesan air turun. Baca volume air setelah air dan toluen memisah sempurna.
Kadar air dihitung dalam % v/b.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Pembuatan ekstrak air batang brotowali
Pembuatan ekstrak air batang brotowali dilakukan dengan cara dekokta.
Serbuk batang brotowali ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan
kedalam panci, lalu ditambahkan air sebanyak 100 mL, kemudian dipanaskan di
atas penangas air selama 30 menit, terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil
sekali-kali diaduk, lalu disaring panas dengan kain flannel (Merwanta et al.,
2019). Filtrat hasil dekokta kemudian diuapkan menggunakan cawan porselen di
atas penangas air hingga terbentuk ekstrak kental batang brotowali, kemudian
dicari bobot tetapnya. Selanjutnya, rendemen dihitung dengan menggunakan
rumus:
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Uji kualitatif batang brotowali
Uji kandungan fitokimia batang brotowali mengikuti Farmakope Herbal
Indonesia menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Dilakukan penjenuhan bejana sebagai tahap awal pengujian KLT.
Tempatkan kertas saring dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring 18 cm
dan lebarnya sama dengan lebar bejana. Masukkan larutan fase gerak kloroform
P: methanol P (9:1) sebanyak 20 mL. Tutup kedap dan biarkan kertas saring basah
seluruhnya. Kertas saring harus selalu tercelup ke dalam larutan fase gerak pada
dasar bejana.
Larutan uji KLT serbuk dibuat dengan cara timbang seksama lebih kurang
1 gram serbuk simplisia batang brotowali, rendam sambil diaduk di atas penangas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
air dengan 10 mL metanol P selama 10 menit. Masukkan filtrat dalam labu ukur
10 mL tambahkan metanol sampai batas tanda. Larutan pembanding kuersetin 1%
dibuat dengan cara timbang seksama lebih kurang 0,05 mg senyawa pembanding
kuersetin kemudian dilarutkan dalam 5 mL metanol P. Larutan uji KLT ekstrak air
batang brotowali dibuat dengan konsentrasi 4 mg/mL dengan cara menimbang 20
mg ekstrak kemudian dilarutkan dalam metanol P dan dimasukkan dalam labu
ukur 5 mL.
Fase diam yang digunakan adalah plat KLT silica gel GF254 dengan ukuran
panjang 15 cm dan lebar 5 cm, kemudian plat dipanaskan terlebih dahulu dalam
oven pada suhu 100oC selama 5-10 menit. Setelah dipanaskan, plat KLT diberi
tanda untuk menentukan tepat penotolan dan jarak rambat saat elusi. Jarak
penotolan tepi bawah lempeng 2 cm, jarak antara tepi kanan dan kiri lempeng 1,5
dan batas jarak rambat 10 cm. Dilakukan penotolan larutan uji sebanyak 10 µL
dan larutan pembanding kuersetin sebanyak 5 µL, kemudian dibiarkan mengering.
Plat KLT dimasukkan ke dalam bejana tertutup yang telah dijenuhkan dan fase
gerak dibiarkan merambat sampai batas jarak elusi. Plat diangkat dan dikeringkan
lalu bercak diamati dengan sinar tampak ultraviolet pada panjang gelombang 254
nm dan 366 nm. Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan. Tentukan
harga Rf tiap totolan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Uji aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase
Uji aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase merujuk pada penelitian
Bhutkar et al (2018), Ibrahim et al (2017), dan Tran et al (2013) dengan beberapa
modifikasi.
Pembuatan Larutan Uji
Larutan pati 0,5% dibuat dengan menimbang 0,25 gram pati kentang
kemudian ditambahkan aquabidest sebanyak 50 mL dan dipanaskan selama ±15
menit (sampai mendidih) diatas hot plate. Larutan DMSO 1% dibuat dengan
melarutkan 1 mL DMSO dalam 100 mL aquabidest. Larutan dapar fosfat pH 6,9
dibuat dengan cara menimbang dan mencampurkan 3,28 gram Na Fosfat dan
391,95 mg NaCl dan dilarutkan dalam aquabidest hingga 100 mL. Larutan enzim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dibuat mencampurkan 0,15 mL enzim alfa-amilase dalam 100 mL dapar fosfat.
Larutan HCl yang digunakan memiliki konsentrasi 1 M dan larutan iodin-iodida.
Larutan seri konsentrasi ekstrak dibuat dalam konsentrasi 4, 8, 15, dan 20
mg/mL. Sebanyak 200 mg ekstrak kental batang brotowali dilarutkan kedalam
labu ukur 10 mL dengan menggunakan DMSO 1%, dihasilkan konsentrasi ekstrak
20 mg/mL (labu 1), diambil sebanyak 7,5 mL dari labu pertama dan dimasukan
labu ukur kedua kemudian ditambah DMSO 1% hingga tanda batas dan
dihasilkan konsentrasi ekstrak 15 mg/mL (labu 2), kemudian diambil 5,33 mL
larutan dari labu kedua dan dimasukkan ke dalam labu ukur ketiga kemudian
ditambah DMSO 1% hingga tanda batas dan dihasilkan konsentrasi ekstrak 8
mg/mL (labu 3), kemudian konsentrasi ekstrak 4 mg/mL dibuat dengan
mengambil sebanyak 5 mL larutan dari labu ketiga dan dimasukkan ke dalam labu
ukur keempat kemudian ditambah DMSO 1% hingga tanda batas.
Larutan seri konsentrasi acarbose dibuat dalam konsentrasi 4, 8, 15, 20
mg/mL. Sebanyak 4 tablet acarbose digerus kemudian dilarutkan ke dalam labu
ukur 10 mL dengan menggunakan aquabidest, dihasilkan konsentrasi acarbose 20
mg/mL (labu 1), diambil sebanyak 7,5 mL dari labu pertama dan dimasukan labu
ukur kedua kemudian ditambah aquabidest hingga tanda batas dan dihasilkan
konsentrasi acarbose 15 mg/mL (labu 2), kemudian diambil 5,33 mL larutan dari
labu kedua dan dimasukkan ke dalam labu ukur ketiga kemudian ditambah
aquabidest hingga tanda batas dan dihasilkan konsentrasi acarbose 8 mg/mL (labu
3), kemudian konsentrasi acarbose 4 mg/mL dibuat dengan mengambil sebanyak
5 mL larutan dari labu ketiga dan dimasukkan ke dalam labu ukur keempat
kemudian ditambah aquabidest hingga tanda batas.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan sebelum uji aktivitas
penghambatan enzim alfa-amilase. Larutan uji dibuat dengan mencampurkan
sebanyak 1 mL pati kentang 0,5% ditambah dengan 1 mL sampel ekstrak
konsentrasi terkecil yang digunakan dalam uji penghambatan aktivitas enzim alfa-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
amilase yaitu 4 mg/mL. Setelah itu, ditambah 1 mL DMSO 1%, lalu ditambah 1
mL larutan enzim alfa-amilase, kemudian ditambah 1 mL dapar fosfat pH 6,9.
Setelah itu, larutan dihomogenkan dengan menggunakan vortex kemudian
diinkubasi selama 15 menit. Reaksi kemudian dihentikan dengan penambahan 1
mL HCl 1 M dan ditambahkan indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL,
kemudian dihomogenkan lagi menggunakan vortex. larutan uji kemudian dibaca
serapannya di spektrofotometer pada panjang gelombang 400-800 nm. Pengujian
dilakukan sebanyak 3 kali.
Penentuan Optimization Time
Penentuan optimization time dilakukan untuk menentukan waktu optimum
yang dibutuhkan oleh enzim untuk bereaksi dengan menggunakan panjang
gelombang maksimal yang sudah didapatkan sebelumnya. Larutan uji dibuat
dengan mencampurkan sebanyak 1 mL pati kentang 0,5% ditambah dengan 1 mL
sampel ekstrak konsentrasi terkecil yang digunakan dalam uji aktivitas
pengambatan alfa-amilase yaitu 4 mg/mL. setelah itu ditambah 1 mL DMSO 1%,
lalu ditambah 1 mL larutan enzim alfa-amilase, kemudian ditambah 1 mL dapar
fosfat pH 6,9. Setelah itu, larutan dihomogenkan dengan menggunakan vortex lalu
diinkubasi selama 5, 10, 20, 30 menit untuk menentukan waktu optimum enzim
bereaksi. Reaksi kemudian dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan
ditambahkan indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian
dihomogenkan lagi menggunkan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya
menggunkan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Blanko dan Kontrol Blanko Acarbose
Larutan blanko acarbose dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang
0,5% ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL aquabidest, kemudian
ditambah 1 mL enzim alfa-amilase dan ditambah dengan 2 mL dapar fosfat pH
6,9. Setelah itu larutan dihomogenkan dengan menggunakan vortex lalu
diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M
dan ditambahkan indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
larutan dihomogenkan lagi dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian
dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 536 nm. Larutan blanko acarbose dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Larutan kontrol blanko acarbose dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati
kentang 0,5% ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL aquabidest,
kemudian ditambah dengan 3 mL dapar fosfat pH 6,9. Setelah itu larutan
dihomogenkan dengan menggunakan vortex lalu diinkubasi selama 5 menit.
Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan ditambahkan indikator
warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan dihomogenkan lagi
dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm.
Larutan kontrol blanko acarbose dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Acarbose dan Kontrol Acarbose
Larutan acarbose dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang 0,5%
ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 1 mL masing-masing larutan seri
acarbose dengan konsentrasi 4, 8, 15, dan 20 mg/mL. Setelah itu, ditambah 1 mL
aquabidest, lalu ditambah 1 mL enzim alfa-amilase, kemudian ditambah 2 mL
dapat fosfat. Larutan kemudian dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi
selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan
ditambahkan indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan
dihomogenkan lagi dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca
serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536
nm. Larutan acarbose dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Larutan kontrol acarbose dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang
0,5% ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 1 mL masing-masing larutan
seri acarbose dengan konsentrasi 4, 8, 15, dan 20 mg/mL. Setelah itu, ditambah 1
mL aquabidest, lalu ditambah 3 mL dapar fosfat. Larutan kemudian
dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan
dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan ditambahkan indikator warna iodin-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan dihomogenkan lagi dengan
menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm. Larutan kontrol
acarbose dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Blanko dan Kontrol Blanko Ekstrak
Larutan blanko ekstrak dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang
0,5% ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL DMSO 1%, kemudian
ditambah 1 mL enzim alfa-amilase dan ditambah dengan 2 mL dapar fosfat pH
6,9. Setelah itu larutan dihomogenkan dengan menggunakan vortex lalu
diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M
dan ditambahkan indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian
larutan dihomogenkan lagi dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian
dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 536 nm. Larutan blanko ekstrak dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Larutan kontrol blanko ekstrak dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati
kentang 0,5% ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 mL DMSO 1%,
kemudian ditambah dengan 3 mL dapar fosfat pH 6,9. Setelah itu larutan
dihomogenkan dengan menggunakan vortex lalu diinkubasi selama 5 menit.
Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan ditambahkan indikator
warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan dihomogenkan lagi
dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm.
Larutan kontrol blanko ekstrak dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Pengujian Efek Penghambatan Larutan Ekstrak dan Kontrol Ekstrak
Larutan ekstrak dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang 0,5% ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 1 mL masing-masing larutan seri ekstrak
dengan konsentrasi 4, 8, 15, dan 20 mg/mL. Setelah itu, ditambah 1 mL DMSO
1%, lalu ditambah 1 mL enzim alfa-amilase, kemudian ditambah 2 mL dapar
fosfat. Larutan kemudian dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi selama 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan ditambahkan
indikator warna iodin-iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan dihomogenkan
lagi dengan menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm.
Larutan ekstrak dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Larutan kontrol ekstrak dibuat dengan mencampurkan 1 mL pati kentang
0,5% ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 1 mL masing-masing larutan
seri ekstrak dengan konsentrasi 4, 8, 15, dan 20 mg/mL. Setelah itu, ditambah 1
mL DMSO 1%, lalu ditambah 3 mL dapar fosfat. Larutan kemudian
dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi selama 5 menit. Reaksi dihentikan
dengan penambahan 1 mL HCl 1 M dan ditambahkan indikator warna iodin-
iodida sebanyak 0,01 mL, kemudian larutan dihomogenkan lagi dengan
menggunakan vortex. Larutan uji kemudian dibaca serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 536 nm. Larutan kontrol
ekstrak dibuat replikasi sebanyak 3 kali.
Perhitungan % penghambatan
Perhitungan % penghambatan enzim alfa-amilase oleh sampel ekstrak air
batang brotowali maupun acarbose dapat dihitung dengan menggunkan rumus:
% Penghambatan =
(Elya et al, 2015)
Keterangan:
A1 : Absorbansi blanko – absorbansi kontrol dari blanko
A2 : Absorbansi sampel – absorbansi kontrol dari sampel
Perhitungan IC50
Nilai IC50 dihitung menggunakan persamaan regresi linear, dimana
konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan nilai % penghambatan sebagai sumbu y.
Dari persamaan y = a + bx, nilai IC50 dapat dihitung dengan rumus:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(Elya et al, 2015)
Teknik pengumpulan data dan analisis hasil
Analisis data persen penghambatan diukur secara statistik yang diawali
dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan menguji
homogenitas dengan uji Levene. Apabila data yang didapatkan terdistribusi
normal (nilai P > 0,05), maka dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA, dan
apabila ditemukan perbedaan maka dilanjutkan dengan Post-Hoc Tukey pada taraf
kepercayaan 95%. Sedangkan apabila didapatkan data yang tidak terdistribusi
normal (nilai P < 0,05), maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis, dan apabila
ditemukan perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada taraf
kepercayaan 95%. Sedangkan analisis data nilai IC50 dilakukan dengan menguji
distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk dan menguji homogenitas dengan
uji Levene, yang kemudian dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyiapan Serbuk Batang Brotowali dan Determinasi Serbuk
Bahan yang digunakan berupa serbuk simplisia batang brotowali yang
diperoleh dari PT. HRL Internasional Surabaya, Jawa Timur.
Serbuk simplisia batang brotowali kemudian dilakukan determinasi yang
bertujuan untuk memastikan kebenaran spesies tanaman yang akan digunakan
merupakan spesies dari (Tinospora crispa L.) Hook.F. & Thomson. Hasil
determinasi menyatakan bahwa spesimen serbuk tersebut adalah benar-benar
tanaman Tinospora crispa (L.) Hook.F. & Thomson dari keluarga
menispermaceae (Lampiran 1).
Penetapan Kadar Air pada Serbuk Batang Brotowali
Tujuan penetapan kadar air adalah untuk memberikan batasan minimal
atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Kandungan air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tinggi pada simplisia dapat menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang
dapat merusak senyawa yang terkandung di dalam simplisia tersebut. Prinsip
penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi atau
gravimetri (Departemen Kesehatan RI, 2000). Penetapan kadar air dalam serbuk
batang brotowali mengacu pada Farmakope Herbal Indonesia tahun 2013 yaitu
dengan metode destilasi toluen. Kadar air nantinya dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
Volume air yang diperoleh adalah 0,9 mL, dengan bobot serbuk yang
ditimbang adalah 10,0067 gram, sehingga kadar air yang diperoleh adalah
8,994%. Persen kadar air yang baik adalah kurang dari 10% (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Maka dari itu, serbuk batang brotowali
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan serbuk yang baik.
Pembuatan Ekstrak Air Serbuk Batang Brotowali
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang
tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat dan protein (Departmen Kesehatan RI,
2000).
Ekstraksi serbuk batang brotowali dilakukan dengan cara dekokta.
Dekokta merupakan salah satu metode ekstraksi yang dibuat dengan cara
mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu 90oC selama 30 menit (Badan
Pengawas obat dan Makanan, 2010). Sesuai prinsip “like dissolves like”, maka
borapetosida C yang merupakan golongan furanoditerpen glikosida yang bersifat
polar akan sesuai diekstraksi dengan pelarut air yang sama-sama bersifat polar
(Bandiola, 2018). Metode dekokta dipilih karena cocok digunakan untuk bagian
tanaman yang keras seperti akar atau kulit batang tanaman (Azwanida, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Selain itu, pelarut air dapat digunakan untuk menyari metabolit sekunder berupa
terpenoid yang merupakan jenis senyawa aktif yang ditargetkan untuk uji aktivitas
penghambatan alfa-amilase ini (Tiwari et al, 2011). Pengunaan air sebagai pelarut
ekstraksi memiliki beberapa keuntungan seperti murah, mudah diperoleh, serta
merupakan pelarut universal dan pelarut yang paling aman digunakan (Bandiola,
2018). Diterpen juga termasuk senyawa yang sukar menguap (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016), sehingga metode dekokta ini bisa
digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang nonvolatil (Zhang et al, 2018).
Serbuk kering batang brotowali ditimbang sebanyak 10 gram dan
disiapkan aquabidest sebanyak 50 mL. Panaskan panci dekokta yang berisi air
diatas hot plate, setelah suhu termometer mencapai 90oC masukkan serbuk dan
aquabidest ke dalam panci terpisah dan letakkan dalam panci pertama yang berisi
air mendidih tadi. Lalu waktu dihitung selama 30 menit sambil sesekali diaduk.
Setelah 30 menit, kemudian disaring diatas kain flannel pada cawan porselen dan
kemudian filtrat diuapkan diatas penangas air sampai terbentuk ekstrak kental.
Ekstrak dibuat dengan tiga kali replikasi. Setelah itu ditimbang hingga
mencapai bobot tetap. Bobot tetap dilakukan untuk memastikan bahwa pelarut
tidak ada lagi didalam ekstrak. Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (2011), bobot tetap dikatakan tercapai apabila perbedaan penimbangan
dua kali berturut-turut setelah dikeringkan selama satu jam tidak lebih dari 0,25%
atau perbedaan penimbangan tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan
timbangan analitik.
Bobot tetap ekstrak kental yang didapatkan pada replikasi pertama adalah
2,4685 gram dan serbuk yang ditimbang sebanyak 10,0008 gram sehingga
didapatkan % rendemen sebesar 24,68%. Pada replikasi kedua, bobot tetap ekstrak
kental yang didapatkan adalah 3,6989 gram dan serbuk yang ditimbang sebanyak
10,0058 gram sehingga didapatkan % rendemen sebesar 36,97%. Sedangkan pada
replikasi ketiga, bobot tetap ekstrak kental yang didapatkan adalah 2,1330 gram
dan serbuk yang ditimbang sebanyak 10,0039 gram, sehingga didapatkan %
rendemen sebesar 21,32%. Rendemen merupakan salah satu parameter mutu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
ekstrak yang ditetapkan dengan satuan persen (%), semakin tinggi nilai rendemen
yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.
Rendemen suatu ekstrak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah metode ekstraksi yang digunakan (Wijaya, 2018).
Uji Kandungan Fitokimia Serbuk Batang Brotowali
Pada penelitian ini dilakukan uji kandungan fitokimia pada serbuk maupun
ekstrak air batang brotowali secara kualitatif dengan metode KLT. Tujuan
dilakukan uji kualitatif ini untuk standarisasi serbuk maupun ekstrak air batang
brotowali untuk mengetahui keberadaan kandungan senyawa metabolit yang dapat
dipergunakan sebagai acuan parameter standar mutu.
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu
dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat
diidentifikasikan atau ditetapkan dengan metode analitik (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat
terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Fase diam dapat
bertindak sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan,
silica gel dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
KLT umumnya lebih banyak digunakan untuk tujuan identifikasi, karena
mudah dan sederhana serta memberikan pilihan fase diam yang lebih luas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
berguna untuk pemisahan masing- masing senyawa secara kuantitatif dari suatu
campuran (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Lempeng silica yang akan digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu
dengan memanaskan lempeng silica dalam oven pada suhu 120oC selama 30
menit. Aktivasi lempeng ditujukkan untuk mengurangi kadar airnya, karena jika
silica masih basah akan sulit menyerap senyawa yang akan dipisahkan.
Temperatur dan lama aktivasi lempeng merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan dalam aktivasi lempeng, terlalu pendek waktu aktivasi akan
mengakibatkan tidak sempurnanya penghilangan kelembaban air yang berakibat
lempeng akan memberikan latar belakang yang tidak seragam. Sebaliknya, waktu
aktivasi yang terlalu lama akan menghilangkan air kimia yang terikat yang dapat
merubah sifat fisika kimia lempeng (Wulandari, 2011).
Sesuai dengan acuan Suplemen III, Farmakope Herbal Indonesia tahun
2013, fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah silica gel GF254 dan
digunakan fase gerak yaitu kloroform P-metanol P dengan perbandingan 9:1.
Larutan pembanding yang digunakan adalah kuersetin 1% dalam metanol P.
Larutan uji serbuk simplisia dibuat dengan melarutakan 1 gram serbuk dalam 10
mL metanol P, sedangkan larutan uji ekstrak air serbuk simplisia dibuat dalam
konsentrasi 4 mg/mL dengan melarutkan 20 mg ekstrak dengan metanol P dalam
labu ukur 5 mL. Volume penotolan yang ditotolkan adalah 10 µL untuk larutan uji
dan 5 µL untuk larutan pembanding. Deteksi yang digunakan adalah deteksi fisik
pada UV 254 nm dan UV 366 nm.
Faktor retardasi (Retardation factor atau Rf) adalah parameter yang
digunakan untuk menggambarkan migrasi senyawa dalam KLT. Nilai Rf
merupakan parameter yang menyatakan posisi noda pada fase diam setelah
dielusi. Penentuan harga Rf analit yaitu membandingkan jarak migrasi noda analit
dengan jarak migrasi fase gerak/ eluen. Harga Rf dapat dihitung sebagai rasio:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(Wulandari, 2011)
Nilai Rf berkisar antara 0 dan 1. Nilai Rf terbaik antara 0,2-0,8 untuk
deteksi UV dan 0,2-0,9 untuk deteksi visibel. Pada Rf kurang dari 0,2 belum
terjadi kesetimbangan antara komponen senyawa dengan fase diam dan fase gerak
sehingga bentuk noda biasanya kurang simetris, sedangkan pada Rf diatas 0,8
noda analit akan diganggu oleh absorbansi pengotor lempeng fase diam yang
teramati pada visualisasi dengan lampu UV (Wulandari, 2011).
Secara kimia tanaman brotowali mengandung alkaloid, diterpenoid,
flavonoid, fenol, lakton dan lignin. Komponen utama yang telah diidentifikasi
aktif adalah terpenoid dan terpenoid glikosida. Senyawa terpenoid glikosida yang
berperan menurunkan serum gula darah pada diabetes tipe kedua adalah
borapetosida C dan borapentol B (Rosidah dkk, 2015). Pada pengujian kualitatif
KLT ini menggunkan pembanding kuersetin untuk mendeteksi keberadaan
kandungan metabolit sekunder sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia tahun
2013.
(A) (B)
Gambar 1. Hasil elusi KLT serbuk batang brotowali dan pembanding
kuersetin pada UV 254 nm (A) dan UV 366 nm (B).
A A
B B
C C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel I. Perhitungan nilai RF Serbuk
Jarak Bercak (cm) Jarak Elusi (cm) Nilai Rf
Pembanding kuersetin (A) 5,7 cm 10 cm 0,57 cm
Replikasi I serbuk (B) 6,2 cm 0,62 cm
Replikasi II serbuk (C) 6,5 cm 0,65 cm
(A) (B)
Gambar 2. Hasil elusi KLT ekstrak air batang brotowali dengan
pembanding kuersetin pada UV 254 (A) nm dan UV 366 nm (B)
Tabel II. Perhitungan nilai RF Ekstrak
Jarak Bercak
(cm) Jarak Elusi (cm) Nilai Rf
Pembanding kuersetin (A) 2,2 cm
10 cm
0,22 cm
Ekstrak air (B) 1,8 cm 0,18 cm
Ekstrak etanol (C) 1,6 cm 0,16 cm
A A B B C C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Hasil uji KLT serbuk maupun ekstrak menghasilkan beberapa bercak.
Perbedaan jumlah bercak dikarenakan pada serbuk maupun ekstrak air batang
brotowali memiliki kandungan senyawa metabolit lain, sehingga pada saat elusi
dapat dihasilkan lebih dari satu bercak, sedangkan pada pembanding kuersetin
hanya dihasilkan satu bercak karena kandungan kimia yang terdapat pada
pembanding adalah kandungan murni kuersetin.
Hasil KLT serbuk simplisia menghasilkan nilai Rf untuk standar kuersetin
sebesar 0,57 cm dan untuk serbuk simplisia pada replikasi I menghasilkan nilai Rf
sebesar 0,62 dan untuk serbuk simplisia replikasi II menghasilkan nilai Rf sebesar
0,65 cm. Hasil yang didapatkan pada KLT ekstrak menunjukkan nilai Rf pada
pembanding kuersetin sebesar 0,22 dan untuk ekstrak air menghasilkan nilai Rf
sebesar 0,18 cm.
Hasil bercak pada KLT ekstrak air serbuk simplisia apabila dilihat pada
UV 366 nm bermacam-macam, salah satunya menampilkan warna ungu- merah
muda yang menandakan bahwa batang brotowali mengandung senyawa terpenoid
(Alen et al, 2017). Selain itu, hasil KLT ekstrak air serbuk simplisia menampilkan
hasil beberapa bercak dengan warna yang berbeda, ini menunjukkan bahwa di
dalam ekstrak air serbuk simplisia tersebut terkandung beberapa jenis metabolit
sekunder yang lain selain terpenoid. Hal ini disebabkan karena pelarut yang
digunakan untuk melarutkan ekstrak merupakan pelarut semi polar yang memiliki
gugus polar dan gugus non polar, sehingga dapat menarik analit-analit yang
bersifat polar maupun non polar (Astarina et al, 2013).
Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa-Amilase
Human alfa-amilase (HA) adalah sekelompok dua isoenzim yang berbeda,
diproduksi dan dilepaskan terutama dikelenjar ludah yaitu Human Salivary
Amylase (HSA) dan Human Pancreas Amylase (HPA) (Ventura et al., 2017).
Alfa-amilase, enzim saliva atau pankreas memainkan peran penting dalam
pemecahan awal karbohidrat kompleks menjadi molekul sederhana. Modulasi
aktivitas alfa-amilase mempengaruhi pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
energi dan pemanfaatan yang lebih penting adalah pengurangan karbohidrat
kompleks (De Sales et al., 2012). Pati adalah sumber utama karbohidrat dan
pencernaannya dimulai pada mulut, dimana saliva alfa-amilase memulai hidrolisis
pati sebelum mencapai perut. Setelah pati masuk perut, pankreas alfa-amilase
melengkapi konversi menjadi disakarida dan oligosakarida pendek. Selanjutnya,
alfa-glukosidase usus memecah disakarida menjadi monosakarida (glukosa), yang
mudah diserap melalui sel–sel usus kecil ke aliran darah ( Oboh et al., 2011).
Alfa-amilase mengkatalisasi pembelahan alfa-1,4 ikatan glikosidik untuk
mengkonversi polisakarida menjadi oligosakarida yang lebih kecil seperti maltose,
maltotriosa dan sejumlah alfa-1,4 dan alfa-1,6 oligoglan. Fragment- fragment ini
selanjutnya akan mengalami degradasi lebih lanjut oleh alfa-glukosidase yang
terletak di perbatasan sekat usus kecil (Trihn et al, 2016). Degradasi oleh alfa-
glukosidase ini akan berubah menjadi glukosa yang akan diserap memasuki aliran
darah, degradasi pati makanan ini berlangsung dengan cepat dan menyebabkan
peningkatan hiperglikemia post prandial (Sudha et al, 2011).
Prinsip dari pengujian aktivitas penghambatan alfa-amilase ini adalah
berdasarkan pada pembentukan kompleks iodin-pati, aktivitas enzim alfa-amilase
diamati sebagai penurunan intensitas warna biru pada kompleks iodin-pati karena
berkurangnya substrat pati akibat hidrolisis yang dilakukan oleh enzim alfa-
amilase (Sudha et al, 2011). Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan optimasi
panjang gelombang maksimal dan Operating Tme (OT). Tujuan dilakukan
optimasi panjang gelombang untuk dapat menentukan panjang gelombang yang
menghasilkan serapan maksimum dari larutan uji. Berdasarkan optimasi panjang
gelombang yang dilakukan pada panjang gelombang 400-800 nm, didapatkan
panjang gelombang maksimum sebesar 536 nm. Penentuan Operating Time
bertujuan untuk menentukan waktu optimal suatu reaksi bekerja. Pada penelitian
optimasi OT ini dibuat dalam 4 rentang waktu yang berbeda yaitu 5 menit, 10
menit, 20 menit, dan 30 menit. Pengukuran dilakukan pada rentang panjang
gelombang maksimal yang sebelumnya sudah didapat yaitu 536 nm. Hasil OT
yang didapat adalah selama 5 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Setelah dilakukan optimasi, dilanjutkan dengan uji aktivitas penghambatan
enzim alfa-amilase. Pada uji ini, untuk mendapatkan nilai akhir berupa %
penghambatan dan IC50 perlu dilakukan beberapa rangkaian uji pada beberapa
kelompok. Uji aktivitas untuk ekstrak air serbuk batang brotowali maupun untuk
acarbose dibuat kelompok larutan uji masing-masing adalah larutan blanko,
kontrol blanko, sampel dan kontol sampel.
Pengujian larutan blanko dan kontrol blanko bertujuan untuk mengetahui
aktivitas dari enzim alfa-amilase tanpa penambahan sampel uji. Kelompok blanko
dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas pelarut yang digunakan tanpa adanya
sampel. Kelompok kontrol blanko dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas
pelarut tanpa adanya sampel uji maupun enzim. Kelompok sampel digunakan
untuk mengetahui aktivitas sampel yang digunakan penghambatan enzim alfa-
amilase. Kelompok kontrol sampel digunakan untuk melihat aktivitas sampel
tanpa adanya enzim.
Pati kentang digunakan sebagai substrat dari enzim alfa-amilase. DMSO
digunakan sebagai pelarut karena DMSO dapat melarutkan senyawa polar dan
non polar serta DMSO tidak akan mengganggu hasil penelitian karena tidak
memberikan aktivitas terhadap sampel uji (Octaviani et al, 2019). Aquabidest
digunakan sebagai pelarut, penggunaan aquabidest bersifat murni dan bebas dari
zat-zat pengotor karena merupakan hasil destilasi. Enzim alfa-amilase bekerja
pada pH tertentu, pH optimum untuk aktivitas inhibitor terdapat pada pH 4,5-5,0
dan pH 6,9 merupakan pH optimum untuk enzim alfa-amilase (Prahesti et al,
2018). HCl digunakan sebagai penghenti reaksi, karena apabila enzim berada pada
pH yang terlalu rendah akan mengakibatkan denaturasi pada enzim. Dapar fosfat
digunakan untuk mempertahankan kondisi pH, agar selama reaksi berlangsung
enzim tetap bekerja optimal. Larutan iodin-iodida digunakan sebagai pewarna
bagi pati kentang yang tersisa pada reaksi sehingga dapat dibaca serapannya pada
spektrofotometri UV-VIS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tabel III. Nilai Persen Inhibisi Acarbose
Konsentrasi
(mg/mL)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-Rata
4 42,88% 40,48% 42,23% 41,86%
8 61,93% 60,18% 59,30% 60,47%
15 77,68% 77,90% 78,12% 77,9%
20 87,31% 89,50% 84,03% 86,95%
Uji penghambatan enzim alfa-amilase oleh kontrol positif menggunakan
acarbose. Acarbose adalah pseudotetrasaccharida dan menghambat alfa-amilase
serta alfa-glukosidase dengan aktivitas antihiperglikemik. Acarbose ini mencegah
pemecahan karbohidrat yang lebih besar menjadi glukosa dan mengurangi
kenaikan kadar glukosa darah posprandial. Selain itu, acarbose juga bekerja
menghambat alfa-amilase dengan mencegah hidrolisis pati kompleks menjadi
oligosakarida di usus kecil (Pubcem online). Konsentrasi acarbose yang
digunakan adalah 4 mg/mL, 8 mg/mL, 15 mg/mL dan 20 mg/mL dengan 3 kali
replikasi. Hasil nilai persen inhibisi acarbose sesuai dengan tabel III. Kemudian
hasil yang didapatkan akan di analisis secara statistik.
(A) (B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(C)
Gambar 3. Grafik hubungan konsentrasi acarbose dengan nilai persen
inhibisi enzim alfa-amilase pada replikasi I (A), replikasi II (B), dan replikasi
III (C).
Pada grafik hubungan persen inhibisi dengan konsentrasi acarbose sesuai
gambar diatas (gambar 3) didapatkan nilai r pada replikasi 1 sebesar 0,981,
replikasi 2 sebesar 0,987 dan replikasi 3 sebesar 0,978. Nilai r menyatakan
korelasi antara peningkatan konsentrasi dengan peningkatan persen inhibisi.
Apabila nilai r mendekati 1 maka semakin menggambarkan korelasi sempurna
(Gandjar dan Rohman, 2017). Pada ketiga replikasi nilai r mendekari 1 maka
dapat dikatakan terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan
peningkatan nilai persen inhibisi.
Pada uji statistik persen inhibisi acarbose, dialukan uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Nilai P yang didapat > 0,05 (lampiran 10)
sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan
dengan Levene Test untuk mengetahui homogenitas data, nilai P yang didapat >
0,05 yang berarti data yang diperoleh homogen. Data yang terdistribusi normal
kemudian dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA, pada uji ini dibandingkan
dari keempat kelompok konsentrasi 4 mg/mL, 8 mg/mL, 15 mg/mL, dan 20
mg/mL, hasil nilai P menunjukkan bahwa < 0,05 yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dari keempat kelompok perlakuan antar
konsentrasi. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
besar pula persen inhibisi yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi
mempengaruhi peningkatan efek penghambatan enzim alfa-amilase oleh acarbose.
Setelah itu, nilai persen inhibisi yang didapat digunakan untuk menghitung
nilai IC50 yang menjadi parameter aktivitas penghambatan. Dengan menggunakan
persamaan regresi linear, dimana konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan persen
penghambatan sebagai sumbu y, didapatkan nilai a dan b masing-masing
replikasi. Hasil nilai IC50 replikasi I sebesar 5,2247 mg/mL, replikasi 2 sebesar
6,0034 mg/mL, replikasi III sebesar 5,6385 mg/mL, dengan nilai rata-rata 5,662 ±
0,390 mg/mL dan CV sebesar 6,888%. Nilai CV untuk senyawa dengan kadar
kecil dapat berkisar 5-15% (Gandjar dan Rohman, 2017), sehingga nilai CV
sebesar 6,888% sesuai dengan teori. Maka, tujuan dari kontrol positif untuk
memastikan metode yang digunakan benar sudah tercapai, sehingga metode ini
dapat dilakukan untuk pengujian sampel.
(A) (B)
Gambar 4. Struktur acarbose (A) dan struktur amilum (B)
Acarbose merupakan obat antidiabetes yang termasuk dalam inhibitor
kompetitif alfa-amilase. Pada penghambatan inhibitor kompetitif, acarbose akan
bersaing dengan pati kentang sebagai substrat untuk mendapatkan sisi aktif dari
enzim alfa-amilase sehingga hal tersebut mengganggu reaksi antara enzim dengan
substrat (De Sales et al, 2012). Hal ini juga dapat dibuktikan karena inhibitor
acarbose memiliki struktur yang mirip dengan substrat amilum (gambar 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel IV. Nilai Persen Inhibisi Ekstrak Air Batang Brotowali
Konsentrasi
(mg/mL)
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Rata-Rata
4 32,63% 33,95% 30,79% 32,46%
8 48,95% 51,84% 50,79% 50,53%
15 59,47% 58,95% 61,32% 59,91%
20 70% 69,21% 67,11% 68,77%
Pengujian penghambatan enzim oleh ekstrak air batang brotowali
menggunakan beberapa konsentrasi yaitu 4 mg/mL, 8 mg/mL, 15 mg/mL, dan 20
mg/mL. Perbedaan konsentrasi ini digunakan untuk melihat pengaruh
penambahan konsentrasi terhadap nilai inhibisi enzim.
(A) (B)
(C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 5. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak air batang brotowali
dengan nilai persen inhibisi enzim alfa-amilase pada replikasi I (A), replikasi
II (B), dan replikasi III (C)
Pada grafik hubungan persen inhibisi dengan konsentrasi ekstrak air
batang brotowali sesuai dengan gambar di atas (Gambar 5) didapatkan nilai r pada
replikasi 1 sebesar 0,98, replikasi 2 sebesar 0,96, dan replikasi 3 sebesar 0,947.
Apabila nilai r mendekati 1 maka semakin menggambarkan korelasi yang
sempurna (Gandjar dan Rohman, 2017). Pada ketiga replikasi nilai r mendekati 1,
maka dapat dikatakan terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi dengan
peningkatan nilai persen inhibisi ekstrak air batang brotowali.
Pada pengujian statistik, persen inhibisi ekstrak air batang brotowali
dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. Nilai P yang didapatkan > 0,05
(lampiran 10) yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Uji
homogenitas dilakukan dengan Levene Test, hasil yang didapatkan nilai P sebesar
> 0,05 yang menunjukkan bahwa data yang didapatkan homogen. Data yang
terdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA, pada uji
ini dibandingkan dari keempat kelompok konsentrasi 4 mg/mL, 8 mg/mL, 15
mg/mL, dan 20 mg/mL, hasil nilai P menunjukkan bahwa < 0,05 yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari keempat kelompok
perlakuan antar konsentrasi. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi maka semakin besar pula persen inhibisi yang dihasilkan. Peningkatan
konsentrasi mempengaruhi peningkatan efek penghambatan enzim alfa-amilase
oleh ekstrak air batang brotowali.
Pengujian kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai IC50 dengan
menggunakan persamaan regresi linear pada 3 kali replikasi berturut-turut. Nilai
IC50 replikasi 1 sebesar 10,4840 mg/mL, replikasi 2 sebesar 9,99% dan replikasi 3
sebesar 10,5708, dengan nilai rata-rata 10,348±0,313 mg/mL dan CV sebesar
3,024%. Nilai IC50 yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan kontrol
positif acarbose, hal ini dapat disebabkan karena banyaknya senyawa lain yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
terdapat di dalam ekstrak sehingga dapat menurunkan aktivitas penghambatan
enzim alfa-amilase.
Pengujian IC50 merupakan parameter dari aktivitas penghambatan yang
menyatakan suatu sampel mempunyai aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase
sebesar 50% yang diperoleh dari persamaan regresi linear untuk menyatakan
hubungan konsentrasi sampel dengan persen inhibisi. Nilai % inhibisi dari ekstrak
ataupun acarbose meningkat seiring kenaikan konsentrasi yang akan
mempengaruhi kekuatan efek yang dihasilkan (Fitrianingsih et al, 2016). Dari
hasil pengujian diatas, didapat persen inhibisi ekstrak dengan tiga kali replikasi
adalah lebih kecil dibandingkan dengan acarbose, sehingga nilai IC50 pada ketiga
ekstrak akan lebih besar dari acarbose.
Data IC50 acarbose dan ekstrak air batang brotowali dibandingkan dengan
melakukan uji statistik dengan menggunakan R statistik (lampiran 10) dengan
tujuan untuk membandingkan antara kedua kelompok tersebut. Berdasarkan uji
normalitas dengan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan Levene Test,
didapatkan nilai p > 0,05 yang menunjukkan data terdistribusi normal dan
homogen. Selanjutnya dilakukan uji T tak berpasangan dan didapatkan hasil yang
berbeda bermakna, dilihat dari nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan efek penghambatan terhadap aktivitas enzim alfa-amilase
antara ekstrak air batang brotowali dengan acarbose.
Menurut penelitian Ibrahim et al (2017) nilai IC50 acarbose yang
didapatkan pada uji penghambatan alfa-amilase sebesar 200,19 ± 7,29 mg/mL.
Pada penelitian yang dilakukan 5,662 ± 0,390 mg/mL. Perbedaan nilai IC50 yang
cukup jauh ini dapat disebabkan karena penggunaan substrat yang berbeda,
kandungan dapar fosfat yang berbeda dan perbedaan metode yang digunakan.
Pada penelitian Ibrahim et al (2017), digunakan para-nitrophenyl-alpha-D-
maltopentoglycoside sebagai substrat. Sementara, penelitian ini menggunakan pati
kentang sebagai substrat. Selain itu, kandungan dapar fosfat yang digunakan
adalah bovine serum albumin dan NaN3, sedangkan pada penelitian ini kandungan
dapar fosfat yang digunakan adalah natrium fosfat dan HCl. Metode penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Ibrahim et al menggunakan instrument microplate reader, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan instrument spektrofotometer UV-VIS.
Apabila dibandingkan dengan penelitian Chang., (2020) nilai IC50
acarbose yang didapatkan pada uji aktivitas penghambatan alfa-amilase sebesar
0,968 ± 0,051 mg/mL. Pada penelitian didapatkan nilai IC50 sebesar 5,662 ±
0,390 mg/mL. Perbandingan antara kedua nilai IC50 ini cukup berdekatan, karena
menggunaan metode dan perlakuan uji yang sama, namun hanya berbeda pada
konsentrasi dan sampel uji yang digunakan. Menurut penelitian Bhutkar et al
(2017), pengujian dengan menggunakan acarbose murni diperoleh nilai IC50
sebesar 383,7 µL/mL.
Gambar 6. Struktur borapetosida C
Menurut penelitian Ruan et al (2012), salah satu kandungan dari batang
brotowali yaitu borapetosida C dapat menunda perkembangan resistensi insulin
dengan peningkatan sensitivitas insulin. Aktivasi atau peningkatan stimulasi
insulin dari jalur IR/Akt/GLUT2 dapat berkontribusi pada efek penurun glukosa
plasma dari borapetosida C pada tikus T1DM. Borapetosida A dan C pada
Tinospora crispa berperan dalam menurunkan kadar glukosa plasma pada tikus
diabetes 1 yang diinduksi streptosozin dan dilakukan pemeriksaan pada aktivitas
hipoglikemik in vivo (Koay and Faheem, 2013).
Senyawa pada tanaman batang brotowali yang diduga memiliki aktivitas
penghambatan terhadap enzim alfa-amilase adalah borapetosida C. Menurut Elya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
et al (2012), alfa-amilase memecah pati dengan memutus ikatan glikosida.
Borapetosdia C yang sama-sama memiliki ikatan glikosida dapat mengubah peran
pati sebagai substrat. Dengan mekanisme inilah, pati di dalam tubuh tidak diubah
menjadi bentuk disakarida. Hal ini bisa membantu kerja dari glukosidase yang
mengubah disakarida menjadi monosakarida (glukasa) dan kadar glukosa pun
dapat dikontrol. Borapetosida C yang dapat menggantikan pati sebagai substrat
tersebut dapat dikategorikan sebagai inhibitor kompetitif, karena saling bersaing
untuk sisi aktif pada enzim. Selain itu, apabila dilihat struktur borapetosida C dan
pati kentang memiliki struktur yang mirip.
KESIMPULAN
Berdasarkan uji aktivitas penghambatan enzim alfa-amilase yang telah
dilakukan, ekstrak air batang brotowali menunjukkan hasil bahwa sampel tersebut
dapat melakukan penghambatan enzim alfa-amilase secara in vitro dengan nilai
persen inhibisi yang dihasilkan untuk konsentrasi 4 mg/mL yaitu 32,46%,
konsentrasi 8 mg/mL yaitu 50,53%, konsentrasi 15 mg/mL yaitu 59,91% dan
konsentrasi 20 mg/mL yaitu 68,77%. Hasil nilai IC50 sebesar 10,348 ± 0,313
mg/mL dan nilai IC50 acarbose sebesar 5,662 ± 0,390 mg/mL. Hasil uji statistik
IC50 ekstrak dan acarbose menunjukkan hasil yang berbeda bermakna yaitu
terdapat perbedaan efek penghambatan terhadap aktivitas enzim alfa-amilase
antara ekstrak air batang brotowali dengan acarbose.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur keberadaan
borapetosida C yang terdapat dalam ekstrak air batang brotowali (Tinospora
crispa L.) Hook. F & Thomson. Semakin tinggi kandungan borapetosida C pada
ekstrak, diharapkan efek penghambatan pada aktivitas enzim alfa-amilase akan
semakin tinggi. Selain itu, perlu dilakukan uji lanjutan untuk membuktikan bahwa
ekstrak air batang brotowali dapat menghambat enzim alfa-amilase secara in vivo.
Penggunaan acarbose juga disarankan menggunakan acarbose murni, karena
apabila menggunakan produk tablet acarbose, zat-zat tambahan yang terkandung
dalam tablet akan mempengaruhi hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
DAFTAR PUSTAKA
Alen, Y., Fitria, L. A., and Yori, Y., 2017. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis.
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., Ernst, M.E., Gugleilmo, B.J., Jacobson, P.A.,
Kradjan, W.A., Williams, B.R., 2013. Koda-Kimble & Young’s
Applied Theurapeutics.
Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., dan Warditiani, N. K., 2013. Skrining
Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureium
Roxb). Jurnal Farmasi Udayana.
Azwanida, NN. 2015. A review on the Extraction Methods Use in Medicinal
Plants, Principle, Strenght and Limitation. Review Medicinal and
Aromatic Plants.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010. Acuan Sediaan Herbal.
Volume 5, Edisi 1, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Bandiola, T. M., 2018. Extraction and Qualitative Phytochemical Screening of
Medicinal Plants: A Brief Summary. International Journal of Pharmacy.
Bhutkar, M. A., Bhinge, S.D., Randive, D.S., Wadkar, G. H., and Todkar, S. S.,
2018. In Vitro Studies on Alpha Amylase Inhibitory Activity of Some
Indigenous Plans. Modern Applications in Pharmacy and
Pharmacology., 1(4), 1-5.
Chang, M. J. V., 2020. Uji Aktivitas Penghambatan Enzim Alfa-Amilase oleh
Ekstrak Air Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) Secara In
Vitro. Universitas Sanata Dharma.
De Sales, P. M., Paula, M. S., Luiz, A. S., Perola O. M. and Damaris, S., 2012.
α- Amylase Inhibitors: A Review of Raw Material and Isolated
Compounds from Plant Source. J PharmSci.15(1).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Badan POM Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Farmakope Herbal Indonesia,
Suplemen II.Edisi 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Farmakope Herbal Indonesia,
Suplemen III.Edisi 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Elya, B., Katrin, B., Abdul, M.., Wulan, Yuliastuti., Anastasia, B., and Eva, K. S.,
2012. Screening of α-Glucosidase Inhibitory Activity From Some Plants
of Apocynacea, Clusiaceae, Euphorbiaceae, and Rubiaceae. Journal of
Biomedicine anf Biotechnology.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Elya, B., Rosita, H., Rani, S., Azizahwati, Uqie, S., Idam, T. P. and Yunita, I. P.,
2015. Antidiabetic Activity and Phytochemical Screening of Extracts
from Indonesian Plants by Inhibition of Alpha Amylase, Alpha
Glucosidase and Dipeptidyl Peptidase IV. Pakistan Journal of
Biological Sciences 18 (6).
Ftrianingsih, S. P., Indra, T. M., Ratu, C., Desirian, D., dan Ratih, A., 2016. Uji
Aktivitas Penghambatan Alfa Amilase Ekstrak Daun Tithonia Diversifolia
secara In Vitro. Prosiding SNaPP.
Gandjar, I. G., and Rohman, A., 2017. Kimia Farmasi Analisi. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Hamid, H. A., Yusoff, M. M., Liu, M., Karim, M. R. 2015. α-Glucosidase and α-
amylase inhibitory constituents of Tinospora crispa: Isolation and
chemical profile confirmation by ultra-high performance liquid
chromatography- quadrupole time-of- flight/mass spectrometry.
Journal of functional foods.
Hanhineva, K., Riitta, T., Isabel B. P., Jenna, P., Marjukka, K., Hannu, M., and
Kaisa, P. 2010. Impact of Dietary Polyphenols on Carbohydrate
Metabolism. International Journal of Molecular Sciences ISSN 1422-
0067.
Ibrahim, A., Babandi, A., Sani, A. H., Wudil, A. M., Murtala, Y. and Umar, I. A.,
2017. HPLC Profile. In-Vitro Alpha-Amylase, Alpha-Glukosidase
Inhibitory and Antioxidant Activities of Gymnema sylvestre Ethyl
Acetate Leaf Extract. Bayero Journal of Pure and Appled Science, 10
(1):72-80.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Farmakognosi dan Fitokimia.
Jakarta. Kementrian Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia. Jakarta.
Kementrian Kesehatan republik Indonesia.
Koay, Y. C., and Amr, F., 2013. A review of secondary metabolites and
biological activities of Tinospora crispa (Menispermaceae).
Tropical Journal of Pharmaceutical Research. 12(4)
Kuswati, R., Nurmita and Laode R., 2017. Uji in Vivo Aktivitas Ekstrak Etanol
Batang Brotowali (Tinospora crispa) Sebagai Penurun Kadar Glukosa
Darah. Proceeding of the 6th
Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences.
Menteri Kesehatan RI, 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia.
Musdalifa., Ratnawaty, M., Iwan, D., 2014. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Batang Brotowali (Tinospora crispa
Linn). Jurnal Chemica. 15(II).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Oboh, G., Adedayo, O., and Yetunde, M., 2011. Effect of Combination on the
Antioxidant and Inhibitory Properties of Tropical Pepper Varieties
Against a-Amylase and a-Glucosidase Activities In Vitro. Journal of
Medicinal food.
Octaviani, M., Haiyul, F., dan Erena, Y., 2019. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak
Etanol dari Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Difusi
Cakram. Pharm Sci Res. 6(1)
Patil, A., Sunil, N., Shashikant, P., Vijay, Tambe., and Manoj, T. 2012.
Antidiabetic effect of polyherbal combinations in STZ induced diabetes
involve inhibition of α-amylase and α-glucosidase with amelioration of
lipid profile. Inforesights Publishing.
Prahesti, D. A., Sri, P., MG, I. R., 2018. Isolasi, Uji Aktivitas dan Optimasi
Inhibitor α-Amilase Isolat Kapang Endofit Tanaman Binahong
(Andrean cordifolia) (Ten.) Steenis. Jurnal Biologi. 18 (1).
Pramitasari, M. D., Sri, P., and Agung, S., 2017. Aktivitas Inhibitor α- amylase
Isolat Khamir Endofit dari Tumbuhan Brotowali (Tinospora crispa L.).
Jurnal Biologi, Volume 6 No 3.
Pubcem, 2019. Acarbose.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/acarbose#section=Str uctures
accessed 9 September 2019.
Rosidah, I., Hismiaty, B., Rima, M., dan Olivia, B. P. 2015. Pengaruh Kondisi
Proses Ekstraksi Batang Brotowali (Tinospora crispa (l) Hook.f &
Thomson) Terhadap Aktivitas Hambatan Enzim Alfa glukosidase. Media
Litbangkes, Vol. 25 No. 4.
Ruan, C., Sio, H., Tzong, C., Shoei, S., and Ming, J., 2012. Borapetoside C from
Tinospora crispa improves insulin sensitivity in diabetic mice.
Elsevier Gmbh.
Sudha, P., Smita, S. Z., Shobha, Y. B. and Ameeta, R. K. 2011. Potent a-
amylase inhibitory activity of Indian Ayurvedic medicinal plants. BMC
Complementary and Alternative Medicine.
Sudrajat, S. E., 2016. Mengenal Berbagai Obat Herbal dan Penggunaanya.
Jurnal Kedokteran Meditek,Vol 22.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G., and Kaur, H., 2011. Phytochemical
Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica
Scienca, 1(1), 98-106.
Trinh, B. T. D., Dan, S., and Anna, K. J., 2016. Screening for potential α-
glucosidase and α-amylase inhibitory constituents from selected
Vietnamese plants used to treat type 2 diabetes. Journal of
Ethnopharmacology.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ventura, B. D., Nikola, S. C., Riccardo, F., Ra Ffaele, V., 2017. Flexible
immunosensor for the detection of salivary α-amylase in body fluids.
Elsevier.
Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2015.
Pharmacotherapy Handbook.
Wijaya, H., Novitasari, and Siti, J., 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia
caseolaris L. Engl). Jurnal Ilmiah Manuntung.
Wulandari, L., 2011. Kromatografi Lapis Tipis, PT. Tanam Kampus Perindo,
Jember.
Zhang, Q. W., Li, G. L., and Wen, C. Y., 2018. Techniques for Extraction and
Isolation of Natural Products: a comprehensive review. Chinese Medicine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 2. Certificate of Analysis Alfa-Amylase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 3. Gambar Serbuk Simplisia Batang Brotowali dan Ekstrak Air
Batang Brotowali.
Gambar 7. Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Gambar 8. Ekstrak Air Batang Brotowali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 4. Perhitungan Hasil Uji Kadar Air
Gambar 9. Kadar Air Serbuk Simplisia Batang Brotowali
Serbuk brotowali untuk uji kadar air
Bobot beaker kosong 62,3841 gram
Berat beaker+ isi 72,3908 gram
Berat beaker sisa 62,3841 gram
Berat isi 10,0067 gram
Hasil
Bobot Simplisia (g) 10,0067 gram
Volume air (ml) 0,9 mL
Kadar Air =
Kadar Air =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 5. Data Penimbangan Serbuk Simplisia Batang Brotowali dan
Perhitugan % Rendemen.
Data penimbangan serbuk untuk ekstraksi
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
Berat Beaker 63,1877 61,9024 62,4748
Berat Beaker + isi 73,1885 71,9084 72,4788
Berat Beaker Sisa 63,1877 61,9026 62,4749
Berat Serbuk 10,0008 10,0058 10,0039
Data penimbangan ekstrak
Replikasi 1 (g) Replikasi 2 (g) Replikasi 3 (g)
Berat cawan 58,8795 51,0478 73,4905
Berat cawan + isi 61,3590 54,7701 75,6235
Berat ekstrak 2,4685 3,6989 2,1330
Hasil perhitungan rendemen
Replikasi I
% Rendemen=
Replikasi II
% Rendemen=
Replikasi III
% Rendemen =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 6. Data Penimbangan Bahan
Pati Kentang (0,5%) b/v
Bobot beaker kosong 24,6359 gram
Berat beaker+ isi 24,8981 gram
Berat beaker sisa 24,6391 gram
Berat isi 0,259 gram
Na Fosfat 328mg
Bobot beaker kosong 13,6597 gram
Berat beaker+ isi 13,9989 gram
Berat beaker sisa 13,6730 gram
Berat isi 0,3259 gram
NaCl 39,195 mg
Bobot beaker kosong 15, 2443 gram
Berat beaker+ isi 15,2945 gram
Berat beaker sisa 15,2553 gram
Berat isi 0,0392gram
Lampiran 7. Pembuatan Larutan Seri Acarbose dan Ekstrak Air Batang
Brotowali
a. Perhitungan larutan seri menggunakan rumus:
C1 x V1 = C2 x V2
b. Pelarut acarbose menggunakan aquabidest dan pelarut ekstrak
menggunakan DMSO.
1) Konsentrasi 20 mg/mL
200 mg sampel dilarutkan dalam 10 mL pelarut yang sesuai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2) Konsentrasi 15 mg/mL
20 mg/mL x V1 = 15 mg/mL x 10 mL
V1 = 7,5 mL
3) Konsentrasi 8 mg/mL
15 mg/mL x V1 = 8 mg/mL x 10 mL
V1 = 5,33 mL
4) Konsentrasi 4 mg/mL
8 mg/mL x V1 = 4 mg/mL x 10 mL
V1 = 5 mL
Lampiran 8. Tabel Hasil Optimasi Panjang Gelombang Maksimum dan OT
Data hasil optimasi panjang gelombang maksimum
Replikasi Absic Abs
I 535,0 0,589
II 533,0 0,598
III 536,0 0,600
Data hasil optimization time
Panjang gelombang maksimum= 536,0 nm
Sampel Waktu OT Abs K*Abs
I 5 menit 0,576 0,5764
II 10 menit 0,525 0,5245
III 20 menit 0,472 0,4720
IV 30 menit 0,411 0,4108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Lampiran 9. Pengukuran Serapan Larutan Seri Acarbose dan Ekstrak Air
Batang Brotowali
a. Pengukuran Serapan Larutan Seri Acarbose
Replikasi Absorbansi
Blanko (B) Kontrol
Blanko (KB)
B- KB Rata-Rata
I 0,039 0,421 -0,0382 -0,457
II 0,042 0,598 -0,556
III 0,038 0,472 -0,434
b. Pengukuran Serapan Larutan Seri Ekstrak Air Batang Brotowali
Replikasi Absorbansi
Blanko (B) Kontrol
Blanko (KB)
B- KB Rata-Rata
I 0,071 0,434 -0,363 -0,380
II 0,062 0,471 -0,409
III 0,068 0,435 -0,367
Konsentasi
(mg/mL)
Absorbansi %
Inhibisi
IC50
Sampe
l
(S)
Kontrol
Sampel
(KS)
S-KS B-KB
RI 4 0,129 0,390 -0,216 -0,457 42,88 5,2247
8 0,330 0,504 -0,174 -0,457 61,93
15 0,449 0,551 -0,102 -0,457 77,68
20 0,690 0,748 -0,058 -0,457 87,31
RII 4 0,189 0,461 -0,272 -0,457 40,48 6,0034
8 0,398 0,580 -0,182 -0,457 60,18
15 0,425 0,526 -0,101 -0,457 77,90
20 0,694 0,742 -0,048 -0,457 89,50
RIII 4 0,114 0,378 -0,264 -0,457 42,23 5,6385
8 0,383 0,569 -0,186 -0,457 59,30
15 0,497 0,578 -0,1 -0,457 78,12
20 0,656 0,726 -0,073 -0,457 84,03
Rata Rata IC50 5,662 ±
0,390
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Konsentasi
(mg/mL)
Absorbansi %
Inhibisi
IC50
Sampe
l
(S)
Kontrol
Sampel
(KS)
S-KS B-KB
RI 4 0,033 0,289 -0,256 -0,380 32,63 10,4840
8 0,105 0,299 -0,194 -0,380 48,95
15 0,341 0,495 -0,154 -0,380 59,47
20 0,398 0,512 -0,114 -0,380 70
RII 4 0,031 0,282 -0,251 -0,380 33,95 9,99
8 0,113 0,296 -0,183 -0,380 51,84
15 0,335 0,491 -0,156 -0,380 58,95
20 0,349 0,466 -0,117 -0,380 69,21
RIII 4 0,029 0,292 -0,263 -0,380 30,79 10,5708
8 0,102 0,289 -0,187 -0,380 50,79
15 0,351 0,498 -0,147 -0,380 61,32
20 0,398 0,523 -0,125 -0,380 67,11
Rata Rata IC50 10,348 ±
0,313
Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik dengan R Statistik
Acarbose
Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk
c 4 c 8 c 15 c 20
W-stat 0.934559 0.964808 1 0.986937
p-value 0.505938 0.639582 0.999999 0.781236
alpha 0.05 0.05 0.05 0.05
normal yes yes yes yes
Uji Homogenitas dengan Levene Test
type p-value
means 0.129642
medians 0.335589
trimmed 0.129642
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
One-Way ANOVA
ANOVA
Sources SS df MS F P value F crit RMSSE
Omega
Sq
Between
Groups
3573.0
13 3
1191.0
04
434.64
27
3.39E-
09
4.0661
81
12.036
65 0.99086
Within
Groups
21.921
53 8
2.7401
92
Total
3594.9
35
1
1
326.81
22
Uji Post Hoc-Tukey
TUKEY HSD/KRAMER alpha 0.05
group mean n ss df q-crit
c 4 41.86333 3 3.081667
c 8 60.47 3 3.5846
c 15 77.9 3 0.0968
c 20 86.94667 3 15.15847
12 21.92153 8 4.529
ANOVA: Single Factor
Descripti
on Alpha 0.05
Group
Cou
nt Sum Mean
Varian
ce SS Std Err Lower Upper
c 4 3
125.
59
41.863
33
1.5408
33
3.0816
67
0.9557
18
39.659
44
44.067
22
c 8 3
181.
41 60.47 1.7923 3.5846
0.9557
18
58.266
11
62.673
89
c 15 3
233.
7 77.9 0.0484 0.0968
0.9557
18
75.696
11
80.103
89
c 20 3
260.
84
86.946
67
7.5792
33
15.158
47
0.9557
18
84.742
78
89.150
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Q
Test
grou
p 1
grou
p 2 mean
std
err q-stat lower upper
p-
value
mean-
crit
Cohe
n d
c 4 c 8
18.60
667
0.955
718
19.46
878
14.27
822
22.93
511
3.52E
-06
4.328
448
11.24
031
c 4 c 15
36.03
667
0.955
718
37.70
637
31.70
822
40.36
511
1.53E
-08
4.328
448
21.76
979
c 4 c 20
45.08
333
0.955
718
47.17
22
40.75
489
49.41
178
3.3E-
09
4.328
448
27.23
489
c 8 c 15 17.43
0.955
718
18.23
759
13.10
155
21.75
845
5.81E
-06
4.328
448
10.52
948
c 8 c 20
26.47
667
0.955
718
27.70
342
22.14
822
30.80
511
2.33E
-07
4.328
448
15.99
458
c 15 c 20
9.046
667
0.955
718
9.465
831
4.718
219
13.37
511
0.000
699
4.328
448
5.465
1
Ekstrak Air Batang Brotowali
Uji Normalitas dengan Shapiro-Wilk
c 4 c 8 c 15 c 20
W-stat 0.991054 0.975697 0.904998 0.9359
p-value 0.819092 0.701046 0.401591 0.511142
alpha 0.05 0.05 0.05 0.05
normal yes yes yes yes
Uji Homogenitas dengan Levene test
type p-value
means 0.986506
medians 0.989159
trimmed 0.986506
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Uji One-Way ANOVA
ANOVA: Single Factor
Descripti
on Alpha 0.05
Group
Cou
nt Sum Mean
Varian
ce SS Std Err Lower Upper
c 4 3
97.3
7
32.456
67
2.5189
33
5.0378
67
0.8387
31
30.522
55
34.390
78
c 8 3
151.
58
50.526
67
2.1400
33
4.2800
67
0.8387
31
48.592
55
52.460
78
c 15 3
179.
74
59.913
33
1.5516
33
3.1032
67
0.8387
31
57.979
22
61.847
45
c 20 3
206.
32
68.773
33
2.2310
33
4.4620
67
0.8387
31
66.839
22
70.707
45
ANOVA
Sources SS
d
f MS F
P
value F crit
RMSS
E
Omega
Sq
Between
Groups
2174.1
33 3
724.71
09
343.39
84
8.65E-
09
4.0661
81
10.698
89
0.9884
53
Within
Groups
16.883
27 8
2.1104
08
Total
2191.0
16
1
1
199.18
33
Uji Post Hoc- Tukey
TUKEY HSD/KRAMER alpha 0.05
group mean n ss df q-crit
c 4 32.45667 3 5.037867
c 8 50.52667 3 4.280067
c 15 59.91333 3 3.103267
c 20 68.77333 3 4.462067
12 16.88327 8 4.529
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
G1
G
2 mean std err q-stat lower upper
p-
value
mean-
crit
Cohen
d
c 4
c
8 18.07
0.8387
31
21.544
46
14.271
39
21.868
61
1.62E-
06
3.7986
12
12.438
7
c 4
c
15
27.456
67
0.8387
31
32.735
97
23.658
05
31.255
28
5.67E-
08
3.7986
12
18.900
12
c 4
c
20
36.316
67
0.8387
31
43.299
55
32.518
05
40.115
28
5.24E-
09
3.7986
12
24.999
01
c 8
c
15
9.3866
67
0.8387
31
11.191
51
5.5880
55
13.185
28
0.0002
17
3.7986
12
6.4614
23
c 8
c
20
18.246
67
0.8387
31
21.755
09
14.448
05
22.045
28
1.5E-
06
3.7986
12
12.560
31
c
15
c
20 8.86
0.8387
31
10.563
58
5.0613
88
12.658
61
0.0003
27
3.7986
12
6.0988
85
Analisis Statistik perbandingan IC50 Acarbose dan IC50 ekstrak air batang
brotowali
Uji Shapiro-Wilk
Shapiro-Wilk Test
IC50 Acarbose
IC50 Ekstrak
air
W-stat 0.998687239 0.859218751
p-
value 0.930785737 0.26542623
alpha 0.05 0.05
normal yes yes
Uji Levene Test
Levene's Tests
type p-value
means 0.861164
medians 0.758741
trimmed 0.861164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Uji T Tidak berpasangan
T Test: Two Independent Samples
SUMMARY
Hyp Mean
Diff 0
Groups Count Mean Variance Cohen d
IC50
Acarbose 3 5.6222 0.151793
IC50
Ekstrak air 3 10.34827 0.09815
Pooled 0.124971 13.36887
T TEST: Equal
Variances
Alpha 0.05
std
err t-stat df p-value t-crit lower upper sig effect r
One
Tail
0.288
642
16.373
46 4
4.07E-
05
2.1318
47 yes
0.9926
22
Two
Tail
0.288
642
16.373
46 4
8.14E-
05
2.7764
45
-
5.5274
7
-
3.9246
7 yes
0.9926
22
T TEST: Unequal
Variances
Alpha 0.05
std
err t-stat df p-value t-crit lower upper sig
effect
r
One
Tail
0.288
642
16.37
346
3.8238
65
5.53E-
05
2.160
376 yes
0.9929
44
Two
Tail
0.288
642
16.37
346
3.8238
65
0.0001
11
2.827
617
-
5.5422
4
-
3.909
9 yes
0.9929
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Aktivitas
Penghambatan Alfa-Amilase dengan Ekstrak Air Batang
Brotowali (Tinospora crispa L.) Hook.F. & Thomson
secara In Vitro” lahir di Kampar, 5 Agustus 1998. Penulis
yang memiliki nama lengkap Fila Delfia merupakan anak
bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Agus Dwi
Susanto dan Sunarti. Penulis menempuh pendidikan TK
Mawar (2003-2004), SDN 064 Tuah Indrapura (2005-
2010), SMP N 1 Mlati (2010-2013), dan SMK Kesehatan
Pelita Bangsa (2013-2016). Pada tahun 2016 penulis
melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
perkuliahan banyak kegiatan yang dilakukan penulis terutama kegiatan
kepanitiaan dan organisasi. Penulis berpartisipasi pada kepanitiaan Future
Pharmacist in Action atau FACTION (2016), Latihan Kepemimpinan 1 (2017),
Kampanye Informasi Obat (2017). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Anatomi Fisiologi Manusia (2017). Penulis pernah menjadi salah satu perwakilan
delegasi Universitas pada acara Regional Pharmaceutical leadership forum
ISMAFARSI wilayah Joglosepur (2017) dan menjadi kreator pada kegiatan USD
Menginspirasi (2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI