repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/thesis fix.docx  · web viewpenelitian ini...

167
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH AIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN TESIS Oleh: IBRAHIM SIRAIT 91215033554 PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA 1

Upload: others

Post on 25-Sep-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI MADRASAH AIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN

TESIS

Oleh:

IBRAHIM SIRAIT

91215033554

PROGRAM STUDI

S2 PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

1

Page 2: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

2

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

KARAKTER DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN

IBRAHIM SIRAIT

NIM : 91215033554Prodi : Pendidikan Islam (PEDI)Tempat/Tgl. Lahir : PematangPasir/10Agustus 1990Pembimbing : 1. Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA.

2. Dr. Siti Zubaidah, M.Ag.Nama Orang Tua (Ayah) : Wildan Sirait

(Ibu ) : Fatimah Syam

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Dengan perincian untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan akahlak yang dilaksanakan dan pengembangannya dalam pendidikan karakter dalam segi perencaan, startegi dan evaluasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode naturalistik, Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dua orang guru bidang studi akidah akhlak, dan satu orang guru bidang studi umum. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik analisis data dilakukan secara reduksi data (pengumpulan data), penyajian data dan kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan data peneliti menggunakan kreadibilitas, keteralihan, ketergantungan dan ketegasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di madrasah Aliyah Negeri 1 Medan berjalan dengan baik, efektif dan kondusif walaupun belum sempurna. Nilai karakter yang dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan pendidikan akhlak yaitu nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca, peduli sosial. Pembelajaran pendidikan akhlak di dalam kelas ditempuh dengan model pembelejaran langsung. Proses evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran.

Page 3: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

3

Kata kunci: Pendidikan Akhlak, Pengembangan Pendidikan, Pendidikan Karakter

ABSTRAK

IMPLEMENTATION OF MORAL EDUCATIONIN THE DEVELOPMENT OF CHARACTER

EDUCATION IN MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 MEDAN

IBRAHIM SIRAIT

NIM : 91215033554Department : Pendidikan Islam (PEDI)Place/Date Born : PematangPasir/10Agustus 1990Supervisor : 1. Prof. Dr. Dja’far Siddik, MA.

2. Dr. Siti Zubaidah, M.Ag.Parent’s Name(Father) : Wildan Sirait

(Mother) : Fatimah Syam

This research is generally intended to describe the Implementation of moral education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. In particular this study aims to describe the implementation of moral education in the development of character education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. By the details to describe how the implementation of moral education implemented and its development in character education in terms of planning, strategy and evaluation.

This research is a qualitative research using naturalistic method. The informants principal, two teachers of morality, and one teacher of general study. Technique of collecting data through observation, interview and documentation, Technique of data analysis done by data reduction (data collection), presentation of data and conclusion. To ensure the validity of data researcher dredibility, extent, dependence and firmness.

The results showed that the implementation of moral education in the development of character education in Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan run well, effective and conducive although it is not yet perfect. The value of character developed by morality teacher in moral education activity that is religious value, honest, tolerance, discipline, hard work, curiosity, spirit of nationality, love homeland, appreciate achievement, reading, social care. The learning of moral education in the classroom is pursued by direct learning model. The evaluation process is carried out every day in the learning and learning process.

Page 4: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

4

Keywords: Morals Education, Educational Development, Character Education

ملخص

التطبيق التربويالخلقي في تنميةتربية للحكومة1السلوك بالمدرسة العالية

بمدان

إبراهيم سرايت

91215033554: رقم القيد : التربية اإلسالمية القسم 1990 أغسطس 10: فماتنج فاسير / المولود

: ف . د . جعفر الصديق المشرف األول: د . سيتي زبيدة المشرف الثاني

: ولدان سيرايت الوالد ) األب (: فاطمة شام ) األم (

أن غاية هذا البحث عموماً لبيان عن التطبيق 1التربويالخلقي في تنميةتربية السلوك بالمدرسة العالية

للحكومة بمدان. وبالخصوص أن غاية هذا البحث لبيان عن التطبيق التربويالخلقي في تنميةتربية السلوك بالمدرسة

للحكومة بمدانوتفصيالً لبيان عن كيفية تطبيق1العالية التربيةلألخالقولتنميتها في تربية السلوك خطًة و طريقةً

وتقييماً .

Page 5: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

5

وهذا البحث هو البحث النوعي باستخدام الطريقة الطبيعية ، ويكونالمخبرهو رئيس المدرسة والمدرسان لدرس األخالق والمدرس لدرس العام . وأما طريقة جمع المعلومات

فهي نظر عميق وحوار وصور . وأما تحليل المعلومات بطريقة الجمع والتحليل ثم الخالصة . ولتأكيد صحة معلومات هذاالبحث فيستخدم المصداقية والتحويل واالعتماد والثبات .

وأما النتيجة فهي تدل على أن التطبيق التربويالخلقي للحكومة بمدان1في ترقية تربية السلوك بالمدرسة العالية

يمشي جيداً فعاالً تفضياً ولو كان ذلك لم يكن كامالً . وقيمة الخلق الذي يطوره المدرس في ترقية تربية األخالق وهي

تمسك بالدين ، صدق ، سماحة ، انضباط ، جهود ، رغبة قوية ، أخوة وطنية ، حب الوطن ، تقدير القيمة ، رغبة للقراءة ، اهتمام اجتماعي . وتربية األخالق في الفصل عبر طريقة

المباشر . وأما التقييم يكون كل يوم في عملية التعلموالتعليم .

الكلمات الرئيسية : تربية األخالق ، تنمية التربية ، التربيةاألخالقية

Page 6: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Jalla wa ‘Alā yang atas

rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul

“Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan Pendidikan

Karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan ”. Selanjutnya, selawat

serta salam senantiasa tercurah keharibaan junjungan alam Nabi besar Muhammad

Saw. yang telah mengeluarkan umat manusia dari zaman kegelapan menuju

zaman yang terang benderang hingga sekarang ini.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

memeroleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan

Islam pada jenjang Strata 2 (S2) di Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara Medan. Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu,

khususnya kepada:

1. Ibunda dan ayahanda tercinta, Wildan Sirait dan Fatimah Syam yang terus

mendoakan, memberikan bantuan moril dan motivasi dalam penyusunan tesis

ini.

2. Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, bapak Prof. Dr.

Saidurrahman, M.Ag dan Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara, bapak Prof. Dr. Syukur Khalil, M.A dan bapakDr. Achyar

Zein, M.Ag selaku Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan serta kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara.

3. Bapak pembimbing I dan ibu pembimbing II, yakni bapak Prof. Dr. Dja’far

Siddik, MA dan ibu Dr. Siti Zubaidah, M.Ag yang telah memberikan

bimbingan dan arahan, kemudahan, fasilitas dan berbagai bantuan lain dalam

menyelesaikan tesis.

4. Ketua Prodi bapak Dr. H. Syamsu Nahar, M.Ag dan Sekertaris jurusan bapak

Dr. Edi Saputra, M.Hum yang telah banyak memberikan pelayanan prima,

Page 7: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

7

memberikan ilmu dan kemudahan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan

studi ini.

5. Bapak Ali Masran Daulay, S.Pd, MA selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 1 Medan beserta seluruh stafnya yang telah memberikan informasi

dan mengizinkan memberikan melaukan penelitian di MadrashAliyahNegeri

(MAN) 1 Medan.

6. Keluarga bapak Linggoman Harahap Sos. I dan ibu Sri Agustina dan keluarga

bapak Satmin dan Nuraini yang telah banyak membantu dari awal perkuliahan

hingga sekarang.

7. Teman-teman diskusi CIEE CIEE di PEDI-A. Musthafa Husein Lubis,

Muhajirin Anshori Situmorang, Ilham Ilyas, Muhammad Hendra, Muazzen,

Handi Wijaya Parinduri, Muhammad Azwar Efendi Ammar ,Farid Maulana,

Hasan Basri, Fathur Rahman Anshari, Nurasiah, Tika Rizkinda Nasution,

Fathul Jannah Rangkuti, Aida Fitri, Khairia Agustina, Rahayu Putri Sari yang

banyak memberikan masukan dan koreksi demi kelancaran penyusunan tesis

ini. Semoga Allah membalas kebaikannya.

8. Sahabat saya Khairul Umam Sirait, Abdul Qodir Jailani, Syahrial Lubis,

Nurrahmah Marpaung, Nur ‘Ainun, Febrisa Rahim dan Sutrisno masih banyak

lagi kerabat dekat yang tak tersebutkan nama mereka keseluruhan di dalam

ungkapan terima kasih yang singkat ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini, oleh

karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran membangun demi

penyempurnaan tesis ini. Dan Peneliti sangat berharap agar tesis ini dapat

memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pembaca untuk menambah

wawasan dan bahan kajian pada masa yang akan datang

Medan, 18 Oktober201Peneliti,

IBRAHIM SIRAIT

Page 8: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

8

DAFTAR ISI

Kata Penganatar--------------------------------------------------------------------i

Daftar isi-----------------------------------------------------------------------------ii

DaftarTabel--------------------------------------------------------------------------iii

Pedoman Transliterasi------------------------------------------------------------iv

BAB I: PENDAHULUAN--------------------------------------------------------1

A. Latar Belakang Masalah----------------------------------------------1

B. Rumusan Masalah-----------------------------------------------------9

C. Penjelasan Istilah------------------------------------------------------10

D. Tujuan Penelitian------------------------------------------------------10

E. Manfaat Penelitian----------------------------------------------------11

BAB II: LANDASAN TEORETIS----------------------------------------------13

A. Pengertian Pendidikan Akhlak--------------------------------------12

B. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak--------------------------------25

C. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak-------------------------------------27

D. Metode Pendidikan Akhlak------------------------------------------30

E. Konsep Pendidikan Akhlak------------------------------------------33

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak---------35

G. Pengertian Pendidikan Karakter-------------------------------------37

H. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter-------------------------------40

I. Tujuan Pendidikan Karakter-----------------------------------------42

J. Metode Pendidikan Karakter----------------------------------------43

K. Penelitian Relevan----------------------------------------------------45

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN------------------------------------50

A. Jenis Penelitian---------------------------------------------------------50

B. Lokasi dan Waktu Penelitian-----------------------------------------51

Page 9: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

9

C. Subjek Penelitian/Informan Penelitian------------------------------51

D. Teknik Pengumpulan data---------------------------------------------52

E. Teknik Analisis Data---------------------------------------------------54

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data-------------------------------55

BAB IV: HASIL PENELITIAN-------------------------------------------------57

A. TemuanUmum-------------------------------------------------------------57

1. Profil Madrasah AliyahNegeri 1 Medan----------------------------57

2. Lokasi Madrsah AliyahNegeri 1 Medan----------------------------59

3. Visi Misi dan Tujuan--------------------------------------------------59

4. Sarana dan Prasarana--------------------------------------------------63

B. TemuanKhusus------------------------------------------------------------79

1. Perencanaan Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan

Pendidikan Karakter---------------------------------------------------79

2. Strategi Pendidikan Akhlak dalam Pengembangan

Pendidikan Karakter---------------------------------------------------83

3. Evaluasi hasil dan Proses Pndidikan Akhlak dalam

Pengembangan Pendidikan Karakter--------------------------------93

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN---------------------------------------98

1. Kesimpulan--------------------------------------------------------------98

2. Saran-saran--------------------------------------------------------------100

DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------101

1. Buku-buku-------------------------------------------------------------------101

2. Jurnal-------------------------------------------------------------------------103

3. Tesis--------------------------------------------------------------------------104

LAMPIRAN

Page 10: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

10

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi tenaga personil MAN 1 Medan................................... 60

Tabel 2. Rekapitulasi Siswa MAN 1 Medan ................................................ 61

Tabel 3. Sarana Prasarana MAN 1 Medan.....................................................63

Tabel 4. Daftar Nama-nama Wali Kelas........................................................66

Tabel 5. Tata Tertib MAN 1 Medan.............................................................71

Tabel 6. Nilai Pendidikan Akhlak yang Di Kembangkan..............................89

Page 11: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan, karena manusia hidup

diciptakan bukan hanya sekedar untuk hidup, ada tujuan lain yang lebih mulia dari

sekedar hidup yang mestinya diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang

diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan

makhluk lain, yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan

dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam

membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat

menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu

mengantisipasi masa depan.

Menurut Mastuhu dalam Salminawati Manusia adalah makhluk yang

senantiasa membutuhkan pendidikan karena ia memiliki potensi yang dinamis dan

dapat dikembangkan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat. Namun, potensi yang

sangat besar itu tidak akan menjadi apa-apa jika tidak dikembangkan dengan

pendidikan.1Disinilah manusia merasa penting terhadap pendidikan.

Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan tidak

dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain,

kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi,

keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikan berfungsi

secara optimal maka akan tercapai kemajuan cita-cita yang diinginkan, sebaliknya

bila proses dan sistem pendidikan yang dijalankan tidak berjalan dengan baik

maka tidak akan dapat mencapai kemajuan yang akan dicita-citakan. Betapapun

banyak kritik dan sanggahan yang dilayangkan oleh para pihak dan kalangan

terhadap pendidikan baik terhadap peraktek pendidikan, namun kita bisa sepakat

bahwa nasib suatu komunitas dan bangsa di masa depan sangat bergantung pada

kontribusi pendidikannya.

1Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam. Cet. 2 (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2015), h. 47

Page 12: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

12

Salah satu tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah meningkatkan

keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang ajaran agama Islam

sehingga nantinya menjadi seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadinya, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Hal ini sesuai yang terkandung dalam Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kereatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.2

Berdasarkan rumusan undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa

tujuan pendidikan nasional ini mencakup tiga dimensi pendidikan, yaitu

pendidikan jasmani, pendidikan akal dan pendidikan akhlak. Dikatakan mencakup

pendidikan jasmani dikarenakantujuan pendidikan nasional adalah menciptakan

peserta didik yang sehat. Disebut mencakup pendidikan akal karena pendidikan

nasional bertujuan membentuk peserta didik yang berilmu, cakap dan kreatif.

Sedangkan dikatakan mencakup pendidikan akhlak adalah karena pendidikan

nasional memiliki misi untuk melahirkan peserta didik yang beriman dan

bertakwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari uraian teks di atas tampak bahwa

pendidikan nasional mengutamakan pendidikan akhlak, yang dibuktikan dari

pernyataan awal tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Allah swt,

berakhlak mulia...” dapat disimpulkan bahwa pendidikan nasional tidak hanya

memperhatikan integrasi pendidikan akal semata, tetapi juga pendidikan jasmani

dan pendidikan akhlak.3

2Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional3Rosnita, “Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini Menurut Ibnu Miskawaih,” dalam

Jurnal Miqot, Vol XXXVII, No. 2 2013, h. 397

Page 13: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

13

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah

pendidik. Pendidik berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber

daya manusia. Pendidik berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas

melalui proses pembelajaran. Ditangan pendidik akan dihasilkan peserta didik

yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional,

dan moral serta spiritual dan diharapkan manajemen pembelajaran yang

kontekstual. Dengan demikian akan dihasilkan generasi masa depan yang siap

hidup dengan tantangan zamannya.karena itu, diperlukan sosok pendidik yang

memiliki kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan

tugas profesionalnya.4

Dalam rumusan tujuan pendidikan Nasioanal di atas, tertera untuk

berakhlak mulia, berarti bahwa sistem pendidikan Nasional tidak hanya menuntut

untuk menjadi manusia yang sehat, cerdas kognitifnya, cakap dan kreatif saja,

tetapi juga untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia. Begitu penting posisi

akhlak dan karakter dalam dunia pendidikan terlebih dalam pendidikan Islam baik

di sekolah umum maupun di madrasah pada khusunya.

Secara empiris dan nyata, Islam sangat memperhatikan pola kehidupan

umatnya, bahkan semenjak manusia dalam kandungan sampai lahir hingga

tumbuh berkembang, Islam telah menetapkan tata cara kehidupan umatnya, maka

tidak mengherankan jika Nabi Muhammad sendiripun menyatakan tujuan

kerasulannya adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sepanjang sejarah umat

manusia, masalah akhlak juga selalu menjadi pokok persoalan, karena perilaku

manusia secara langsung ataupun tidak langsung masih menjadi tolak ukur untuk

mengetahui dan menilai perbuatan atau sikap mereka.

Akhlak dalam kehidupan manusia menduduki tempat penting sekali dalam

baik sebagai anggota masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangun, jaya hancurnya,

sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat dan tergantung pada akhlaknya.

Apabila akhlaknya baik, maka baik pula lahir batinnya dan sebaliknya jika jelek

akhlaknya, jelek pula lahir batinyya. Akhlak merupakan bagian penting yang tidak

4Kunandar, Guru Profesional (Jakarta: Rajawali Press, 2007), h. 40

Page 14: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

14

dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, tanpa akhlak, manusia akan hilang

derajat kemanusiaannya sebagai makhluk yang mulia.

Selain akhlak, karakter juga memiliki peran yang sangat penting dalam

pembentukan kepribadian manusia dan karakter juga dipandang hal yang sangat

urgen dalam dunia pendidikan. Menurut Zubaedi, pendidikan karakter mempunyai

orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak, yaitu pembentukan karakter.5

Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan

pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler. Tetapi keduanya memiliki ruang

untuk saling mengisi.6

Membicarakan akhlak dan karakter merupakan hal yang sangat penting

dan mendasar. Akhlak dan karakter adalah mustika hidup yang mebedakan

manusia dengan makhluk yang lain seperti hewan. Manusia tanpa akhlak dan

karakter adalah manusia yang sama dengan hewan. Manusia yang berakhlak dan

berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang

memiliki akhlak dan karakter yang kuat dan baik. Mengingat begitu urgennya

akhlak dan karakter maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk

menanamkan melalui proses pembelajaran.

Menurut Koesoema menyatakan bahwa orang yang berkarakter berarti

orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, dan akhlak.Dengan makna

seperti itu berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian

merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari seseorang yang bersumber

dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada

masa kecil dan bawaan sejak lahir.7

Dapat dipahami bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia

yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka

berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun

dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan

5 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 65

6Ibid.7 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Cet

I (Jakarta, Grasindo, 2007), h. 80

Page 15: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

15

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan

adat-istiadat.

Akhlak dan karakter pada dasarnya termasuk di antara makna yang

terpenting dalam hidup. Disonasi akhlak atau karakter adalah persoalan paling

krusial yang harus direspon oleh dunia pendidikan, khususnya institusi

pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan akhlak pada dasarnya merupakan tujuan

tertinggi dalam Islam, karena pada prinsipnya penanaman akhlak merupakan

aktivitas pokok dari keseluruhan praktik pendidikan yang dilaksanakan oleh

Rasulullah. Pendidikan yang baik harus bisa menanamkan akhlak ke dalam diri

peserta didik, agar dapat memunculkan sifat, pemikiran dan perilaku atau karakter

terpuji.

Tujuan yang terutama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlak, baik

perangai dan tingkah laku, halus budi pekerti, keras kemauan, membedakan yang

baik dari yang buruk, mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan. Tujuan

pendidikan akhlak ialah membentuk putera dan puteri yang berakhlak mulia,

berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab sopan santu, baik

tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci

murni hatinya. Jiwa pendidikan dan penghidupan, jiwa kemajuan, jiwa rumah

tangga dan sekolah, haruslah pendidikan akhlak. Tidak berlebihan, kalau kita

katakan, bahwa pendidikan ialah mencapai sifat yang tinggi dan akhlak yang

sempurna dalam adat kebiasaan, dalam segala hal dan dalam adab sopan santun

dalam kehidupan sehari-hari.8

Sejarah mengingatkan bahwa setiap bangsa yang maju dan setiap

peradaban yang berkembang adalah berkat rakyatnya memilih jiwa yang kuat,

tekat yang bulat, semangat yang membaja, akhlak yang mulia dan perjalanan

hidup yang baik. Sehingga merupakan hal terpenting dan mendasar bahwa akhlak

bagi manusia mencakup semua aspek kehidupan, kepribadiannya semakin perlu

terlebih dalam konteks kehidupan kalangan siswa sebagai investasi masa depan

suatu bangsa. Pendidikan akhlak merupakan hal yang sangat mendasar atas semua

8Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, Cet 2 (Jakarta, Hidakarya Agung, 1978), h. 22-23

Page 16: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

16

dimensi fisik dan dimensi psikospritual siswa, maka penanaman ajaran Islam

dalam pendidikan merupakan suatu keharusan.

Pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran Islam yakni akhlak

yang bertumpu keimanan kepada Allah (Hablumminallah), dan keadilan sosial

(Hablumminannas), sehingga akhlak bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai

hanya dengan mempelajarinya semata, tanpa membiasakan hidup berakhlak sejak

kecil. Karena itu, untuk berbicara tentang akhlak maka selalu merujuk pada

tuntunan Alquran sebagai firman Allah yang berbunyi:

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. al-Ahzab: 21).9

Maka jelaslah bahwa pendidikan akhlak merupakan peningkatan ruh

(jiwa) kebaikan yang terdapat dalam diri manusia. Pertumbuhan akhlak itu bukan

terjadi karena sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

selain lingkungan keluarga dan masyarakat, lingkungan pendidikanlah menjadi

saranan pendidikan akhlak yang optimal bagi kalangan siswa. Disiplin siswa

merupakan sebagai penampakan dan aktualisasi dari kesadaran akan keyakinan,

identitas, tujuan dan penghayatan akan nilai-nilai tertentu yang lahir dalam diri

setiap peserta didik atau siswa.

Kalau di lihat kondisi fenomena pada saat sekarang ini, sangat penting

dilakukan pendidikan akhlak yang lebih serius kepada peserta didik khusunya

dilembaga-lembaga pendidikan formal, sebab, bila tidak maka akan timbul

generasi-generasi muda bangsa yang tidak memiliki akhlak yang baik. Bila hal

semacam ini sampai terjadi, maka akan semakin sulit untuk mewujudkan cita-cita

luhur bangsa, yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur menuju

menuju kehidupan yang aman dan sejahtera.

Perhatian Islam terhadap akhlak sangat besar, perhatian Islam yang

demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam

9 Q.S. Al-Ahzab/33: 21

Page 17: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

17

terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik,

karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang

pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan

kebahagiaaan pada seluruh kehidupan manusia.10

Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada

muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam

tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian

amala salih dan perbuatan terpuji.11 Iman yang tidak disertai dengan amal salih

dan tingkah laku yang baik dinilai sebagai Iman yang palsu, bahkan bisa dianggap

sebagai kemunafikan. Seperti dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 8-9:

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman 8. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar 9. (QS. al-Baqarah 8-9)12

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa Iman yang dikehendaki

Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman

yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu

menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk

jalan Allah dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan

akhlak dan juga memperlihatkan bahwa Islam dangat mendambakan terwujudnya

akhlak yang mulia.13

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi

dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup

dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.

menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada

10Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009), h. 15811Ibid., h. 15912 Al-Baqarah/2: 8-913Abudin Nata, Akhlak, h. 160

Page 18: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

18

pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai

dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.14

Seorang guru mengajarkan kesederhanaan dalam penanaman nilai Islami,

lebih menitik beratkan dalam perubahan perilaku. Jadi ilmu apapun yang akan

diajarkan terlebih dahulu harus ditekankan dalam penanaman nilai akhlakul

karimah. Pendidikan akhlak yang diajarkan pada muridnya langsung kecontoh

yang sebenarnya. Seorang pendidik atau guru harus menginternalisasi nilai islami

sebuah keniscayaan dan harus disampaikan dan diajarkan dengan cara yang

sederhana dan contoh yang nyata.

Walaupun pendidikan Agama Islam telah diberikan sejak sekolah dasar,

namun kenyataanya, maraknya penyimpangan akhlak yang dilakuan oleh siswa

belakangan ini menimbulkan polemik yang seakan tidak ada muaranya. Isu

kenakalan remaja, perkelahian diantara remaja, perkelahian diantara pelajar,

tindak kekerasan, premanisme, konsumsi minuman keras dan lain sebagainya.

Sudah sering didengar dan dilihat diberbagi media massa. Akibatnya, terjadi

saling menyalahkan antara orang tua siswa, guru serta masyarakat.Lebih parahnya

lagi, guru dan sekolah yang dikambing hitamkan dalam persoalan ini.

Penguatan pendidikan akhlak dan karakter dalam konteks sekarang sangat

relevan untuk mengatasi krisis moral yang terjadi di Negara kita. Diakui atau tidak

saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan

melibatkan yang sangat berharga yaitu anak-anak. Pendidikan akhlak yang

dilakukan oleh kalangan guru sangat berkaitan erat dengan peraturan sekolah,

sebab peraturan sekolah merupakan tata tertib sekolah yang mengarahkan para

siswa untuk mencapai proses belajar mengajar bersifat efesien dan efektif di

lingkungan sekolah. Mewujudkan peraturan sekolah sebagai dasar pendidikan

akhlak memang bukan pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan berbagai unsur

sekolah untuk peduli dan terlibat langsung menegakkan aturan sekolah.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah

yang memperhatikan pentingnya akhlak yang mulia bagi siswa. Hal ini menurut

kepala sekolah adalah untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang mulia kepada

14Ibid., h. 165

Page 19: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

19

setiap siswa, maka perlu diajarkan siswa berkata jujur, baik dan sopan, dan

berbudi pekerti yang baik terhadap sesama teman, orang tua, guru serta

lingkungan. Sehingga nantinya menjadi anak yang berkarakter.Pendidikan akhlak

sangat penting bagi siswa untuk mewujudkan dan meningkatkan disiplin dan

karakter siswa dilingkungan sekolah dan dilingkungan masyarakat.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah

yang populer dikota Medan, mata pelajaran akhlak sangat penting dan wajib bagi

siswa, sehingga pihak madrasah menerapkan pendidikan akhlak yang mulia

kepada siswa. Maka pihak madrasah merumuskan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi pendidikan akhlak bagi siswa.

Pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merasa sangat perlu

untuk mengajarkan dan mendidikkan pendidikan akhlak bagi siswa. Para guru

menilai bahwa pendidikan akhlak sangat besarnya terhadap pembinaan disiplin

dan karakter siswa dan siswi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

Pendidikan akhlak dan karkter bukan hanya diajarkan oleh guru bidang

studi pelajaran Akidah Akhlak, tetapi pendidikan akhlak harus diajarkan oleh

setiap guru yang ada di sekolah tersebut, misalnya guru pelajaran umum seperti

Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika juga berkewajiban untuk melakukan

pendidikan akhlak, dan juga halnya guru olahraga, juga berkewajiban

mengajarkan tentang akhlak. Tetapi kenyataan di lapangan yang peneliti lihat

masih banyak guru yang belum menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

melakukan pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

Pendidikan akhlak dan pendidikan karakter dianggap sangat penting,

seperti uraian di atas bahwa pendidikan harus menanamkan akhlak dan karakter

yang baik kepada seluruh peserta didik, dan guru juga bukan hanya semata untuk

mencerdaskan kognitif siswa semata, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai

akhlakul karimah (perilaku terpuji) kepada peserta didikya. Sehingga,beranjak

dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih

dalam lagi tentang Pendidikan Akhlak dan Pendidikan karakter ini, karena bukan

tentang materi pendidikan akidah akhlaknya yang perlu kita perdalam, tetapi

pembiasaan Akhlak dan karakter yang diterapkan di sekolah atau madrasah

Page 20: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

20

tersebut, kalau tidak diaplikasikan berarti pendidikan akhlak disekolah tersebut

memiliki problem, inilah yang menjadi keinginan penulis, maka penulis merasa

perlu mengadakan penelitian sebagai suatu kajian Tesis dengan judul”

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1

MEDAN”.

B. Rumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah dalam penenlitian ini membahas dan

meneliti tentang Pendidikan akhlak yang dilaksanakan Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 1 Medan. Sedangkan secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini

dapat penulis uraikan sebagaiman berikut:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam mengimplementasikan

pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah

Aliyan Negeri 1 Medan?

2. Bagaimana strategi dalam melaksanakan Pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Negeri 1 Medan?

3. Bagaimana evaluasi hasil dan proses pelaksanaan pendidikan akhlak

dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1

Medan?

C. Penjelasan Istilah

1. Implementasi, dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan

penerapan, penerapan.15

2. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan

dan pembelajaran individu agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia

yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak.

3. Akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan

tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan

pertimbangan.

15 Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 1 (Surabaya, Cahaya Agency, 2013) h. 24

Page 21: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

21

4. Karakter adalah watak atau sifat yang dapat membedakan seseorang

dengan orang lain

5. Pendidikan Akhlak adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan

terencana untuk memupuk jiwa dan kepribadian yang berakhlak mulia.

6. Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dalam menanamkan

kebiasaan-kebiasaan baik sehingga dapat bertindak dan berpijak dari nilai-

nilai yang menjadi kepribadiannya.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan dalam

mengimplementasikan pendidikan akhlak dalam pengembangan

pendidikan karakter di Madrasah Aliyan Negeri 1 Medan

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam melaksanakan Pendidikan

akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Negeri 1

Medan.

3. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi hasil dan proses pelaksanaan

pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Medan

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian terhadap maslah dalam judul ini dapat

dikemukan sebagai berikut.

1. Secara teoritik subtantif. Kegunaan teoritis adalah untuk merencanakan

perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan pendidikan akhlak di

Perguruan Al-Wasliyah Gading Kota Tanjungbalai, dan diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran sekola-sekolah dan perguruan-

perguruan yang lain.

2. Secara empirik. Kegunaan penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran tentang pendidikan akhlak di Perguruan Al-Wasliyah Gading

Kota Tanjungbalai, dan menambah khasanah pengetahuan dan

pengalaman yang besar terhadap penulis tentang problematika pendidikan

akhlak

F. Sistematika Pembahasan

Page 22: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

22

Adapun penelitian ini akan dilaporkan dalam lima bab. Bab pertama

merupakan bab pendahuluan yang melatarbelakangi permasalahan pada penelitian

ini, perumusan masalah sebagai masalah yang menjadi pokok pada penelitian, dan

tujuan penelitian yang akan dicapai, serta kegunaan dari penelitian ini setelah

selesai. Pada akhir bab satu dijelaskan sistematika pembahasan sehingga laporan

penelitian menjadi tertib dan mudah dipahami.

Bab kedua berisi kajian pustaka, dimana dalam bab ini akan dikaji tentang

pendidikan akhlak dan pendidikan karakter. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

pengertian pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak, dasar-dasar

pendidikan akhlak, metode pendidikan akhlak, konsep pendidikan akhlak, factor-

faktor yang mempengaruhoi pendidikan akhlak. Pada bagian kedua akan

dijelaskan tentang pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter,

ruang lingkup pendidikan karakter, dan metode pendidikan karakter.

Bab ketiga berisi entang metode penelitian. Pada bab ini peneliti akan

menjelaskan waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data, dan

menganalisa data serta langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan

penelitian ini.

Bab keempat, pada bab ini akan dikemukan hasil penelitian. Pada bab ini

akan dijelaskan pada bagian awal profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan, selanjutnya pada bab yang sama ini akan dijelaskan secara rinci tentang

bagaimana implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan penndidikan

karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.

Bab kelima sebagai bab terakhir, berisi penutup. Penutup terdiri dari atas

kesimpulan dan saran.

Page 23: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Paengertian pendidikan akhlak.

1. Pengertian Pendidikan.

Mengupayakan pendidikan merupakan salah satu aspek dan hasil budaya

terbaik yangdisediakan oleh setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi

muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio

budaya.16Oleh karea itu, setiap masyarakat pluralistik dizaman modern senantiasa

menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan

dari masing-masing masyrakat yang bersangkutan.17Pada sisi itulah diperlukan

pendidikanuntuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi

manusia yang lebih cerdas.

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-

apa. Ibarat seseorang yang berpergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih

dari pengalaman selama perjalanan. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan

secara sadar dan jelas dan memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam

penenrapannya ia tak ekhilangan arah dan pijakan.18Meskipun barangkali sebagian

diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan

tersebut diartikan dalam satu batasan tertentu, maka terdapat macam-macam

pengertian yang diberikan.

Dalam istilah Asing pendidikan itu disebut “Paedagogik”. Perkataan ini

berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari dua suku kata, yaitu Paes dan

Gogos, Paes artinya anak dan Gogo artinya penuntun. Jadi paedagogos artinya

penuntun anak. Mulanya “paedagogik” dimaksudkan budak yang pandai dan

dewasa yang diserahkan dan ditugaskan untuk mengantar anak tuannya kesekolah

sambail membawa alat-alat sekolahnya. Kadang-kadang budak tersebut diberi

wewenang penuh untuk bertindak sebagai pendidik anak tuannya tersebut.

Pengertian tugas ini kemudian diperluas menjadi kewajiban membimbing moral

16Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2009), h. 1

17Ibid.18Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 (Jakarta, Ciputat

Pers, 2002), h. 3

23

Page 24: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

24

dan tingkah laku anak, sehingga sekarang istilah “Paedagogik” berarti ahli didik

atau pendidik.19

Namun perlu dijelaskan bahwa kata “Paedagogik” berbeda artinya dengan

paedagogie. Paedagogie penekanan pengertiannya adalah dalam hal peraktek yaitu

menyangkut kegiatan belajar mengajar. Sedangkan paedagogik adalah pada

pemikiran dan perenungan terhadap pendidikan termasuk teori-teorinya. Kedua-

duanya diakui berkaitan erat dan sulit untuk dipisahkan permasalahannya.20

Pengertian pendidikan secara sederhana sering diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan.21 Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau

paedagogie berarti bimbimgan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja

oleh orang dewasa agar ia menajdi dewasa. Dan seterusnya pendidikan dapat

diartikan sebagai usaha yang dilaksanakan oleh seseorang atau kelompok agar

menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi

dalam arti mental.22

Secara umum Pendidikanadalah mengajari siswa di sekolah, melatih siswa

hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke Masjid atau ke

Gereja, melatih anak bernyanyi, bertukang dan sebagainya. Semua ini adalah

pendidikan, itu sudah mencukupi untuk orang awam, bahkan bagi mereka,

pendidikan adalah sekolah, akan tetapi, untuk kepentingan ilmu pendidikan,

kepentingan ilmu pendidikan, perumusan defenisi yang teliti tidak dapat

dihindari.23

Istilah pendidikan yang dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa istilah

pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”,

mengandung arti perebuatan (hal. Cara dan sebagainya).24Pada diri manusia sejak

19Rosdiana A. Bakar, Pendidikan Suatu Pengantar, Cet. 2 (Bandung, Cita Pustaka Media Perintis, 2009), h. 10

20Ibid.21Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Cet 10 (Jakarta, Raja Grafindo Persada,

2012), h. 122Ibid.23Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 1 (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2012), h.

33-3424Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 8 (Jakarta, Kalam Mulia, 2010), h. 13

Page 25: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

25

lahir menurut Islam sudah memiliki potensi-potensi yang bersifat positif.Islam

memandang bahwa, setiap orang memiliki hak dalam pendidikan, laki-laki atau

perempuan dan berlangsung sepanjang hayat.Dalam bidang pendidikan Islam

memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, saran

dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat

dipahami dari kandungan suratal-‘Alaq yang mengajarkan manusia untuk selalu

belajar.

Dalam Islam, ada beberapa penyebutan untuk pendidikan yaitu: tarbiyah,

ta’lim dan ta’dib. Dalam konferensi Internasional Pendidikan Islami pertama

(First World Comference on Muslim Education) yang diselenggarakan oleh pada

tahun 1997 di Universitas King Abdul Aziz Jeddah, belum berhasil membuat

rumusan yang jelas tentang defenisi pendidikan pendidikan menurut Islam. Dalam

bagian “Rekomendasi” konferensi tersebut, para peserta mengambil kesimpulan

pengertian pendidikan menurut Islam, adalah keseluruhan pengertian yang

terkandung di dalam istilah, ta’lim, tarbiyah dan ta’dib .25

Tarbiyah, mengandung arti, memlihara, membesarkan dan mendidik yang

kedalamnya sudah termasuk makna mengajar atau allama. Dari pengertian ini

makna Tarbiyah didefenisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi

manusia seperti jasmani, ruh dan akal secara maksimal agar dapat menjadi bekal

dalam menghadapi kehidupan dan masa depan.26 Konsep Ta’dib, yang mengacu

kepada kata adab dan variatifnya. Dari pendapat tersebut maka dapat kita

defenisikan mendidik adalah membentuk manusia dalam menempatkan posisinya

yang sesuai dengan susunan mansyarakat, bertingkah laku secara proporsional dan

cocok dengan ilmu serta teknologi yang dikuasainya. Menurut Naquib al-Attas

dalam Jalaluddin bahwa pendidikan islam lebih tepat berorientasi pada Ta’dib.

Sedangkan Tarbiyah dalam pandangannya mencakup obyek yang lebih luas, tidak

terbatas pada pendidikan manusia tetapi juga meliputi dunia hewan.Sedangkan

Ta’dib hanya mencakup pengertian pendidikan untuk manusia.27

25Ahmad Tafsir, Ilmu, h. 3926Jalaluddin, TeologiPendidikan, Cet 2 (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002), h. 7227Ibid,. h. 73

Page 26: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

26

Baik Tarbiyah, Ta’lim maupun Ta’dib, merujuk kepada Allah, Tarbiyah

yang ditengarai sebagai kata bentukan dari dari kata Rabb atau Rabba mengacu

kepada Allah sebagai Rabb al-Alamin. DanTa’lim berasal dari kata ‘allama,

merujuk kepada Allah sebagai zat yang maha ‘Alim. Selanjutnya Ta’dib seperti

termuat pada pernyataan Rasul Allah.“Addabany Rabby Fahsana Ta’diby”

memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah swt.Sehingga

pendidikan yang beliau proleh adalah sebaik-baik pendidikan.Dengan demikian

dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, Rasul merupakan pendidik utama

yang harus dijadikan teladan.28

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami

perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda, berikut ini akan

dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh beberapa ahli.

1. Langeveld dalam Hasbullah mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah

setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada

anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, lebih tepatnya membantu anak

agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Dan pengaruh itu

datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa

seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya) dan

ditujukan kepada orang yang belum dewasa.29

2. John Dewey dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati Pendidikan adalah

proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan

emosional ke arah alam dan sesama manusia.30

3. J.J Rousseau dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhabiyati Pendidikan adalah

memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan

tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.31

4. Abudin Nata berpendapat pendidikan adalah suatu usaha yang didalamnya

ada proses belajar untuk menumbuhkan atau menggali segenap potensi

28Ibid.29Hasbullah, Dasar, h. 230Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet, 2 (Jakarta, Rineka Cipta, 2003),

h. 6931Ibid.

Page 27: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

27

fisik, psikis, bakat, minat dan sebagainya yang dimiliki oleh para

manusia.32

5. Ki Hajar Dewantara dalam Wiji Suwanto menyatakan bahwa pendidikan

merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Maknya, pendidikan

menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak agar

mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat

mencapai keselamatandan kebahagian setinggi-tingginya.33

6. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989. Pendidikan adalah udaha sadar untuk

meyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

latihan bagi peranannya untuk menjadi lebih baik di masa yang akan

datang.34

7. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didikaktif mengembangkan potensi diri yang dimilikinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.35

2. Pengertian akhlak

Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim masdar

dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti al-sajiyah (perangai), al-

tabi’ah (kelakukan, tabiat, watak dasar), al’adat (kebiasaan), al-muru’ah

(peradaban yang baik) dan al-din (agama).36Potensi yang dimiliki manusia

berdimensi dua, tauhidi (mengenal dan mengetahuai Allah Maha Esa) dan

akhlaqi (kemampuan untuk membedakan tingkah laku baik dan buruk).

32Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), h. 12

33Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jogjakarta, AR-RUZZ,2006), h. 1934Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUD RI NO. 2 Tahun 1989),

Dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet. 4 (Jakarta, Sinar Grafika, 1993) h. 235Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional36Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2002), h. 152

Page 28: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

28

Menurut Ibn Miskawaih dalam Mahjuddin, akhlak adalah keadaan jiwa

yang selalu mendorong manusia berbuat tanpa memikirkan lebih

lama.37Berdasarkan pengertian akhlak yang dikemukakan oleh Ibn Miskawaih ini

dapat dikatakan bahwa dalam setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia

terdapat jiwa yang mendorong manusia.Manusia memiliki akhlak yang

bermacam-macam, hal ini dapat dibuktikan pada perbuatan yang dialami oleh

manusia dalam masa pertumbuhannya dari satu keadaan ke keadaan lainnya

sesuai dengan lingkungan yang mengelilinginya dan pendidikan yang

diperolehnya.

Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari “Khuluqun” yang

menurut lughot diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.38

Kalimat ini sebenarnya bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Alquran

Surah al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (4) (QS. al-Qalam:4) 39

Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasan kehendak, ini

berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaanya itu

disebut akhlak.40 Contohnya bila kehendak itu dibisakan memberi, maka

kebiasaan itu adalah akhlak dermawan.

Akhlak melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan

perbuatan.Jika perilaku yang melekat itu buruk, disebut akhlak yang buruk atau

akhlak mazmumah.Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak

mahmudah.Akhlak merupakan tingkah laku yang mengakumulasi aspek

keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik.Artinya

akumulasi akhlak merupakan pola tingkah laku yang tercermin dari perilaku

seseorang dalam kesehariannya.Ini artinya akhlak merupakan perilaku yang

37Mahjuddin, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 3.38Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar) Cet 2

(Bandung, CV. Diponegoro, 1983), h.1139Q.S. Al-Qolam/68: 440Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Cet 1 (Jakarta, Rajawali Pers, 1992), h. 2

Page 29: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

29

tampak (terlihat) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang

dimotovasi oleh dorongan karena Allah.Baik dan buruk akhlak didasarkan kepada

sumber nilai, yaitu Alquran dan Sunnah Rasul.41

Pada hakikatnya akhlak ialah kondisi atau sifat yang meresap dalam jiwa

dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan

dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan

pemikiran. Apabila kondisi seperti taditerlihat kelakuan yang baik dan terpuji

menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti

mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah

budi pekerti yang tercela.42

Substansi akhlak adalah sifat-sidat atau nilai-nilai yang telah tertanam di

dalam jiwa seseorang, dan karenanya ia disebut keadaan jiwa (hal li al-Nafs).

Sifat atau nilai yang tertanam di dalam jiwa itu dijadikan rujukan dalam menilai

suatu perbuatan, sekaligus yang mendorong atau berada dibalik semua tindakan

atau perilaku yang ditampilkan seseorang, karenanya dari sisi ini, tindakan atau

perbuatan adalah wujud nyata dari akhlak seseorang.43

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati

nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk,

suatu kesatuan, tindak akhlak yang dihayati, dalam kenyataan hidup kesaharian,

dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral (moralsence), yang terdapat di dalam

diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mempu membedakan mana yang baik dan

mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang

cantik dan mana yang buruk.44

Sehinngga dari sana timbul bakat akhlak yang merupakan kekuatan jiwa

dari dalam, yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah

perbuatan yang buruk. Allah mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya,

sebagaimana dalam Firman Allah swt dalam surat an-Nisa ayat 110:41 Mukni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum (Jogjakarta,

Ar-Ruzz Media, 2011), h. 10742Ibid., h. 343Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2015),

h. 6844Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. 2 (Jakarta, CV

Ruhama, 1995), h. 10

Page 30: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

30

Artinya: Dan siapa yang mengerjakan kejahatan

dan menganiaya

dirinya, Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. an-Nisa, 110).45

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang

penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan abngsa,

sebab jatuhya bangunnya, jaya dan hancurnya, sejahtera dan rusaknya suatu

bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila

akhlaknya baik akan sejahteralah lahir batinnya akan tetapi kalau akhlaknya buruk

rusaklah lahir dan batinnya.46

Menurut al-Ghazali dalam Hasan Asari, ada empat kekuatan psikologis

yang berfungsi sebagai akar bagi akhlak: (a) ilmu, (b) marah, (c) nafsu untuk

makan, (d) rasa keadilan. Akhlak yang baik terbentuk dalam diri seseorang

apabila keempat kekuatan ini berada dalam keseimbangan (I’tidal). Sebaliknya,

manakala terjadi ketidak seimbangan didalamnya, maka akhlak buruk akan

terbentuk. Singkatnya, inti dari pendidikan akhlak adalah usaha mengendalikan

kekuatan-kekuatan tersebut dan menjaga agar semuanya dalam keadaan

seimbang.47

Akhlak juga dikenal dengan istilah etika, isilah etika sering digunakan dalam tiga perbedaan yang saling terkai. Yang berarti, merupakan pola umum atau jalan hidup seperangkat aturan atau kode moral dan penyelidikan tentang jalan hidup dan aturan-aturan perilaku.48 Etika menurut filsafat ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat yang dapat diketahui oleh akal pikiran.49 Akhlak di samping dikenal dengan istilah etika juga deikenal dengan istilah moral. Perkataan moral berasal dar bahasa latin “mores” jamak dari “mos” yang berarti adat kebiasaan.50 Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan ke

45Q.S. An-Nisaa’/4: 11046Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia) (Surabaya, Pustaka Islam, tt), h. 1147Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Klasik Gagasan Pendidikan Abu Hamid Al-Ghazali,

Cet. 1 (Medan, IAIN PRESS, 2012), h. 123-12448 Suparman Syukur, Etika Religius Cet. I (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004) h. 149 Ibid50 Rosihon Anwar, Akidah Akhlak Cet, 1 (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 208

Page 31: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

31

lompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standard baik-buruk yang ditentukan bagi individu nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan51 Menurut peniliti bahwa pengertian dari akhlak etika dan moral sama-sama menuju kepada bai dan buruknya individu, benar dan salahnya individu sehingga nantinya akan tercipta manusia dan masyarakat yang baik, santun, damai dan sejahtera lahir dan batin, dan perbedaannya terletak kepada sifat dan kawasannya.

3. Pendidikan akhlak

Pendidikan akhlak ialah pendidikan perilaku, atau proses mendidik,

memlihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak seseorang,

dalam pengertian yang sederhana, pendidikan akhlak diartikan sebagai proses

pembelajaran akhlak.52 Dengan demikian pendidikan akhlak merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan

bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam,

latihan moral, fisik menghasilkan perubahan kearah positif, yang nantainya dapat

diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku yang baik,

memiliki fikiran yang jernih dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya

manusia yang berakhlak mulia.

Pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan Islam, dengan

pendidikan akhlak yang diberikan dengan baik maka diharapkan nilai-nilai ajaran

pendidikan Islam dapat ditanamkan dan diimplementasikan. Pendidikan akhlak

yang baik akan menghanatrkan pelakuanya menjadi manusia yang berkahklak

mulia di berbagai lini kehidupan. Pendidikan akhlak merupakan proses mendidik,

memelihara, membentuk dan memeberikan latihan mengenai akhlak dan

kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan

pada ajaran-ajaran Islam.53

51 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, Bumi Aksara 2012), h.136

52Salminawati, Filsafat, h. 17853Silahuddin, “Pendidikan dan Akhlak (Tinjaun Pemikiran Imam al-Ghazali),” dalam

Jurnal Tarbiyah, Vol XXIII, No. 1 2016, h. 10

Page 32: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

32

Pendidikan akhlak muncul sebagai respon terhadap kemorosotan akhlak

masyarakat yang sampai pada saat ini dalam fenomena keseharian menunjukkan,

perilaku yang belum sejalan dengan niali-nilai kemanusiaan sehingga muncul

berbagai persoalan, dengan demikian kedudukan pendidikan akhlak sangat

diperlukan.

Dalam konteks sifat atau nilai-nilai yang merupakan anugerah Allah,

pendidikan akhlak dapat didefenisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan

kemudahan kepada individu peserta didik agar berkemampuan memelihara fitrah

semula jadinya yang suci, bersih dan bersyahadah atau bertauhid kepada Allah.

Jadi pendidikan akhlak ialah pendidikan perilaku, atau suatu proses mendidik,

memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak seseorang.

Dalam pengertian sederhana, pendidikan akhlak diartikan sebagai proses

pembelajaran akhlak.54

Jalan untuk mencapai akhlak itu ialah dengan dua hal:

Pertama, memang sudah dikaruniakan Tuhan melalui naluri insani dan

kedua, melalui latihan-latihan. Latihan-latihan ini dapat dilaksanakan dengan

amalan-amalan yang bertujuan secara kontiniu, sebab amal yang demikian akan

memberi kesan pada jiwa. Bila ia telah berkesan pada jiwa, akan dengan mudah

anggota memperbuatnya.55

Akhlak atau sistem perilaku dapat didikkan atau diteruskan melalui

sekurang-kurangnya dua pendekatan yaitu:

1. Rangsangan jawaban (stimulus respons) atau yang disebut proses

mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Melalui latihan

b. Melalui tanya jawab

c. Melalui contoh

54Reflinda, “Pendidikan Akhlak/Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikn Islam.” dalam Jurnal AL-Irsyad, Vol II 2013, h. 61

55Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafah dalam Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h. 74

Page 33: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

33

2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan

antara lain sebagai berikut:

3. Melalui dakwah

4. Melalui ceramah

5. Melalui diskusi

Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir

hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun

non material (konsep, ide). Jadi akhlak yang baiok itu (akhlakul karimah) ialah

pola perilaku yang dilandaskan pada memanifestasikan nilai-nilai Iman, Islam dan

Ihsan (orang yang berbuat baik). 56

Ibnu Miskawaih merumuskan bahwa, tujuan pendidikan akhlak adalah

terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan, untuk

melahirkan semua perbuatan, yang bernilai baik. Sehingga mencapai

kesempurnaan dan memperoleh kebahagian sejati dan sempurna.57 Sehingga kalau

kita pandang bahwa tujuan pendidikan akhlak yang ingin dicapai oleh Ibnu

Miskawaih bersifat menyeluruh, yakni mencakup kebahagian hidup manusia

dalam arti yang seluas-luasnya. Islam adalah akhlak, seluruh syariat kepada umat

mempunyai nilai-nilai akhlak dan membina akhlak umat manusia, baik yang

berupa akidah dan keimanan, maupun berupa ibadah. Islam yang berisi ajaran

akhlak itu mempunyai karakter tersendiri apabila dibandingkan dengan ajaran-

ajaran akhlak lainnya.58

Pendidikan akhlak mencakup semua aspek kehidupan manusia dan semua

aspek kepribadian manusia.Untuk keberhasilan pendidikan akhlak harus

deitempuh dengan menggunakan berbagai metode, dan metode yang utama dalam

pendidikan akhlak tentu saja adalah meneladankannya. Keteladanan yang

diberikan harus menyeluruh dan terintegrasi dalam sisi spritual, kognitif, afektif

56Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Dalam Islam (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h. 199

57Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Cet 2 (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2001), h. 11

58M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam. Cet: 2 (Semarang, Pustaka Nuun, 2010), h. 128

Page 34: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

34

dan psikomotorik dan ini harus lahir dari semua individu muslim dari berbagai

sektor pendidikan, informal, formal dan non formal.

Islam merupakan agama dengan seperangkat aturan dan norma yang harus

ditaati oleh penganutnya. Oleh sebab itu penanaman ajaran dan nilai-nilai

keislaman sejak dini merupakan suatu kemutlakan.Salah materi keagamaan yang

dapat ditanamkan kepada anak secara dini adalah akhlak.Dalam hal akhlak ada

tiga fase yang dilalui oleh anak.59

Fase pertama, akhlak anak dikendalikan dari luar dirinya, yakni oleh

orang-orang dewasa disekitarnya.Dalam hal ini anak sangat bergantung kepada

orang-orang dewasa tentang perbuatan baik dan buruk, yang boleh dan yang

dilarang. Lebih jauh lagi anak bukan saja mempelajari hal-hal yang boleh dan

yang dilarang, tetapi juga mempelajari adat kebiasaan manusia disekitarnya yang

tidak berkaitan dengan akhlak, misalnya doa makan, doa kekamar mandi.

Fase kedua adalah saat anak mampu menerapkan pengendalian diri

sendiri. Ini merupakan saat anak berperilaku baik bukan karena takut pada orang

tua atau karena pengawasan orang tua atau orang dewasa lain. Dengan kata lain

telah terjadi proses internalisasi nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan dalam

diri anak. Disinilah anak mulai menerapkan standar internal terhadap setiap

perbuatannya. Hal yang harus diperhatikan di sini adalah urgensi penciptaan dan

penegakan konsistensi nilai, norma dan aturan serta situasi dan kondisi yang

mendukung kepada pendiptaan akhlak yang baik dalam lingkungan hidup anak.

Sebab bila konsistenan nilai, norma dan aturan tidak didapati anak maka terjadi

konflik dalam diri anak yang berakibat pada ketiadaan pengendalian diri sendiri

bagi anak. Kemampuan pengendalian diri ini merupakan kemampuan unutk

menanamkan atau mengendalikan prilaku sesuai dengan aturan dan moral

masyarakat.

Fase ketiga adalah fase saat anak telah memiliki aturan-aturan tersendiri

dalam kehidupannya, yakni suatu fase yang didalamnya anak telah menerapkan

59Hasan Asari (Ed), Hadis-Hadis Pendidikan, Cet. 2 (Bandung, Citapustaka Media Perintis, 2014), h. 280-281

Page 35: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

35

strategi dan rencana sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan yang

berlawanan dengan akhlak yang baik.

Jelas terlihat bahwa pendidikan akhlak sangat penting bagi anak

dilingkungan sekolah, rumah tangga dan masyarakat. Dalam Islam akhlak

menduduki posisi yang sanagat penting, hal ini dapat dipahami dari salah satu

misi Rsulullah Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia

B. Ruang lingkup pendidikan akhlak

1. Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah adalah selalu merasa kehadiran Allah dalam dalam

kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 186

yang berbunyi:

Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186) 60

Apabila telah terjalin hablumminallah yang baik, maka sikap tersebut

membawa implikasi kepada kehidupan manusia. Muncul perasaan malu dan takut

untuk berbuat sesuatu yang dilarang Allah. Inilah inti dan hakikat dari akhlak

kepada Allah. Allah kepada Rasul adalah mencintainya, membelanya,

melaksanakan sunnahnya.61

2. Akhlak kepada sesama manusia

Akhlak kepada sesama manusia meliputi beberapa hal yaitu:

a. Akhlak diri sendiri

60Q.S. Al-Baqarah/2: 18661Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat (Jakarta, Prenada

Media Group, 2014), h. 136

Page 36: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

36

Dalam kehidupan manusia, susah senang, sehat sakit, suka duka silih

datang berganti bagaikan silih bergantinya siang dan malam. Namun kita harus

ingat bahwa semua itu datang dari Allah swt.Untuk menguji dan mengukur

tingkat keimanan seorang hamba. Apakah seorang hamba itu tabah dan sabar

menghadapai semua ujian itu atau tidak, itu semua bergantung kepada akhlak

hamba tersebut.62

b. Akhlak terhadap keluarga

a) Berbakti kepada orang tua.

b) Bersikap baik pada saudara.

c. Akhlak terhadap masyarakat

a) Berbuat baik terhadap tetangga.

b) Suka menolong orang lain.

3. Akhlak kepada lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan ataupun alam meliputi beberapa hal yaitu:

a) Memelihara dan menyantuni binatang.

b) Memelihara dan menyayangi tumbuhan.

c) Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan.

Selain akhlak yang baik, sebagaimana dijelaskan di atas, terdapat juga

akhlak yang buruk atau tercela.Akhlak yang buruk adalah akhlak yang tercermin

dalam diri seseorang yang selalu bermuka masam, kasar tabiatnya, tidak sopan,

sombong, pendusta, penakut, dan berbagai sifat yang tidak baik. Orang yang

buruk akhlaknya menjadikan orang lain benci kepadanya, menjadi celaan dan

tersisih dari pergaulan dan menyusahkan orang lain. Dalam bermasyarakat ia

selalu resah, tidak mempunyai teman, dan tidak disukai masyarakat. Adapun

pangkal dari segala akhlak yang tercela adalam kesombongan, melakukan

penghinaan dan menganggap remeh orang lain.

Seluruh aspek kehidupan seorang muslim dipengaruhi oleh akhlak, etika

atau pun moral. Ajaran-ajaran akhlak atau etika dalam Islam dapat dijumpai

dalam Alquran dan hadis yang menganjurkan agar setiap muslim melakukan hal-

hal yang baik dan mencegah dari yang jahat. kriteriayang menentukan baik dan

62Rosihon, Akidah Akhlak. h. 222

Page 37: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

37

buruk sepenuhnya adalah wewenang wahyu, meskipun perdebatan telah

berlangsung antara beberapa aliran kalam berkenaan dengan keterlibatan akal

dalam penentuan baik dan buruk. Islam sebagai Agama paripurna mengajarkan

nilai-nilai akhlak yang telah mencapai kesempurnaan. Nilai-nilai akhlak terebut

membawa kpeada kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang mau

mengamalkannya. Yunahar Ilyas menejelaskan bahwa sumber nilai-nilai akhlak

Islam itu terdiri dari berbagai sumber pokok yaitu Alquran dan Sunnah Nabi

Muhammad saw.63

Urgensi akhlak bukan hanya dirasakan oleh manusia secara perorangan,

tetapi juga dapat dirasakan dalah kehidupan berkeluarga, bermasyarakat bahkan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu akhlak memilki fungsi dan

peran dalam kehidupan seorang muslim, baik bagi diri sendiri, orang lain maupun

masyarakat luas.

C. Dasar-Dasar Pendidikan akhlak

Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada

dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak.

Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah Alquran dan Hadis. Dengan

kata lain senantiasa dikembalikan kepada Alquran dan Hadis. Diantara ayat

Alquran yang menjadi dasar pendidikan akhlak yaitu surah Luqman ayat 17-18:

Artinya: Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (17). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (18). (QS. Luqman ayat 17-18)64

63Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1991), h. 4

64QS. Luqman/31: 17-18

Page 38: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

38

Pokok-pokokakhlak dalam Islam ialah Alquran. Alquran berisi dengan

kaedah-kaedah akhlak yang praktis yang harus dituruti dan diamalkan oleh tiap-

tiap ornag beriman. Ditanya orang kepada Aisyah, apakah akhlak nabi

Muahammad? Jawabnya: akhlak Nabi ialah Alquran. Akhlak-akhlak dalam

Alquran mengatur perbuatan manusia terhadap dirinya sendiri dan perbuatan

manusia terhadap orang lain, yaitu masyarakat. Maka akhlak dalam Islam ialah

akhlak perseorangan dan akhlak kemasyarakatan.65

Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam

Alquran.Alquran menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakkan Alquran

sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan

jelas.Pendekatan Alquran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan

pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan.Akhlak

yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia,

dalam sejarah dan dalam realita kehidupan manusia semasa Alquran diturunkan.66

Alquran juga menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan

nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang

oleh kefasikan, kekufuran, dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan

tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.

Sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surah al-Maidah ayat 15-16:

Artinya: Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya (15) .Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada

65Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 3 (Jakarta, Hidaya Karya, 1981), h. 142

66Rosihon, Akhlak, h. 209

Page 39: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

39

cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (16). (QS. Al-Maidah: 15-16)67

Pribadi Rasulullah saw, adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan

teladan dalam membentuk pribadi yang akhlakul karimah.

Dalam rukun Iman ada pengajaran akhlak, dengan Iman kepada Allah,

Rasul, kitab suci, adanya hari kebangkitan dan qadla dan qadar menjadikan

manusia berakhlak mulia.Demikian pula dalam rukun Islam.68 Allah berfirman

dalam surah al-Ankabut ayat 45:

Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al.Ankabut:45) 69

D. Metode Pendidikan akhlak

Dalam ajaran Islam akhlak mempunyai peranan yang sangat penting,

menjadi sebuah esensi yang menghidupkan niali-nilai Islam, memberikan kepada

manusia kebebasan untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat, tanpa harus

mengorbankan kepentingan jasmani dan rohani mereka. Pentingnya pendidikan

akhlak tidak terbatas pada perseorangan saja tetapi penting untuk masyarakat

umat dan kemanusian seluruhnya, dengan kata lain, akhlak itu penting bagi

perseorangan dan masyarakat sekaligus. Sebagaimana perseorangan tidak

sempurna kemanusiannya tanpa akhlak, begitu juga untuk masyarakat dalam

segala tahapnya tidak baik keadaannya, tidak lurus keadaannya tanpa akhlak, dan

hidup tidak akan sempurna tanpa akhlak yang mulia.70

67Q.S. Al-Maidah/5: 15-1668Aminuddin,et. Al.,Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama

Islam, Cet: 1 (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006), h. 9669 Q.S. Al-Ankabut/ :4570Oemar Mohammad al-Toumy al-Shaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan

Langgulung (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), h. 318

Page 40: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

40

Perbuatan akhlak akhlaki mempunyai tujuan langsung yang dekat, yaitu

harga diri, dan tujuan adalah ridha Allah melalui amal saleh dan jaminan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Firman Allah dalam surah an-Nahl ayat 30:

Artinya: Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang Telah diturunkan oleh Tuhanmu?" mereka menjawab: "(Allah Telah menurunkan) kebaikan". orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS. an-Nahl:30).71

Akhlak yang diajarkan di dalam Alquran bertumpu kepada aspek fitrah

yang terdapat di dalam diri manusia dan aspek wahyu (Agama), kemudian

kemauan dan tekad manusiawi. Maka pendidikan akhlak perlu dilakukan dengan

cara:

1. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada Iman

dan takwa. Untuk itu perlu pendidikan agama.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Alquran lewat ilmu

penegtahuan, pengamalan dan latihan agar dapat membedakan mana yang

baik dan mana yang jahat.72

Ibnu Miskawaih menyebutkan beberapa hal yang perlu dipelajari,

diajarkan, atau diperaktekkan. Sesuai dengan konsepnya tentang manusia, secara

umum Ibnu Miskawaih menghendaki agar semua sisi kemanusiaan mendapatkan

materi didikan yang memberi jalan bagi tercapainya tujuan pendidikan. Materi-

materi dimaksud oleh Ibnu Miskawaih diabadikan pula sebagai bentuk

pengabdian kepada Allah swt. Sejalan dengan uraian tersebut, Ibnu Miskawaih

menyebutkan ada tiga hal penting yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan

akhlaknya. Tiga hal pokok tersebut adalah:

a. Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan manusia.

b. Hal-hal yang wajib bagi jiwa.

c. Hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia.73

71Q.S. An-Nahl/: 3072Zakiah, Pendidikan, h. 1173Abudin, Pemikiran, h. 12

Page 41: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

41

Pendidikan akhlak dalam Islam juga berkisar pada beberapa konsep kunci

berikut ini yang seharusnya menjadi fondasi bagi strategi pendidikan akhlak

Islam:

1. Fithrah (potensi positif). Islam memandang bahwa manusia lahir dalam kesucian dan membawa kecendrungan terhadap kebaikan. Dengan kata lain, pada awal kehidupannya anak manusia adalah lurus secara akhlak. Akan tetapi potensi ini mesti mendapatkan pememliharaan dan pengembangan yang saksama agar tidak tercemari oleh pengaruh eskternal negatif yang menghancurkan akhlak.

2. Bi’ah (Lingkungan). Ajaran Islam mengakui besarnya pengaruh lingkungan terhadap individu dan karenanya memandang penyediaan lingkungan yang baik sebagi salah satu modus pendidikan akhlak.

3. Uswah (Teladan). Akhlak yang baik sangat efektif ditanamkan melalui pemberian teladan yang konsisten dan keterlanjutan. Dalam Alquran nabi Muhammad saw disebut sebagai teladan yang baik (Uswatun hasanah).

4. Da’wah (ajakan). Islam mengenal dua tipe ajakan: dengan ucapan dan dengan perbuatan. Yang kedua sama dengan uswah, dan selalu dianggap lebih efektif ketimbang ajakan dengan kata-kata semata (lisan al-hal afshahu min lisan al-maqal). Islam menganjurkan kegiatan megajak kepada kebaikan.

5. Nashihah (nasehat). Nasehat adalah kegiatan yang lebih mengambil posisi netral, berbanding ajakan. Nasehat mengutamakan pemberian wawasan dan pilihan-pilihan bebas dan kemudian memberi keputusan akhir kepada pihak yang diberi nasehat.

6. Syariah (hukuman). Hukum, yang mencakup penataan dan sanksi terhadap pelanggaraan, seringkali diperlukan dalam upaya penengakan pendidikan akhlak. Pada level ini, nilai-nilai akhlak dirmuskan secara lebih terukur kedalam perintah-perintah dan larangan-larangan. Hukum dan aturan-aturan bisa menjadi alat yang baik dalam proses pendidikan akhlak.

7. ‘azab (siksa tuhan). Meskipun berada di luar lingkup ikhtiar manusia, tetapi dalam perspektif agama Islam, ‘azab adalah salah satu dari resiko yang harus diantisipasi jika kemerosotan akhlak sudah sedemikian rupa sehingga dakwah dan hukum sudah tidak mungkin berhasil lagi.74

Selain dari pemaparan di atas Al-Rasyidin juga memiliki pandangan dalam

langkah pokok dalam pendidikan akhlak:

1. Menggali dan merumuskan kembali secara eksplisit prinsip-prinsip dan ajaran Islam tentang akhlak al-karimah yang bersumber pada kandungan pokok Alquran dan Sunnah. Dalam kerangka ini, kita semua harus kembali pada misi asasi Islam sebagai penyempurna akhlak manusia sesuai dengan misi kerasulan Muhammad saw, di mana beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

74Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan Psikilogi Islami, Cet 1 (Bandung, Citapustaka Media, 2007), h. 85-86

Page 42: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

42

2. Kita perlu merubah kebiasaan mendidik yang terlalu menekankan aspek ingatan dan hafalan. Ini menyangkut persolan klasik yang terus menerus dikritik berbagai kalangan, namun tetap resisten terhadap perubahan. Karena itu, kita membutuhkan komitmen dan kemauan yang kuat untuk mengubah peran guru yang selama ini didominasi oleh aktivitas mengajar kearah aktivitas yang memberikan tekanan kepada mendidik, membimbing, dan memberikan teladan kebaikan. Dalam konteksnya dengan membina kepribadian generasi muda muslim, kita tidak boleh lagi hanya berkutat pada konsep-konsep how to teach, tetapi sudah harus sampai pada implementasi konsep how to educate dan why to educate. Untuk itu, interaksi edukasi yang berpegang pada prinsip-prinsip ilmiah ilmu pendidikan, persahabatan, kemitraan, dialog kreatif dan keteladanan, tidak boleh tidak harus dibangaun dan harus dikembangkan.

3. Merubah kesan dan pandangan sebagai pendidik yang beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawabkependidikannya hanyalah terbatas pada ruang kelas dan madrasah atau sekolah belaka. Semua pendidik muslim perlu meyadari bahwa tugas dan tanggung jawab kependidikannya adalah seluas institusi pendidikan yang meliputi keluarga, madrasah, dan isntitusi-institusi lain diluar-luar madrasah. Karena itu setiap pendidik muslim harus mampu menampilkan diri sebagai pendidik dimana saja, kaapan saja dan dalam kondisi yang bagimanapun.

4. Membangun dan mengembangkan relasi yang konkrit antara kehidupan di dalam madrasah dan perguruan tinggi dengan kenyataan-kenyataan empirik di masyarakat.75

E. Konsep pendidikan akhlak

Baik buruknya tingkah laku manusia disebut sebagai akhlak dengan istilah

kesusilaan yang berarti prinsip peraturan hidup atau norma-norma. Konsep

kesusilaan ini tidak hanya dapat dipelajari dalam teori, tetapi untuk mendorong

manusia melakukan kehendak. Supaya membentuk suatu kehidupan yang suci dan

menghasilkan kebaikan yang sempurna.76Akhlak baik selalu tidak berhasil kalau

tidak ditaati oleh kesucian hati manusia. Fitrah manusia yang diciptakan tuhan

selalu cenderung berbuat baik.

Dalam firman Allah surah ar-Rum ayat 30 yang berbunyi:

75Al-Rasyidin, Percikan Pemikiran Pendidikan dari Filsafat Hingga Peraktik Pendidikan, Cet 1 (Bandung, CitaPustaka Media Perintis, 2009), h. 102-104

76 M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak dalam Persfektif Alquran, Cet I (Jakarta, Amzah, 2007), h. 187

Page 43: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

43

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S ar-Rum:30)77

Fitrah manusia merupakan hidayah yang diberikan Allah kepada manusia

sejak kejadian asalnya.Sehingga fitrah tersebut dapat tertanam dalam hati nurani

manusia.Setiap pribadi manusia mempunyai potensi untuk benar dan baik.Segi-

segi nilai fitrah ini merupakan kenyataan asasi manusia, yaitu berkenaan dengan

watak dan nalurinya yang asli dan alami untuk mengenali kebajikan dan

keburukannya.

Nilai-nilai luhur yang tercakup dalam konsep akhlakul karimah sebagai sifat

terpuji adalah sebagai berikut:

1. Berlaku jujur.

2. Berbuat baik kepada orang tua.

3. Memelihara kesucian diri.

4. Kasih sayang.

5. Berlaku hemat

6. Menerima apa adanya dan sederhana.

7. Perlakuan baik kepada sesame.

8. Melakukan kebenaran yang hakiki.

9. Pemaaf terhadap orang yang pernah berbuat salah kepadanya.

10. Adil dalam tindakan dan perbuatan.

11. Malu melakukan kesalahan, dan melanggar larangan Allah dan melakukan

perbuatan dosa.

12. Sabar dalam menghadapi segala musibah.

13. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama manusia.

14. Sopan santun terhadap sesama manusia karena merasa sepenanggungan.78

Penilaian baik dan buruk dalam ajaran Islam tidak hanya ditentukan oleh

kenyataan lahiriah suatu perbuatan, Islam mengemukakan adanya syarat-syarat

77 Q.S Ar-Rum/30:3078Yatimin, Studi, h. 192-193

Page 44: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

44

untuk mendapatkan suatu perbuatan yang disebut baik, syarat-syaratnya tersebut

adalah pelaku, penderita, tujuan dan hal-hal yang harus dipenuhi atau dikerjakan.

Dalam proses pendidikan akhlak tidaklah terfokus pada satu bidang studi

khusus yang diterapkan dalam lembaga pendidikan formal saja, sehingga upaya

pendidikan akhlak hanya tergantung kepada sosok guru yang mengajarkan bidang

studi pendidikan akhlak tersebut. Tetapi pendidikan akhlak merupakan

kebersamaan bahkan keseragaman ucapan dan contoh tauladan dari seluruh

pelaku pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah terutama dalam

lingkungan keluarga.79

Menurut penulis setiap lembaga pendidikan Islam haruslah mendidikkan

nilai-nilai pendidikan akhlak, baik dalam rangka berhubungan dengan akhlak,

dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

nilai-nilai agama.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pendidikan akhlak seperti

dijelaskan Ahmad Amin, ialah:

1. Meluaskan lingkungan pikiran. Luas pikiran seseorang akan dapat meninggikan akhlak. Akan tetapi pikiran yang sempit itu sumber beberapa keburukan, dan akal yang akcau balau tidak dapat membuahkan akhlak yang tinggi. Jika lingkungan pikiran kita sangat sempit, menimbulkan akhlak yang rendah seperti apa yang kita lihat pada orang yang bersifat kesaya-sayaan, pandangannya akan merusak akal dan menutupnya dari kebenaran, mereka tidak suka kebaikan kecuali utnuk dirinya dan tidak melihat di dunia ini orang yang pantas mendapat kebaikan kecuali dia.

2. Berkawan dengan orang terpilih. Maksudnya adalah mencari teman yang baik dan berakhlak, sebab manusia itu suka meniru, itu adalah tabiat, seperti mencontoh berpakaian orang disekelilingnya, juga dalam mencontoh perbuatan mereka dan berperangai seperti akhlak mereka.

3. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan atau para syuhada dan orang-orang saleh. Karena dengan mengetahui dan memahami bagaimana perjalanan hidup mereka akan dapat menjadi teladan untuk berbuat dalam setiap keadaan.

4. Memotivasi setiap orang untuk selalu cenderung berfikir positif dan senantiasa melakukan perbuatan baik.

79Ibid.

Page 45: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

45

5. Membiasakan jiwa agar taat dan selalu memelihara kekuatan penolak (dalam diri) sehingga ajakan berbuat baik dapat berterima dan ajakan buruk dapat bertolak.80

G. Pengertian pendidikan karakter

1. Pengertian karakter

Berbicara tentang karakter, adalah berbicara tentang membangun jiwa

manusia, karakter yang baik tidak akan muncul tanpa diawali dengan penjiwaan

terhadap karakter tersebut. Dari penjiwaan terhadap karakter itulah muncul

dengan tiba-tiba tanpa melalui proses pendidikan. Seseorang bersikap, diawali

dari mengenal yang baik, kemudian membiasakannya dan melatihnya terus

menerussehingga menjadi kepribadiannya.Ketika itu telah menjadi bagian dari

kepribadiannya, maka hal tersebut telah menjadi karakter.81

Secara etimologi, kata karakter (Inggris:character) berasal dari bahasa

yunani, eharassien yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” itu sendiri dapat

diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.82

Arti ini juga sama salam bahasa Inggris yang berarti juga mengukir, melukis,

memahatkan, atau menggoreskan.83

Menurut Wayne dalam Suyanto kata karakter juga berasal dari bahasa

Yunani berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan untuk bagaimana

mengaplikasikan nilai kebaikan itu dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. oleh

sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan

sebagai orang yang memiliki karakter yang jelek, sementara orang berperilaku

jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.84Jadi orang

yang dikatakan berkarekter adalah orang dapat memilikitingkah laku yang sesuai

dengan kaidah moral.

80Ahmad Amin, Etika (IlmuAkhlak), Terj Farid Ma’ruf, Cet. 8 (Jakarta, Bulan Bintang, 1995), h. 64-66

81 Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Karakter, Cet. 1 (Medan, Manhaji, 2016) h. 11-12

82 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. 2 (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), h. 5

83 Ibid.84 Suyanto, Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), h. 38-

39

Page 46: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

46

Akar kata karakter dapat dilacak dari kata latin kharakter, kharassein, dan

kharax, yang maknanya “Tools for making”, “pointed take”,“to engrave”.85 Kata

ini mulai banyak digunakan dalam bahasa prancis caractere pada abad ke-14 dan

kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi caracter, sebelum akhirnya

menjadi bahasa Indonesia Karakter.86 Dalam kamus bahasa Poerwadarminata

dalam Suyadi karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,

atau budi pekerti yang memebedakan seseorang daipada yang lain.87

Karakter menurut Alwisol dalam Zubaedi diartikan sebagai gambaran

tingkah laku yang menonjolkan nilai-nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara

eksplisitmaupun implisit.88Karakter berbeda dengan kepribadian, karena

pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.Meskipun demikian, baik

kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang

ditunjukkan ke lingkungan sosial, kedunya relative permanen serta menuntun,

mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.89

Sigmund Freud dalam Syaiful menyatakan, karakter adalah kumpulan nilai

yang mewujud dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap,

dan perilaku.90Dari itu dapat kita pahami bahwa ciri dari berkarakter itu adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak yang baik.

2. Pengertian pendidikan karakter

Secara akademik, makna dari pendidikan karaktersebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya

untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dapat memberikan keputusan

baik buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.91

Istilah pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900 an. Thomas

Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku

85Ibid., h. 4386Ibid.87Ibid.88 Zubaedi, Desain, h. 11-1289Ibid., h. 1290Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan. Cet 1 (Jakarta, Kencana, 2013) h. 29091 Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter di Pesantren, Cet 1 (Bandung,

Citapustaka Media Perintis, 2011), h. 1

Page 47: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

47

yang berjudul TThe Return of Character Education, kemudian disusul buku

berikutnya, yakni Educating for Character. How or School Can Teach Respect

and Responsibility.92Menurut Lickona dalam Suyadi bahwa pendidikan karakter

mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),

mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the

good).93

Raharjo dalam Zubaedi memaknai pendidikan karakter sebagai suatu

proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dan ranah

sosial dalam kehiudpan peserta didik sebagai fondasi untuk terbentuknya generasi

yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki perinsip suatu

kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.94

Asmani dalam Syafaruddin menjelaskan pendidikan karakter adalah segala

sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik.

Guru membantu dalam membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan

keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan

berbagai hal yang terkait dengan lainnya.95Dapat kita pahami dari pendapat

tersebut bahwa maknanya bermuara kepada pendidikan tentang kebaikan perilaku

dalam kehidupan setiap manusia.

Creasy dalam Zubaedi mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya

medorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan

berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai

keberanian melakukan yang benar meskipun dihadapkan pada berbagai

tantangan.96 Untuk itu, penekanana pendidikan karakter tidak terbatas pada

transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai yang baik, namun lebih dari itu

menjangkau pada bagaimana menjadikan nilai-nilai tersebut tertanam dan

menyatunya dalam totalitas pikiran tindakan.97Tindakan yang dihasilkan dari

92 Suyadi, Strategi, h. 693Ibid.94Zubaedi, Desain, h. 1695 Syafaruddin, et, al., Inovasi Pendidikan, Cet 2 (Medan, Perdana Publishing, 2013), h.

17896 Zubaedi, Desain, h. 1697Ibid.

Page 48: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

48

dalam diri seorang individu yang baik maupun buruk merupakan penanaman

karakter yang didapat dari apa yang diperoleh dalam pendidikan.

Dalam konteks pendidikan Islam, maka pendidikan karakter adalah

pendidikan menganai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang

harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak usia dini. Ditegaskannya,

bahwa keutamaan moral atau perangai atau karakter adalah buah dari Iman yang

mendalam dan perkembangan religius yang benar dalam peribadi anak harus

benar-benar terbina dengan baik.98

Menurut Yahya Khan, terdapat empat jenis pendidikan karakter yang

dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan yaitu sebagai berikut:99

1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yaitu pendidikan karakter yang

berlandaskan kebenaran wahyu tuhan (konversi moral)

2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, yang berupa budi pekerti,

pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para

pemimpin bangsa.

3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan).

4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yang diarahkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan (konversi humanis). Pendidikan

karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan

dengan segala upaya secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan anak

didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan

penalaran, serta mampu mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki

anak didik.

Dalam konteks pendidikan Islam juga, karakter dan akhlak yang

ditanamkan kepada anak harus berlandasan pada dua dimensi kehidupan manusia

yaitu dimensi ke-Tuhanan dan dimensi kemanusiaan. Kedua dimensi itu

dikembangkan untuk menumbuhkan karakter atau akhlak agar anak memiliki rasa

ketaqwaan kepada Allah swt dan rasa kemanusiaan sesama manusia.100Dimensi

98Syafaruddin, Inovasi, h. 17899D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Cet 4 (Yogyakarta, Pelangi

Publishing, 2010), h. 2100Rahmawati Gultom, Model Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bunayya Padangsedempuan, (Tesis,

Page 49: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

49

ke-Tuhanan yang disebut dengan Robbaniyyah yang akan melahirkan nilai-nilai

keagamaan yang mendasar bagi manusia yang amat penting ditanamkan kepada

anak-anak. Diantara nilai-nilai agama yang sangat mendasar itu adalah iman,

islam, ihsan, taqwa, ihlas tawakkal, syukur dan sabar. Sedangkan dimensi

kemanusiaan yang melahirkan nilai-nilai luhur (al-akhlakul al-karimah) yang

diwujudkan secara nyata dalam perilaku sehari-hari. Diantara nilai-nilai

kemanusian yang sangat mendasar itu adalah silaturrahmi, persaudaraan,

persamaan, keadilan, baik sangka, rendah hati, tepat janji, lapang dada, dapat

dipercaya, perwira hemat dan dermawan.101

H. Ruang lingkup pendidikan karakter

Pendidikan karakter mengemban misi untuk mengembangkan watak-

watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh pesrta didik. Penghargaan (respect)

dan tanggung jawab (responsibility) merupakan dua nilai moral pokok yang harus

diajarkan oleh sekolah. Nilai-nilai moral yang lain adalah kejujuran, keadilan,

toleransi, kebijaksanaan, kedisiplinan diri, suka menolong, rasa kasihan, kerja

sama, keteguhan hati, dan sekumpulan nilai-nilai demokrasi.102

Bentuk pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional

yang dikutip oleh Zubaedi dinyatakan sebagai berikut:103

1. Religius.Sikap dan juga perilaku yangpatuh dalam melaksanakan segala ajaran

agama yang dianutnya, termasuk dalam hal ini toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan agama lai dan hidup berdampingan.

2. Jujur.Sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, sehingga menjadi orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi.Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan kepada perbedaan

agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya dan dapat hidup tentram ditengah tersebut.

Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri-Sumatera Utara, 2013) h. 38101Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam

Kehidupan Masyarakat (Jakarta, Paramadina, 2000), h. 96102Zubaedi, Desain, h. 72103Zubaedi, Desain, h. 74-76

Page 50: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

50

4. Disiplin.Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.5. Kerja keras.

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif.Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan inovasi yang baru

dari sesuatu yang telah dimiliki.7. Mandiri.

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tuggas-tugas.

8. Demokratis.Sikap dan cara berpikir, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.9. Rasa ingin tahu.

Sikap dan tindakan yang selalu bersikap supaya ingin tahu dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar dan segala hal.

10. Semangat kebangsaan.Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air.Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang meunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan pengharagaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai prestasi.Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatau yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat atau komunikatif.Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bersahabat,

bergaul dan bekerja sama dengan orang laindan proaktif.14. Cinta damai.

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca.Kebiasaan tanpa paksaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberika kebajikan bagi dirinya.16. Peduli lingkungan.

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kesusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial.

Page 51: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

51

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab.Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang berkaitan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan meliputi, alam, sosial, dan budaya, negara, dan tuhan yang maha esa.

Lickona dalam Sutarjo menyatakan bahwa ada 11 prinsip agar pendidikan

karakter dapat terlaksana secara efektif:104

1. Kembangkan nilai-nilai universal atau dasar sebagai fondasinya.2. Definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran,

perasaan dan perilaku.3. Gunakanpendekatan secara komprehensif, disengaja dan proaktif.4. Menciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.5. memberi peserta didik kesempatan untuk melakukan tindakan moral.6. membuat kurikulum akademik yang bermakna dan yang menghormati

semua pesrta didikuntuk mengembangkan sifat-sifat positif dan membantu peserta didik untuk berhasil.

7. Lebih mendorong motivasi peserta didik.8. Selalau melibatkan seluruh civitas sekolah sebagai komunitas

pembelajaran dan moral.9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral.10. Melibatkan seluruhanggota keluarga dan anggota masyarakat sebagai

mitra.11. Melaksanakan evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

pendidik karakter, dan sejauh mana peserta didik mamanifestasikan karakter yang baik.

I. Tujuan pendidikan karakter

Membentuk manusia cerdas dan baik adalah salah satu tujuan utama

pendidikan karakter. Manusia cerdas dan baik dapat dicapai melalui proses

penanaman nilai-nilai agama, sehingga akan membentuk moral seseorang menjadi

lebih baik. Dan pendidikan karakter juga bertujuan untuk membentuk dan

membangun pola pikir, sika, dan perilaku peserta didik agar menjadi peribadi

yang berakhlakul karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.105

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Husaini tujuan

pendidikan karakter antara lain adalah:104 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter. Cet. 2 (Jakarta, Rajagrafindo

Persada, 2013), h. 81105Husaini, “Pembinaan Pendidikan Karakter,” dalam Jurnal Tarbiyah, Vol, XXI, 2014, h.

79

Page 52: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

52

1. Mengembangkan nilai-nilai potensi kalbu, nurani, afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan selain sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan bertanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

4. Mengambangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang tinggi dan penuh kekuatan.106

Pendidikan karakter bertujuan adalah untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia peseta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.107Dan

melalui pendidikan karakter, nantinya diharapkan pesrta didik mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi, serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.108 Pada tingkat institusi,

pendidikan karakter mengarah kepada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-

nilai yang melandasi tradisi, perilaku, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol

yang diperaktikkan oleh semua warga sekolah merupakan cirri khas, karakter,

atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.109

Pendidikan karakter sebenarnya memiliki esensi dan makna yang sama

dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.110Dan tujuannya adalah

membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,

dan warga negar yang baik.Adapaun criteria manusia yang baik, warga

masyarakat yang baik, dan warga Negara yang baik bagi suatu masyarakat dan

bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi

oleh budaya masyarkat dan bangsanya.111

106Ibid., h. 81107Mansur Muslich, Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

h.81108Ibid.109Ibid.110 Ismail Sukardi, “Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Agama (Perspektif Islam),”

dalam Jurnal Tarbiyah, Vol, XX, 2013, h. 366111Ibid.

Page 53: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

53

Maka dapat kita pahami bahwa hakikat dari pendidikan karakter di

Indonesia menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari agama dan budaya

yang ada di Indonesia sendiri.

J. Metode pendidikan karakter

Menurut Permen Diknas nomor 19 Tahun 2005 dalam Sutarjo,

mengatakan bahwa, proses pembelajaran dalam pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik,

serta psikologis peserta didik.112 Dari pernyataan permen Diknas tadi kita dapat

memahami bahwa dalam strategi pembelajaran harus memakai prinsip-prinsip

yang baik dan menyenangkan.

Proses pendidikan karakter kepada peserta didik pada saat ini lebihtepat

menggunakan model pembelajaran yang didasarkan kepada interaksi sosial atau

model interkasi dan transaksi.113 Model pembelajaran interaksional ini

dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-psrinsip sebagaimana yang

dikemukakan Zubaedi sebagai berikut:114

a. Melibatkan perserta didik secara aktif dalam belajar.b. Mendasarkan pada perbedaan individu.c. Mengaitkan teori dengan peraktik.d. Mengembangkan komunikasi dan kerja sama dalam belajar.e. Meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil resiko dan

belajar dari kesalahan.f. Meningkatkan pembelajaran sambil berbuat dan bermain.g. Menyesuaikan pelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih

pada taraf operasi konkret.

Berkaitan dengan mencari metode pembelajaran dalam pendidikan

karakter, kita juga bisa mengaplikasikan pembelajaran nilai yang dikemukakan

oleh Neong Muhadjir yang dikutip oleh Zubaedi, menurutnya pendidikan karakter

dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode sebagai berikut:115

112Sutarjo, Pembelajaran, h. 87113Zubaedi, Desain, h. 231114Ibid115Ibid

Page 54: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

54

a. Metode dogmatis, yaitu metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan harus menerima kebenaran apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.

b. Metode deduktif, yaitu merupakan cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (kebutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dapat dipahami oleh peserta didik. Metode ini bertolak dari kebenaran sebagai teori atau konsep yang memiliki nilai-nilai abaik, selanjutnya ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, atau ditarik kedalam bilai-nilai yang lebih khusus atau sempit ruang lingkupnya.

c. Metode induktif, yaitu kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam pembelajaran nilai dimulai dengan mengenalkan kasusu-kasus dalam kehidupan sehari-hari, dan kemudian maknanya ditarik secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.

d. Metode Reflektif, yaitu merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni pembelajaran nilai dengan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau melihat dari kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretisnya secara umum.

K. Penelitian Relevan

1. Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di

Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” Tesis Program

Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam IAIN SU Medan tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendidikan akhkak

melalui kisah-kisah teladan yang diterapkan di RA El-Hidayah kecamatan

sunggal, yang secara lebih rinci bertujuan untuk mengetahui: (1) apa saja materi,

2) cara penyampaian, 3) buku-buku yang mendukung, 4) hasil yang disampaikan

pendidikan akhlak melalui kisah-kisah teladan di R.A Yayasan Pendidikan El-

Hidayah kecamatan Sunggal.

Penilitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana pendekatannya

melihat langsung pembelajaran tersebut. Tempat dan waktu penelitian di jalan

Binjai KM. 9,1 kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera

Utara. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2012 sampai bulan juni

2013.Informasi penelitian adalah Kepala R.A, Wali Kelas, guru pendamping,

orang tua murid dan murid.

Page 55: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

55

Hasil penelitian mengungkapkan temuan bahwa materi pendidikan akhlak

melalui kisah-kisah teladan di R.A Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan

sunggal adalah: semua akhlak yang dikategorikan aklah terpuji dan akhlak tercela

menjadi materi dasar akhlak anak. Contoh kisah yang ada dimateri yang

bergambar maupun tentang para Nabi, Rasul, Sahabat Rasul dan orang-orang

Salih lainnya dalam sejarah Islam.

Cara penyampaian kisah-kisah teladan yang dilakukan guru di R.A

Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan sunggal adalah: dengan memilih

terlebih dahulu kisah yang akan dibawakan, menggunakan kalimat-kalimat yang

dikenal dan dapat demengerti anak tetapi tetap dalam pola bahasa Indonesia yang

baik dan benar, mengusahakan intonasi suara, menggunakan media, dan memberi

kesempatan pada anak untuk menirukan gerak atau suara yang sesuai dengan isi

cerita.

Buku yang mendukung peyampaian kisah-kisah teladan guru di R.A

Yayasan Pendidikan El-Hidayah Kecamatan Sunggal: 1) pokok-pokok kisah para

Nabi dan kisah-kisah dalam Alquran, 2) cerita bergambar balita Islam untuk Usia

3-6 Tahun, 3) Artikel kumpulan kisah-kisah teladan.

Hasil dari penyampaian pendidikan akhlak melalui kisah-kisah teladan di

R.A Yayasan Pendidikan El-Hidayah kecamatan Sunggal adalah: menanamkan

pendidikan akhlak terhadap anak. Disamping itu pula, hasil akhirnya adalah agar

anak menguasai atau mampu menarik kesimpulan dari kisah-kisah teladan yang

diberikan guru dan menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari.116

2. Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pada Kisah Maryam Dalam

Alquran” Tesis Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan 2013

Tujuan ayat-ayat kisah dalam Alquran adalah peneladanan dan

pengambilan Ibrah, pelajaran, hikmah, dan pendidikan akhlak yang dapat

diterapkan dalam kehidupan. Porsi ini harus lebih dominan dalam menafsirkan

ayat-ayat ksiah tersebut dari yang lain, seperti sejarah dan sebagainya.

kisahMaryam dalam Alquran adalah kisah yang penuh dengan nilai pendidikan

116Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” (Tesis, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan , 2014)

Page 56: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

56

akhlak yang dapat diteladani oleh perempuan maupun laki-laki. Sebab itu,

penenliti tertarik mengkaji pendidikan Akhlak pada kisah Maryam dalam

Alquran.

Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan menggunakan metode

Tafsir Maudu’I Versi Imam al-Syatibi.Pendekatan ini adalah pendekatan tematik

tentang ksiah Maryam dalam Alquran yang ditinjau dari sudut pendidikan akhlak.

Dari penelitian ini menghasilkan 5 kesimpulan, pertama, pendidikan

perempuan.Maryam adalah perempuan pertama yang mendapat pendidikan di

Baitul Maqdis. Hasil dari pendidikan yang diterapkan kepada Maryam,

menjadikannya sebagai hamba pilihan Allah, yang bahkan dapat mengalahkan

prestasi laki-laki pada masa itu.

Kedua, memilih lingkungan pendidikan.Ibu Maryam memilih lingkungan

yang tepat untuk pendidikan anaknya, yaitu Baitul Maqdis. Karena lingkungan

pendidikan (rumah, lembaga Formil, atau masyarakat) dapat member pengaruh

baik atau buruk pada proses pendidikan dan alinnya.

Ketiga,memilih pendidik.Allah memilih pendidik yang etrbaik dan

professional untuk Maryam, yakni Nabi Zakariya. Seseorang pendidik yang

professional pasti akan maksimal dalam menajalankan tugasnya, dan tugas yang

dijalankan dengan maksimal akan menghasilkan maksimal pula.

Keempat, tujuan pendidikan akhlak.Tujuan pendidikan akhlak pada kisah

Maryam adalah menjadi manusia paripurna, yakni taat keapda Allah swt dengan

penuh keteangan, kekhusyukan, dan pengfharapan, serta kontiniu dan sabar dalam

penghambaan tersebut.

Kelima, rekomendasi materi pendidikan akhlak.Untuk mencapai tujuan

pendidikan akhlak di atas, kisah Maryam ini merekomendasikan beberapa materi

pendidikan, di anatranya ibadah dan ketaatan kepada Allah, menjaga kehormatan,

rida dan sabar.Materi ini diberikan dengan pelatihan dan kontiniu sehingga

menjadi kebiasaan.117

117Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pasa Kisah Maryam Dalam Alquran” (Tesis, Program Pascasarjana Istitut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2013)

Page 57: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

57

3. Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” Tesis Program

Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan 2013

Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak

A.R Facharuddin, tujuan, cara pelaksanaan dan signifikansi pemikirannya tentang

pendidikan akhlak terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Penelitian ini

menggunakan penelitian kulaitatif, yaitu sejenis penelitian Library Research

(penelitain kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis dan

sejarah.Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan karya-karya A.R

Fachruddin yang dijadikan sebagai sumber data primer dalam menyelesaikan

penelitian ini dan ditambah dengan refrensi skunder yang punya hubungan kuat

dengan objek penelitian.Akhir dari penelitian ini menggambarkan bagaiman A.R

Fachruddin adalah tokoh yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-

hari.Perkataan dan ucapannya selalu seiring sejalan.Ini modal dasar A.R

Fachruddin yang selalu menampilkan ketauladanan untuk membentuk akhlak

yang mulia.118

4. Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA As-Syafiiyah Medan” Tesis Program

Pascasarjana Pendidikan Islam UIN SU Medan 2014.

Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah “bagaiaman

perencanaan, strategi dan evaluasi pendidikan karakter melalui pembelajaran

pendidikan Agama Islam di SMA As-Syafiiyah Medan. Tujuan penelitian ini

adalah: 1) untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan guru dalam dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter melalui pendidikan Agama Islam di

SMA As-Syafiiyah Medan, 2) untuk menegtahui strategi pembelajaran yang

dilakukan guru dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk menanamkan

nilai-nilai karakter di SMA As-Syafiiyah Medan, 3) untuk mengevaluasi hasil dan

proses pelaksanaan Pendidikan Karakter melalui pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMA As-Syafiiyah Medan.

118Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” (Tesis, Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2013)

Page 58: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

58

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.Lokasi penelitian ini yang

dijadikan objek adalah SMA As-Syafiiyah Medan. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan tekhnik observasi , wawancara serta dokumentasi yang

diolah dan diperiksa dengan menggunakan teknik trianggulasi untuk pengecekan

keabsahan data dengan proses hasil wawancara dan observasi kemudian

dicocokkan dengan isi dokumen yang terkait.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1)

Perencanaan pembelajaran dalam implementasi pendidikan karakter melalui

pembelajaran pendidikan agama Islam meliputi: mendiskusikan nilai-nilai

karakter yang akan ditanamkan, membuat silabus, dan RPP, melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan, 2) strategi pembelajaran dalam

Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam

meliputi: startegi yang digunakan yaitu jigsaw dan metode yang digunakan yaitu

ceramah, Tanya jawab, diskusi, pembiasaan dan keteladanan, sedangkan teknik

yang digunakan adalah dengan member stimulus di awal pembelajaran, 3)

Evaluasi pendidikan karakter dalam Implementasi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam yaitu dengan melakukan evaluasi proses dan hasil.119

119Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas As-Syafiiyah Medan” (Tesis, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2014)

Page 59: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan inidengan menggunakan metode penelitian

Kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengungkapkan

bagaimanaimplementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan

karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.Metode deskriptif meliputi

pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan mengenai keadaan saat ini

terhadap subyek penelitian. Sejalan dengan itu Suharsimi Arikunto menyatakan

bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu keadaan gejala

menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.120

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisi fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok.121Karena itu, pendekatan deskriptif digunakan untuk menguraikan,

menggambarkan, menggali dan mendeskripsikan bagaimana implementasi

pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah

Negeri 1 Medan Tahun Ajaran 2016-2017. Untuk dapat mendeskripsikan

beberapa permasalahan teresebut, maka dilakukan pengamatan terhadap apa yang

dikatakan informan penelitian.

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Bogdan dan Taylor dalam

Moleong bahwa penelitian kualitatif akan menghasilkan deskripsi atau uraian

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para pelaku, para aktor yang akan dapat

diamati dalam suatu situasi sosial.122 dan dalam Penilian kualitatif dilakukan

120Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta, Rineka Cipta, 1990), h. 50121Nana Saodih Sukadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Cet II (Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2006), h. 60122Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 18 (Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2000), h. 16

Page 60: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

60

dengan beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih

mudah apabila berhubungan dengan kenyataan ganda

Metode penelitian kualitatif dianggap cocok dengan penelitian ini karena

sesuai dengan karakteristik penelitian, yaitu: Latar Alamiah (Natural Setting),

manusia sebagai alat (Instrumen), metode kualitatif, analisis data secara induktif,

teori dasar (Granded Theory), bersifat deskriftif, adanya batas yang ditentukan

oleh fokus, lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya kriteria khusus

untuk keabsahan data, desainnya bersifat sementara, hasil penelitian dirumuskan

dan sepakati bersama.123

Dengan demikian, tentang bagaimana implementasi pendidikan akhlak

dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

sangat relevan dengan menggunakan penelitian kualitatif karena memenuhi

karakteristik penenlitian kualitatif, terutama dalam hal pengungkapan data secara

mendalam melalui wawancara, observasi, dan kajian dokumen terhadap apa yang

dilakukan oleh informan, dan mengamati realitas yang sesungguhnya.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Jl:

William Iskandar No. 7 B, Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan

Tembung, Kota Medan. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan,

mulai dari bulan Januari 2017 sampai bulan Juni 2017. Rancangan jadwal

penelitian ini disesuaikan dengan waktu dan kemampuan dana yang dimiliki

penulis.

C. Subjek Penelitian/Informan Penelitian.

Subjek penelitian atau informan penelitian dalam penelitian kualitatif.

Informan penenlitian adalah seseorang yang menjadi sumber data atau responden

penenlitian.124

Adapaun subjek penelitian yang ditetapkan terdiri dari dua yaitu: subjek

primer dan subjek skunder, subjek primer berupa kata-kata dan tindakan yang

diperoleh dari situasi alami yang terjadi dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1

123Ibid.124Masganti Sit, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam (Medan, IAIN Press, 2011), h.

167

Page 61: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

61

Medan, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf dan siswa Madrasah

Aliyah Negeri 1 Medan. Sementara subjek skunder berupa dokumen tertulis

mengenai tata tertib siswa, foto-foto kegiatan pendidikan akhlak siswa dan buku-

buku, majalah, jurnal, artikel-artikel yang berkaitan dengan pendidikan akhlak

dalam pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

D. Teknik Pengunpulan Data

Dalam pengumpulan data di lapangan, peneliti menggunakan metode

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data

yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur terstandar.125Observasi

merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengamati

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati

dalam situasi sebenarnya. Observasi merupakan suatu teknik atau cara

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Dalam penenlitian ini peneliti meninjau langsung terhadap subjek

penelitian, yakniMadrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Observasi dilakukan dengan

mengamati dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomenayang terjadi di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan. Selanjutnya untuk mendapatkan data

penenlitian ini, obeservasi yang dilakukan melalui pengamatan langsung di

Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.

1. Bagaiamana proses perencanaan implementasi pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter

2. Bagaimana strategi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan

karakter

3. Babagaiaman proses evaluasi implementasi pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter

125Suharsimi Arikunto, Prosedur Penenlitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet 14 (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), h. 265

Page 62: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

62

2. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.126

Adapun yang menjadi interview guidenya yaitu

1) Kepala sekolah.

2) Wakil kepala sekolah.

3) Guru

4) Siswa dan siswi

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti,

sehingga akan diperoleh data yang lengkap, dan bukan berdasarkan

perkiraan.127Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi

melalui pencarian dan penemuan bukti yang konkret.Metode dokumentasi ini

merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non manusia.

Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami

fenomena yang terjadi dilokasi penelitian di lokasi penelitian dan membantu

dalam membuat interpretasi data.128 Dalam dokumentasi peneliti mengumpulkan

bahan tertulis, surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari informasi yang

diperluka.

Adapun kebaikan menggunakan dokumentasi sebagai alat pengunmpulan

data, sebagai berikut:

1. Lebih hemat tenaga, waktu dan biaya, karena biasanya sudah tersusun

dengan baik.

126Moleong, Penenlitian, h. 186.127Basrowi dan Suwandi, Memahami Penenlitian Kualitatif, Cet I (Jakarta, Rineka Cipta,

2008), h.158128Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung,

Pustaka Setia, 2009), h. 134

Page 63: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

63

2. Peneliti mengambil data dari peristiwa yang telah lalu.

3. Lebih mudah mengadakan pengecekan.

4. Tidak ada kesangsian lupa.129

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip

Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan, menjadi satuan yang dapat dikelola dengan cara memilah-

milahnya, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada

orang lain.130

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Jumlah data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak,maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke

lapangan, maka jumlah data akan menjadi semakin banyak, kompleks dan rumit.

Maka dari itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

data berarti merangkum, memilih persoalan yang pokok, memfokuskan persoalan

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya bila

diperlukan. Peralatan elektronik, seperti computer mini dapat membantu reduksi

data, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.131Singkatnya, bahwa

reduksi data adalah proses memfokuskan, menyederhanakan, dan memindahkan

data mentah ke dalam bentujan yang lebih mudah dikelola. Kegiatan ini

berlangsung terus menerus sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif, bentuk data yang disajikan bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan

sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Haburmen dalam Sugiyono. Yang paling

129Basrowi dan Suwandi, Memahami, h. 160130Ibid., h. 248.131Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung, Alfabeta,

2016), h. 247

Page 64: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

64

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks

yang bersifat naratif.132

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Setelah data disajikan yang juga dalam rangkaian analisis data, maka

proses selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Dalam tahap

analisis data, seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur

sebab akibat dan proposisi.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Berdasarkan yang peneliti pahami, bahwa teknik pemeriksaan keabsahan

data ialah suatu yang tidak dapat ditinggalkan dalam penelitian kualitatif. Sebab

pada tahap inilah kebenaran suatu data akan diuji. Pengecekan keabsahan data

dapat dilakukan setelah dilakukannya penelitian terlebih dahulu.Dengan adanya

pemeriksaan keabasahan data ini maka hasil data dapat dipertanggung jawabkan.

1. Kreadibilitas (credibility)

Yang dimaksud dengan kreadibilitas atau kepercayaan terhadap keabsahan

data yaitu penelitian yang lama dengan tidak tergesa-gesa, menemui objek

pengamatan, pemeriksaan data dari berbagai sumber, melakukan diskusi dengan

teman untuk mendapatkan masukan, memecahkan kasus negatife yang menolak

temuan penelitian dan memasukkan teori terhadap data temuan di lapangan.

Menjaga keterpercayaan penelitian ini dengan cara melakukan pendekatan

yang persuasif dengan pihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, sehingga

pengumpulan data dan infoarmasi tentang tentang semua aspek yang diperlukan

dalam penelitian iniakan diperoleh secara sempurna. Sebelum melaksanakan

penelitian yaitu berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi, peneliti

terlebih dahulu untuk mengenal lebih awal dan mendalam tentang Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan serta pegawai yang ada di dalamnya, agar ketika

melaksanakan penelitian para informan memberikan informasi yang lengkap,

akurat dan menyenangkan.

132Ibid., h. 249

Page 65: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

65

2. Keteralihan (transferability)

Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil

penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalams situasi lain. Bagi peneliti

naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga mana kala hasil

penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain. Peneliti

sendiri tidak menjamin validitas eksternal ini.133

Pembaca laporan ini diharpakn mendapat gambaran yang jelasmengenai

situasi yang bagaiamana penelitian ini dapat dialikasikan dan diberlakukan pada

konteks situasi yang sejenis. Dengan usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

meyusun laporan ini agar bisa dilihat langkah-langkah yang diterapkan oleh

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.

3. Ketergantungan (dependability)

Dalam penelitian kualitatif, uji defendability dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak

melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti

seperti ini perlu diuji dependability-Nya. Kalau proses dalam penelitian tidak

dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak realibel datau

dependable.134

4. Ketegasan (confirmability)

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji

dependanility, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang

dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang

dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.135

133Ibid., h. 276134Ibid., h. 277135Ibid.

Page 66: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan umum

1. Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, merupakan salah satu Madrasah Aliyah

Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang bertaraf Internasional dengan akreditasi “A”.

sama dengan MA umunya di Indonesia, masa pendidikan di Madrasah Aliyah Ngeri 1 Medan

ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Pada tahun

2013, sekoah ini menggunakan Kurikulum 2013, dan memiliki situs resmi yaitu

http://www.man1medan.sch.id.136

Madrasah Aliyah Ngeri (MAN) 1 Medan pada wal berdirinya merupakan sekolah

persiapan Institut Agama Islam Negeri SPIAIN. SPIAIN ini berdiri tanggal 1 februari 1968

bertempat digedung sekolah hakim jaksa negeri di jalan imam bonjol. Selanjutnya SPIAIN ini

pindah ke gedung yayasan pendidikan harapan dengan peserta didik berjumlah 19 orang.137

Terhitung pada 1 April 1979 pemerintah merubah seluruh SPIAIN, PHIAIN, SGHA,

PPPUA dan yang lainnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri. SPIAIN Sumatera Utara juga

berubah menjadi MAN dengan gedung tetapnya ada di kompleks IAIN Sumatera Utara Jalan

Sutomo Ujung Medan. Pada tahun 1980 dan 1981 telah di bangun gedung MAN Medan di Jalan

Willem Iskandar. Selanjutnya MAN pindah ke lokasi baru tersebut.138

Pada tahun 1984 bapak Drs. H. Mukhtar Ghaffar diangkat menjadi pengawas pendidikan

agama Kanwil Depag Provinsi Sumatera Utara. Sebagai penggantinya adalah bapak Drs. H.

Nurdin Nasution. Selanjtnya terjadi pergantian kepemimpinan di MAN Medan seperti berikut:

1. Tahun 1979-1984 dipimpin oleh bapak Drs. H. Mukhtar Ghaffar

2. Tahun 1984-1987 dipimpin oleh bapak Drs. H. Nurdin Nasution

3. Tahun 1987-1993 dipimpin oleh bapak Drs. H. Musa HD

4. Tahun 1993-1996 dipimpin oleh bapak Drs. H. Suangkupon Siregar

5. Tahun 1996-2000 dipimpin oleh bapak Drs. H. Miskun

6. Tahun 2000-2007 dipimpin oleh ibu Dra. Hj. Fatimah Ibrahim

7. Tahun 2007-2014 dipimpin oleh bapak Dr. Burhanuddin S.Ag. M.Pd

136 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan137 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan138 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 67: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

67

8. Tahun 2014-sekarang dipimpin oleh bapak H. Ali Masran Daulay, S.Pd. MA139

Pada masa kepemimpinan bapak Drs. H. Musa HD terjadilah peruabahan MAN Medan

menjadi MAN-1 Medan. Ketika terjadi perubahan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas guru

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mensyaratkan lulusan Diploma II, maka PGAN

tahun dilikuidasi oleh pemerintah menjadi MAN pada tahun 1992. Maka sejak itulah MAN

Medan berubah menjadi MAN-1 Medan.

Mengenai profil MAN 1 Medan dapat dilihat sebagaimana di bawah ini:140

Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

Nomor statistik sekolah : 311127503010

Nomor pokok sekolah nasional : 10210403

Tahun berdiri : 1979

Akreditasi : A

Alamat : Jl. Williem Iskandar No. 7B Medan 20222

Nomor telepon : 061-4159623

Email :[email protected].

Nama kepala sekolah : H. Ali Masran Daulay, S.Pd, MA

Nama ketua komite : DR. H. M. Yusuf, SE. M. Si

Kurikulum : Kurikulum 2013

Jumlah guru : 111 orang

Pegawai : 31 Orang

Jumlah siswa : 1585 Siswa

Jumlah rombongan belajar : 38 Rombongan Belajar

Luas tanah : 4.704 m2

Jenis bangunan : Permanen Lantai 2

2. Lokasi MAN 1 Medan

Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan terletak diwilayah yang strategis diantara kota Medan

dengan kabupaten Deli Serdang dan kendaraan umum dapat menjangkauneya. Untuk kegiatan

belajar dan mengajar sangat baik dilakukan karena terletak di pinggiran kota jauh dari kebisingan

kendaraan dan banyaknya warga masyarakat dan pabrik.

3. Visi, Misi dan Tujuan139 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan140 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 68: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

68

MAN 1 Medan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan yang bermutu

bagi masyarakat untuk tingkat aliyah. Ada dua tema utama yang di usung dalam melaksanakan

tugas pokok tersebut yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi serta iman dan taqwa. Tema ini

didasari oleh kenyataan pada saat ini dimana kehidupan manusia yang tidak terlepas dari ilmu

pengetahuan dan teknologi. Disis lain , ilmu penegtahuan dan teknologi telah melahirkan satu

permasalahan baru yaitu degradasi akhlak. Banyak manusia yang merasa terasing dan kehilangan

makna hidup. Oleh karena itu peran akhlak dan taqwa sangat diperlukan dalam melandasi

perilaku manusia dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:

VISI

Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan, dan Populis serta Berwawasan Lingkungan

MISI

1. Memiliki akhlakul karimah.

2. Mengamalkan dan mengajarkan ajaran Islam.

3. Mampu melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.

4. Produktif mengisi pembangunan nasional.

5. Meningkatkan professional guru.

6. Melaksanakan pembelajaran sistematis dan berteknologi.

7. Meningkatkan peran serta orang tua siswa, masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.

8. Melestarikan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah dan mencegah

pencemaran serta menciptakan Green School.141

Secara keseluruhan Misi bernuara kepada Visi yang telah dirumuskan di atas. Tujuan

yang ingin dicapai oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah sebagai lembaga yang

ada ditengah-tengah masyarakat, serta mampu memenuhi harapan masyarakat dan mampu

bersaing, serta belajar dengan sekolah-sekolah umum bahkan memiliki nilai tambah yaitu nilai

keagamaan lebih mewarnai.

Untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat tersebut, Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 1 Medan melakukan upaya-upaya sebagai langkah peningkatan kualitas output

madrasah, seperti menjalin kerjasama dengan mitra pendidikan, menjalin kerjasama dengan wali

murid lewat kelas moral, komite madrasah, serta membenahi sarana dan prasarana pembelajaran.

141 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 69: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

69

Adapun jumlah guru dan siswa yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

yaitu:142

a. Rekapitulasi guru

Berdasarkan data dan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, jumlah guru dan

murid dapat digambarkan sebagai berikut:

Rekapitulasi Tenaga Personil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

N

O

Status

kepegawaian

K

a

m

a

d

W

k

m

G

ur

u

Lab pust

aka

BK Peg

TU

piket Peg

kom

Pegt

ekn

ju

ml

ah

1 Guru Negeri

dipekerjakan

1 6 52 5 1 65

2 PNS

Dipekerjakan

1 8 9

3 Guru Honor 24 3 2 30

4 Pegawai

Honor

1 1 3 15 2 1 22

5 Jumlah 1 6 76 6 3 3 23 3 4 1 12

6

Sumber: laporan dari KTU Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) 1 Medan, tahun 2017

Table di atas dikaitkan dengan pengamatan peneliti berdasarkan data dokumentasi

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, menunjukkan jumlah personil guru yang telah diberi

tugas dan pegawai menurut bidang keahliannya secara menyeluruh.

b. Rekapitulasi siswa.

Jumlah siswa yang belajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan tentunya sangat

signifkan, dapat dilihat dari table berikut ini:

No Kelas Lk Pr Jumlah

142 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 70: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

70

X-IPA-1 17 32 49

X-PA-2 18 31 49

X-IPA-3 24 25 49

X-IPA-4 23 24 47

X-IPA-5 16 32 48

X-IPA-6 20 29 49

X-IPA-7 17 29 46

X-IPA-8 26 22 48

X IPA Kampus -2 Pertiwi 4 4 8

X-IIK-1 10 17 27

X-IIK-2 14 12 26

X-IPS-1 23 17 40

X-IPS-2 14 22 36

X-IPS-3 19 26 45

X-IPS-4 15 24 39

X-IPS-5 20 18 38

XI-IPA-1 17 29 46

XI-IPA-2 18 29 44

XI-IPA-3 16 31 47

XI-IPA-4 18 29 47

XI-IPA-5 15 30 45

XI-IPA-6 18 27 45

XI-IPA-7 14 26 40

XI-IPA-8 11 29 40

XI-IIK-1 17 24 41

XI-IIK-2 17 19 36

XI-IPS-1 17 20 37

XI-IPS-2 16 20 36

XI-IPS-3 16 20 36

Page 71: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

71

XI-Ilmu Bahasa 0 16 16

XII-IPA-1 12 16 28

XII-IPA-2 12 16 28

XII-IPA-3 18 23 41

XII-IPA-4 18 27 45

XII-IPA-5 20 26 46

XII-IPA-6 17 28 45

XII- Ilmu-Ilmu Keagamaan 9 16 25

XII-IPS-1 6 28 34

XII-IPS-2 20 14 34

XII-IPS-3 14 20 34

Jumlah 636 927 1563

Sumber: Laporan bulanan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, tahun 2016/2017

4. Sarana dan prasarana

Jumlah kelas di Madrasah Aliyah Ngeri (MAN) 1 Medan tahun ajaran 2015-2016

berjumlah 40 rombel yang terdiri dari:

1. Kelas X sebanyak 16 ruangan, dengan rincian sebagai berikut, jurusan IPA ada 9 kelas (X

IPA 1-8 ditambah dengan kelas pertiwi) jrursan Ilmu-ilmu Keagamaan ada 2 kelas (IIK

1-2) jurusan IPS ada 5 kelas (IPS 1-5)

2. Kelas XI sebanyak 14 ruangan XI IPA-1-6, XI IIK 1-2, XI Ilmu Bahasa 1, dan XI IPS 1-

3.

3. Kelas XII sebanyak 10 ruangan diantaranya yaitu, XII IPA 1-6, XII IPS1-3 dan X IIK.143

Berdarkan observasi yang peneliti lakukan pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan, tergambar nyata bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Negeri

(MAN) 1 Medan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

No Jenis sarana dan prasarana atau

fasilitas

Jumlah Keterangan

1 Tanah

a. Luas tanah

b. Luas bangunan

4704 M

3500 M

Hibah

Permanen

143 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 72: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

72

c. Luas halaman 1204 M Permanen

2 Sarana dan prasarana belajar

a. Ruang belajar

b. Meja murid

c. Kursi murid

d. Papan tulis

e. Meja guru di kelas

f. Kursi guru

g. Lemari

h. Komputer

i. LCD/Proyektor

j. Layar proyektor

3 Sarana dan prasarana kantor

a. Komputer/printer

b. Lemari

c. File cabinet

d. Meja kepala madrasah

e. Kursi kepala madrasah

f. Meja tata usaha

g. Kursi tata usaha

h. Meja bendahara

i. Kuris bendahara

j. Sofa

4 Ruang kepala madrasah

5 Ruang administrasi

6 Ruang bendahara

7 Ruang UKS

8 Ruang guru

9 Dapur umum guru

10 Ruang laboratorium komputer

11 Ruang laboratorium fisika

Page 73: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

73

12 Ruang laboratorium kimia

13 Ruang laboratorium biologi

14 Ruang laboratorium komputer

15 Ruang lab. Keterampilan

16 Ruang perpustakaan

17 Ruang eksekutif

18 Ruang fitnes

19 Ruang Aula

20 Ruang ISO

21 Ruang BK

22 Ruang Alumni

23 Ruang paskibra

24 Ruang pramuka

25 Masjid

26 Pendopo

27 Kantin

28 Kamar mandi

29 Ruang penjaga madrasah

30 Apotik hidup/taman madrasah

31 Pot bunga

32 Pentas kreasi

33 Gudang

34 Foto copy

Sumber: Arsip Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

Jurusan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan ada empat jurusan yaitu:144

1. IPA = ilmu pengetahuan alam, rumpun ilmu ini adalah matematika, fisika, kimia, biologi.

2. IPS = ilmu pengetahuan sosial, rumpun ilmu ini adalah sejarah, geografi, ekonomi,

sosiologi, dan akuntansi.

144 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 74: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

74

3. IPB = ilmu pengetahuan bahasa, rumpun ilmu ini adalah antropologi, sastra Indonesia,

bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan Bahasa Jerman.

4. IIK = Ilmu-ilmu keagamaan, rumpun dari ilmu, ini adalah ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu

hadis, fiqih, ushul fiqih, dan SKI.

Untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1

Medan melakukan upaya sebagai langkah peningkatan kualitas output Madrasah, seperti,

menjalin kerjasama dengan mitra pendidikan, menjalin kerjasama dengan wali murid lewat kelas

moral, komite madrasah, serta membenahi sarana dan prasarana pembelajaran.

Adapun struktur organisasi yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

yaitu:145

Ketua komite : DR. H. M. Yusuf Harahap SE. M.SI

Kepala Madrasah : H. Ali Masran Daulay, S.Pd. MA

Wakil kepala Madrasah

Bidang kurikulum :Drs. Adil, M.Si

Bidang kesiswaan :Drs. Sunariadi

Bidang sarana dan prasarana :Drs. Kurnia Sanjaya Bahagia S.Ag, M.Sc

Bidang humas : H. Muhammad Basri. MA

Bidang MGMP : Dewi Arisanti, S.Pd

Bidang keagamaan : Drs. H. Amin

Kepala tata usaha : Abdul Jalil, SE, M.Si

Daftar nama-nama Wali Kelas Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

Kelas Wali Kelas Guru Keterangan

X IPA-1 Dra. Hj. Yusnah Bahasa Arab PNS

145 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 75: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

75

X IPA-2 Dra. Hj. Ratna Malawati,

M.Pd

Fisika PNS

X IPA-3 Dra. Minarni Nst Ekonomi PNS

X IPA-4 Hj. Yaumi Adlina Lbs, S.Pd B.Indonesia PNS

X IPA-5 Mirna Ningsih, S.Pd B.Jerman PNS

X IPA-6 Azwan Aqsha, S.Ag Matematika PNS

X IPA-7 Dra. Hj. Masrah MG A.Akhlak PNS

X IPA-8 Drs. H. Samsul Bahri Fsika PNS

X IPA Pertiwi Drs. Lahaman PNS

X. Ilmu Agama-

1

Khairunnisa Boru Manik,

S.Ak

A.Hadis PNS

X Ilmu Agama-

2

Sriani Lubis, S.Ag B.Inggris PNS

X IPS-1 Hasmita Maya, M.Pd B.Indonesia PNS

X IPS-2 Dra. Minarni Nst Ekonomi PNS

X IPS-3 Dra. Ernita Siregar Sosiologi PNS

X IPS-4 Ahmad Yaser Daulay, S.Pd Penjas Honor

X IPS-5 Sri Washyuni, S.Pd PKN Honor

XI IPA-1 Nur Azizah S.Ag B.Inggris PNS

XI IPA-2 Hj. Masrah, S.Pd.I Quran Hadis PNS

XI IPA-3 Hj. Zaidar Fitriana S.Pd Matematika PNS

XI IPA-4 Siti Aminah Br Ginting Kimia PNS

XI IPA-5 Dra. Murniati KS B.Indonesia PNS

XI IPA-6 Herawati Dongoran, M.Pd Biologi PNS

XI IPA-7 Lisna Sari Sormin B.Inggris PNS

XI IPA-8 Drs. Hmdah Syarif, M.Pd.I Fisika PNS

XI Ilmu Agama-

1

M. Yamin, SS, S.Pd B.Indonesia Honor

XI Ilmu Agama-

2

Khairi Pusanto S.Pd.I B.Arab Honor

XI IPS-1 Dra. Hj. Fatimah Betty Matematika PNS

Page 76: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

76

XI IPS-2 Vera Andriani, S.Sos, M.Pd Sosiologi PNS

XI IPS-3 Dra. Hj. Firmawati Ekonomi PNS

XI Ilmu Bahasa Siti Salmi, M.Pd, M.Hum B.Inggris PNS

XII IPA-1 Maisarah, S.Pd, M.Si Biologi PNS

XII IPA-2 Dra. Hj. Dewi Aprianti,

M.Pd

Biologi PNS

XII IPA-3 Rosmaid a Siregar, S.Pd B.Indonesia PNS

XII IPA-4 Dra. Marwiyah A.Akhlak PNS

XII IPA-5 Asnali Putra Nst, S.T Kimia PNS

XII IPA-6 J uliana S.Pd, M.P Mat Matematika PNS

XII Ilmu Agama Dra. Hj. Basyirah B.Arab PNS

XII IPS-1 Dra. Nur Afrida, S.Pd B.Indonesia PNS

XII IPS-2 Nurkadrah, S.Pd B.Inggris PNS

XII-IPS-3 Dra. Hj. Syariah Lubis Sosiologi PNS

Pada tanggal 17 Januari 2009 pada peringatan hari ulang tahun (HUT) Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Medan yang ke 30, dikukuhkan dewan pakar Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

1 Medan yang diketuai oleh Prof. Dr. Abdul Muin Subuea. M.Pd. Adapun susunan lengkap

dewan pakar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan sebagai berikut:

A. Bidang IPA

1. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea. M.Pd

2. Prof. Dr. Eng. A. Rahim Matondang M.Sc

3. Prof. Dr. Dian Armanto M.Sc

4. Prof. Dr. Harun Sitompul. M.Pd

5. Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.Si

6. Dr. Syarifuddin M.Sc

7. Dr. Hadan Saragih M.Pd

B. Bidang IPS

1. Prof. Dr. Saad Afifuddin. M.Si

2. Dr. H. Amiur Nuruddin. MA

3. Dr. H. Muhammad Yunus. M.Si

Page 77: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

77

4. Dr. Deded Ruslan. M.Si

5. Dr. Sahyar. M.Si

C. Bidang Bahasa dan Seni

1. Prof. Dr. Amrin Saragih. MA

2. Prof. Dr. Khairul Asyari. M.Pd

3. Dr. Matsuhito Solin. M.Pd

D. Bidang Keagamaan

1. Prof. Dr. H. Syahrin Harahap. MA

2. Prof. Dr. Ahmad Fadhil Lubis. MA

3. Prof. Dr. Haidar Purta Daulay. MA

4. Prof. Dr. Nawir Yuslem. MA146

Untuk mengontrol mutu dalam satuan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1

Medan mempunyai catatan mutu ialah sebagai berikut:

1. Peraturan dan tata tertib madrasah

2. Surat pemberitahuan tata tertib

3. Surat pernyataan mematuhi peraturan

4. Surat laporan pelanggaran disiplin

5. Berita acara hasil pembinaan siswa

6. Surat pernyataan siswa

7. Surat panggilan orang tua

8. Surat perjanjian orang tuaatan

9. Berita acara hasil rapat dewan kehormatan

10. Surat pengembalian siswa kepada orang tua

11. Surat izin pulang

12. Surat izin permisi

13. Surat izin masuk

14. Buku kasus siswa

Dalam pelaksaan pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan Wakil

kepala bidang kesiswaan memiliki peran yang sangat penting. Tujuan dari prgram kesiswaan di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Medan disusun untuk memastikan bahwa pelaksanaan

146 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 78: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

78

pembinaan disiplin dan pendidikan akhlak siswa sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai

dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

Kegiatan dalam prosedur ini mencakup semua aktifitas yang berkaitan dengan

kedisipllinan siswa yang meliputi:

1. Pembuatan/penyususnan peraturan dan tata tertib amadrasah

2. Sosialisasi peraturan dan tat tertib madrash kepada siswa dan orang tua/wali siswa

3. Pelaksaan pembinaan disiplin dan pendidikan akhlak siswa atas peraturan dan tat tertib

madrasah.

4. Penanganan pelanggaran disiplin siswa atas peraturan dan tata tertib madrasah.

5. Penegnaan sanksi atas pelanggaran disiplin siswa atas peraturan dan tata tertib madrasah.

6. Administrasi pelakasanaan pembinaan dan penanganan disiplin siswa.

7. Pelaporan pelanggaran disiplin siswa.

adapun tanggung jawab bidang kesiswaan adalah:

1. WKM kesiswaan bersama dengan tim penyusun peraturan dan tata tertib madrasash

bertanggung jawab menysusun dan mensosialisasikan peraturan dan tata tertib tersebut

kepada siswa dan orang tua/wali setiap tahun ajaean baru.

2. WKM Kesiswaan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan pembinaan

dan penanganan disiplin siswa dapat terlaksana dengan baik dan terkendali.

3. WKM Kesiswaan berkordinasi dengan guru dan wali kelas, pembina akademis, guru

bimbinga konseling serta seluruh personil pendidik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan dalam pelaksaan dan pembinaan disiplin siswa.

4. WKM Kesiswaan bertanggung jawab atas administrasi pelaksanaan dan pembinaan dan

penanganan disiplin siswa serta pelaporan pelanggaran disiplin siswa.

Adapun program kesiswaan dalam menerapkan disiplin siswa adalah sebagai berikut:

1. Displin adalah norma atau kebiasaan siswa untuk mentaati peraturan dan untuk tertib

yang telah diterapkan

2. Pelaksanaan pembinaan disiplin siswa adalah aktivitas yang dilakukan oleh seluruh

personil pendidik dan tenaga kependidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan di

awasi dan memonitor siswa yang berada dilingkungan madrasah atau berada di luar

lingkungan madrasah.

Page 79: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

79

3. Penanganan pelanggaran disiplin siwa adalah altivitas yang dilakukan sebagai proses

pembiasaan terhadap siswa yang melakukan pelanggaran peraturan dan tata tertib

madrasah.

4. Pengenaan sanksi atas pelanggaran disiplin berdasarkan kadar kesalahan, diatur

peraturqan dan tata tertib madrasah.

5. Adaministrasi pelaksaan dan pembinaan dan penanganan disiplin siswa dan dokumen

pendukung yang diperlukan dalam rrangkan pembinaan disiplin siswa.147

Tata tertib Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

N

O

Uraian Prosedur Kriteria keberhasilan

1 Pembuatan atau penyusunana

peraturan dan tata tertib

madarasah.

2 WKM Kesiswaan bersama tim

penyusun peraturan dan tata

tertib madrasah menyiapkan draf

peraturan dan tata tertib

madrasah.

1. Peraturan dan tata tertib sudah

siap untuk di sosialisasikan .

2. Peraturan dan tata tertib

madrasah telah selesai disusun

paling lama seminggu sebelum

tahun ajaran.

3. Dokumen terkait berupa

peeraturan dan tata tertib

madrasah telah disahkan oleh

kepala seklah.

3 Sosialisasi peraturan dan tata

tertib madrasah.

4 WKM Kesiswaan bersama wali

kelas serta seluruh personil

pendidik dan tenaga

kependidikan mensosialisasikan

peraturan dan tata tertib madrsah

4. Peraturan dan tata tertib telah

diketahui atau diterima oleh

siswa dan orang tua atau wali

siswa dengan menanda tangani

surat pemberitahuan peraturan

147 Dokumen Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 80: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

80

kepad siswa ddan orang tua atau

wali

dan tata tertib madrasah waktu

sosialisasi paling lama 2minggu

setelah awal tahun pelajaran baru

dimulai.

5 Pelaksanaan pembinaan disiplin

siswa atas peraturan dan tata

tertib madrasah.

6 WKM Kesiswaan dan seluruh

personil pendidik dan tenaga

kependidikan yang ada di

Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

1 Medan melakukan pengawasan

dan pembinaan terhadap siswa

Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

1 Medan.

5. Seluruh personil pendidik dan

tenaga kependidikan aktif dan

bertanggung jawab atas

pelaksanaan pembinaan disiplin

siswa.

7 Pelaksanaan pembinaan disiplin

siswa dilakukan sesuai dengan

peraturan dan tata tertib yang

sudah diterapkan .

8 Pelaksanaan pembinaan

dilakukan sejak siswa hadir di

gerbang madrasah dan sampai

siswa meninggalkan madrasah.

9 Penangnan pelanggaran disiplin

siswa atas peraturan dan tata

tertib madrasah.

10 Apabila guru atau personil

pendidik dan tenaga

kependidikan menemukan

pelanggaran disiplin maka guru

atau personil pendidik dan

6. Dokumen terkait berupa surat

laporan pelanggaran disiplin

yang ditandatangani oleh

pihakyang melaporkan kejadian.

Page 81: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

81

tenaga kependidikan yang

bersangkutan menyerahkan

laporan kepada wali kelas dan

guru pembimbing akademis.

11 Wali kelas dan guru pembimbing

akademis melakukan pembinaan

terhadap siswa yang melakukan

pelanggaran disiplin.

7. Dokumen terkait berupa berita

acara hasil pembinaan siswa.

12 Wali kelas menyerahkan surat

laporan pelanggaran disiplin dan

berita acara hasil pembinaan

siswa kepada Bimbingan

Konseling (BK) kemudian

dilaporkan ke WKM kesiswaan

atau stafnya.

8. WKM Kesiswaan telah

menerima laporan pelanggaran

disiplin siswa.

13 Hasil pembinaan setiap siswa

dicatat pada buku kasus yang ada

pada guru Bimbingan Konseling

(BK) dan WKM ksiswaan.

9. Dokumen terkait berupa buku

kasus siswa.

14 Pengenaan sanksi atas

pelanggaran disiplin siswa atas

peraturan dan tata tertib

madrasah.

15 Pengenaan sanksi dilakukan

berdasarkan banyaknya

pelanggaran disiplin yang telah

dilakukan siswa serta

berdasarkan kadar kesalahan

yang dilakukan siswa

berpedoman pada peraturan dan

tata tertib madrasah.

10. Dokumen terkait berupa surat

laporan pelanggaran disiplin,

berita acara hasil pembinaan

siswa, surat pernyataan siswa,

surat panggilan orang tua, surat

perjanjian orang tua, surat

pernyataan mematuhi peraturan,

berita acara hasil rapat dewan

Page 82: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

82

kehormatan, surat pengembalian

siswa kepada orang tua siswa

atau wali. (a). Kepala madrasah

menerima laporan kasus siswa.

(b) dokumen terkait berupa sikap

atau hasil laporan siswa

16 Pelaporan pembinaan

pelanggaran disiplin siswa.

11. WKM Kesiswaan bertanggung

jawab atas catatan atau rekaman

kegiatan disiplin siswa.

17 WKM Kesiswaan menyusun

rekapitulasi laporan kasus siswa

kepada kepala Madrasah setiap

akhir semester.

18 Semua catatan atau rekaman

yang berhubungan dengan

kegiatan penanganan

pelanggaran disiplin harus

disimpan dan dipelihara oleh

WKM Kesiswaan.

Sumber: Dokumen Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Untuk mengkontrol mutu dalam satuan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan mempunyai aturan mutu ialah sebagai berikut:

1. Peraturan dan tat tertib madrasah.

2. Surat pemberitahuan tata tertib.

3. Surat pernyataan mematuhi peraturan.

4. Surat laporan planggaran disiplin.

5. Berita acara hasil pembinaan siswa.

6. Surat pernyataan siswa.

7. Surat panggilan orang tua.

8. Surat perjanjian orang tua.

9. Berita acara hasil rapat dewan kehormataa.

Page 83: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

83

10. Surat pengembvalian siswa kepada orang tua.

11. Surat izin pulang.

12. Surat izin permisi.

13. Surat izin masuk.

14. Buku kasus siwa.148

Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan kriterian keberhasilan dalam bidang

kesiswaan yitu terdapat indikasi keberhasilan berupa pelaksanaan tata tertib sekolah dan

perangkat pembinaan disiplin siswa. Yang dimaksud dengan tata tertib siswa adalah seluruh

ketentuan atau peraturan yang wajib dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan oleh setaip siswa dan

siswi, tata tertib siswa merupakan usaha untuk mematuhi ketentuan yang berlaku di Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, tata tertib tersebut sebagai beriku:

1. Pakaian seragam

a. Pakaian seragam siswa putra:

a) Baju kemeja putih model sport lengan pendek, memakai saku tanpa tutup di

sebelah kiri dada, baju dimasukkan ke dalam celana serta harus kelihatan tali

pinggang. Atribut pada baju harus lengkap, lambang ikhlas beramal di dada kiri,

nama siswa di dada kanan dan tulisan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan di lengan

baju sebelah kanan.

b) Celana panjang warna abu-abu biasa, lebar bagian bawah tidak menyempit, saku

biasa di samping kiri dan kanan, di belakang satu di sebelah kanan memakai

tutup.

c) Tali pinggang warna hitam lebar.

d) Kaus kakai warna putih.

e) Sepatu untuk putera bentuk rendah warna hitam polos, bahan dari kain atau kulit.

f) Pakaian olah raga sesuai dengan ketentuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.

g) Diwajibkan memakai topi pet pada waktu upacara hari senin dan upacara hari-hari

besar tidak dibenarkan memakai peci kecuali peci warna hitam di lingkunagn

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.

b. Pakaian seragam siswi puteri

148 Dokumen Urusan Tata Usaha Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 84: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

84

a) Blus berwarna putih panjang sampai di atas lutut, lengan panjang memakai

manset, memakai kancing, leher bulat.

b) Memakai jilbab, warna putih diberi pita warna hitam dari tepi jilbab, pita

dimasukkan ke jilbab dengan cabut benang.

c) Rok panjang warna abu-abu sampai mata kaki dengan lipatan jumpa di depan

tanpa belahan, memakai saku samping.

d) Kaus kaki panjang warna putih polos.

e) Atribut pada baju lengkap.

f) Sepatu model pentopel tanpa tali, bentuk rendah, warna hitam polos, bahan dari

kain atau kulit.

c. Pakaian seragam pramuka siswa putra.

a) Kemeja lengan pendek, kerah model sport, memakai dua saku dengan tutup warna

coklat muda.

b) Lengan baju kanan berturut dari atas: Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara.

c) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.

d) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting boy.

e) Tali pinggang lebar warna hitam.

f) Kaus kaki warna hitam polos.

g) Sepatu hitam bentuk tumit rendah dengan tali sepatu warna hitam polos dari kain

atau kulit.

h) Pakaian pramuka lapangan tidak dibenarkan diapakai di lingkungan madrasah.

d. Pakaian seragam pramuka untuk siswa putri

a) Blus panjang pakai kancing, pakai kerah senyawa dan memakai kancing warna

coklat.

b) Lengan baju kanan berturut di atas: Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara.

c) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.

d) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting girl.

e) Memakai jilbab warna coklat tua polos.

f) Rok panjang sampai mata kakai dengan lipatan jumpa di depan, saku tersembunyi

di samping.

g) Kaus kaki panjang warna hitam polos.

Page 85: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

85

h) Sepatu warna hitam polos tanpa tali, tumit rendah, dan bahan dari kaian atau kulit.

e. Penataan rambut (khusus untuk siswa putra)

a) Bagain belakang tidak kena kerah baju.

b) Bagian samping tidak kena telinga.

c) Bagain atas dan di depan panjang maksimal 4 cm.

d) Rambut tidak boleh diberi warna dan disisir secara rapi.

f. Masuk sekolah

a) Siswa-siswi harus berada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan paling

lambat setelah pukul 07:15 WIB

b) Siswa-siswi yang terlambat setelah pukul 07:30 tidak dibenarkan mamasuki

kelasnya untuk mengikuti pelajaran dan harus menghadap kepada guru piket dan

BK

c) Siswa-siswi tidak dapat hadir mengikuti pelajaran karena sakit atau halangan

penting harus menunjukkan surat yang sah atau memberikan secara langsung oleh

orang tua atau wali jika sakit lebih dari 3 hari wajib memberikan surat keterangan

dokter ke madrasah.

d) Siswa-siswi yang tidak mengikuti proses belajar mengajar 90% dari jam tatap

muka, maka tidak memenuhi syarat untuk naik kelas.

g. Waktu belajar

a) Sebelum belajar dimulai pada jam pertama, siswa-siswi terlebih dahulu berdoa

dengan membaca ayat-ayat Alquran lalu member salam kepada guru dipimpin

oleh seorang siswa yang ditunjuk, demikian juga pada akhir pelajaran membaca

ayat-ayat Alquran, siswa-siswi memberi salam kemudian siswa-siswi keluar

secara teratur dan rapi lalu disusul oleh guru yang bersangkutan.

b) Absensi kelas dan buku batas belajar sudah diisi sekretaris kelas sebelum

pelajaran dimulai dan diserahkan ke petugas piket pada jam pelajaran terakhir

selesai untuk direkap dalam buku harian petugas piket dan selanjutnya diserahkan

secara berkala kepada petugas BK.

c) Siswa-siswi harus menyediakan sendiri alat-alat tulisnya ataupun perlengkapan

lainnya agar tidak menganggu proses belajar.

Page 86: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

86

d) Setiap siswa-siswi harus memelihara dan menjaga setiap sarana dan prasarana

belejar dilingkungan madrasah.

e) Siswa-siwi harus senantiasa bersikap sopan santun terhadap guru, pegawai,

sesama teman dan tamu.

f) Selama proses belajar mengajar berlangsung siwa-siswi harus pada tempat

belajar.

g) Siswa-siswi tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru yang bersangkutan.

h) Waktu penukaran jam pelajaran siswa-siwi harus berada di dalam kelas, jika 5

menit berikutnya guru yang mengajar belum hadir, ketua kelas melapor kepada

petugas piket atau PKM.

h. Waktu istirahat.

a) Siswa-siswi yang duduk di depan kelas atau teras sebaiknya memberi salam

kepada guru, pegawai, tamu yang pantas dihormati jika lewat dihadapan siswa-

siswi dengan cara berdiri ditempat atau memberi salam.

b) Siswa-siswi selama istirahat tetap berada dalam kompleks Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Medan dan tidak boleh keluar lingkungan Madrasah Aliyah

Negeri (MAN) 1 Medan tanpa seizin piket dan satuan pengamanan.

c) Pada saat istirahat kedua, siswa-siswi diharapkan telah siap untuk pelaksanaan

salat zuhur berjamaah sebelum azan berkumandang.149

B. Temuan Khusus

1. Perencanaan pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan merupakan salah satu madrasah yang

menkankan perlunya pendidikan akhlak bagi seorang siswa. Semua pegurus struktur organisasi

pada madrasah mendukung untuk dilakukan pendidikan akhlak bagi siswa sehingga nanti siswa

menjadi murid yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. Untuk mewujudkan cita-

cita yang tertuang dalam visi dan misi yang ada pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN)1 Medan

diadakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktur organisasi dan pendekatan pembelajaran.

Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, ia menejelaskan bahwa penting

pendidikan akhlak bagi siswa:

149 Dikutip dari Peraturan Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

Page 87: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

87

“Pendidikan akhlak sesuatu yang sangat penting dilaksanakan pada era sekarang ini, terutama pada era iptek, yaitu era ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi pendidikan akhlak diperlukan untuk menyikapi itu.”150

Pendidikan akhlak yang dilakukan oleh madrasah harus mendapat dukungan dari

keluarga sianak dan lingkungannya. Dalam hal inipihak Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan menyadari hal tersebut, sehingga perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan

akhlak dilingkungan sekolah. Kebijakan yang dilakukan adalah terbagi kepada dua bentuk, yaitu

pendidikan akhlak secara umum yang berlaku dilingkungan sekolah dan pendidikan akhlak yang

berlaku didalam kelas.

Pendidikan akhlak yang berlaku secara umum itu melibatkan semua pihak yang berkaitan

dengan proses pendidikan dilingkungan madrasah yaitu siswa, semua guru bidang studi dan

pegawai serta kepala madrasah. Mereka itu semua terlibat langsung dengan pendidikan akhlak di

lingkungan madrasah.

Setiap pihak yang terlibat untuk pendidikan akhlak harus selalu mengacu kepada

kedisiplinan, baik itu guru, pegawai dan sisiwa. Oleh karena itu kepala madrasah menjelaskan:151

“Kedisiplinan ditanamkan bagi jiwa siswa. Tapi itu semua tidak akan berhasil apabila guru dan pegawai yang ada di madrasah ini tidak disiplin. Bagaimana mungkin murid tidak akan terlambat, apabila guru dan pegawai sering terlambat. Oleh karena itu di madrasah ini, kepala madrasah, guru pegawai dan siswa harus disiplin, tidak ada yang boleh terlambat, walaupun ia adalah seorang guru. Karena disiplin harus dimulai dari guru. Begitulah cara menanamkan akhlak pada siswa. Guru juga harus menghormati saya, supaya siswa menghormati guru. Hidup untuk saling menghormati perlu ditanamkan kepada siswa”.Bagi kepala madrasah, penanaman disiplin terhadap siswa dimulai dari pribadi guru yang

mengajarkan siswa. Ini merupakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan teori

pendidikan Islam yang lebih dikenal dengan teori uswatun hasanah atau dalam teori pendidikan

disebut dengan imitasi.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam implementasi pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah

membuat perencanaan. Perencanaan merupakan faktor yang sangat mendukung dan memegang

peranan penting dan sangat urgen dalam suatu pendidikan.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala madrasah dijelaskan bahwa.

150Ali Masran Daulay, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

151Ali Masran Daulay, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

Page 88: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

88

“Yang terlibat dalam proses perencanaan pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah, guru mata pelajaran pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran yang lain.”152

Penjelasan di atas senada dengan yang diungkapkan oleh guru akidah akhlak bahwa:

“Pihak yang berperan dalam proses perencanaan pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah, guru pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran yang lain.”153

Penjelasan senada juga di ungkapkan oleh guru akidah akhlak dan merupakan wali kelas X IK bahwa:

“Pihak yang berperan dalam proses perencanaan pendidikan akhlak di MAN 1 ini adalah kepala madrasah, guru akidah akhlak, dan guru mata pelajaran yang lainnya”154

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kepala madrasah dan seluruh guru berperan serta

dalam proses perencanaan pendidikan akhlak. Guru-guru berdiskusi untuk merumuskan akhlak

dan karakter-karakter yang ditanamkan pada diri siswa.

Selanjutnya, terkait dengan waktu perencanaan, berdasarkan wawancara dengan kepala

sekolah bahwa:

“Perencanaan implementasi pendidikan akhlak dilakukan di awal tahun ajaran dan di awal semester. Pada tahun ajaran, perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus. Sedangkan perencanaan di awal semester lebih memfokuskan pada mempersiapkan RPP.”155

Berdasarkan wawancara dengan guru akidah akhlak, dijelaskan bahwa:

“Perencanaan implementasi pendidikan akhlak dilakukan di awal semester.”156

Berdasarkan desktiptif di atas, maka perencanaan implementasi pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter dilakukan di awal tahun pelajaran dan di awal semester. Jadi,

sebelum memberikan pelajaran, guru telah mempersiapkan perencanaan pembelajaran berupa

silabus dan RPP dari materi yang akan diajarkan dengan tetap mencantumkan nilai-nilai akhlak

dan karakter yang akan ditanamkan di setiap RPP.

Selanjutnya, berdasarkan wawancara dengan Kepala madrasah ada beberapa aspek yang

direncanakan dalam implementasi pendidikan akhlak yaitu:

“Tenaga pendidik, kegiatan belajar mengajar, dan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan. Dalam hal tenaga pendidik, kepala sekolah memberikan arahan dan

152 Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

153 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017

154Khairunnisa Br Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dan Wali Kelas X IIK Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 10 Mei 2017

155Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017156 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan

tanggal 5 Mei 2017

Page 89: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

89

pemahaman tentang implementasi pendidikan akhlak dan menginstruksikan kepada guru untuk membuat perencanaan pembelajaran seperti silabus dan RPP. Dalam kegiatan belajar, kepala sekolah menginstruksikan kepada setiap guru untuk memasukkan nilai pendidikan akhlak dan juga mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap pelajaran dan saling bertukar pikiran mengenai pengintegrasian pendidik akhlak dan karakter dalam setiap pelajaran. Selanjutnya guru-guru bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan.”157

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa ada tiga aspek yang direncanakan dalam

perencanaan pendidikan akhlak, pertama tenaga pendidiknya yang mana memfokuskan pada

pemberian bekal pengetahuan kepada guru dalam mengembangkan pendidikan karakter dalam

pendidikan akhlak. Kedua, kegiatan pembelajaran berusaha untuk mempersiapkan pembelajaran

sebaik mungkin dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP. Ketiga,

nilai-nilai pendidikan karakter yang akan dikembangkan pendidikan akhlak dalam setiap mata

pelajaran.

Sementara itu ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan dalam

pendidikan akhlak sebagaimana dijelaskan oleh kepala madrasah:

“Dalam tahapan perencanaan pendidikan akhlak, langkah awal dilakukan yaitu melakukan sosialisasi kepada seluruh guru. Dalam kegiatan sosialisasi ini, guru-guru diarahkan untuk mengimplmentasikan pendidikan akhlak dilingkungan madrasah. Kemuadian, kepala madrasah bersama seluruh guru bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak yang nantinya akan di tanamkan pada diri siswa. Setelah nilai-nilai karakter sudah dikembangkan dengan pendidikan akhlak, guru kemudian membuat silabus dan RPP dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakter tersebut. Selain itu guru-guru juga diinstrukiskan untuk membiasakan siswa dengan perilaku baik di dalam lingkungan madrasah seperti mengucapkan salam dan mencium tangan ketika bertemu.”158

Terkait dengan penjelasan di atas berdasarkan wawancara dengan guru akhlak bahwa ada

beberapa nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak yaitu:

“Religius, jujur, toleransi, disiplin,kerja keras, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi , gemar membaca, pduli sosial.”159

Menurut guru bidang studi akidah akhlak dan wali kelas X Ilmu-Ilmu

Keagamaanmenjelaskan bahwa nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan akhlak

yaitu:160

157Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017158Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017159Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan

tanggal 5 Mei 2017

Page 90: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

90

“Religius, jujur, toleransi, disiplin,kerja keras, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi , gemar membaca, pduli sosial”

Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa ada beberapa nilai karakter yang akan

dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan pendidikan akhlak yaitu niali religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

gemar membaca, peduli sosial.

2. Strategi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bahwa ada dua pendekatan yang dilakukan untuk

pendidikan akhlak yaitu secara struktur organisasi dan pendekatan pembelajaran di dalam kelas.

Unttuk pendidikan akhlak dengan pendekatan struktur organisasi, tentu ada pihak –pihak yang

terlibat dalam penddikan akhlak terebut.

Menurut kepala madrasah yaitu:

“Struktur organisasi yag turut dalam pendidikan akhlak di Madrasah ini secara langsung adalah guru bidang studi, guru piket, guru bidang kesiswaan, wakil kepala madrasah dan kepala madrasah.”161

Guru piket adalah guru yang pertama kali terlibat dengan pendidikan akhlak. Guru piket

di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 bertugas sebagai berikut:

1) Memperhatikan dan membunyikan bel masuk, pergantian pelajaran, istirahat dan pulang.

2) Memperhatikan siswa yang sedang melaksanakan KBM, UPB, senam, baris-berbaris,

sebelum masuk kedalam kelas, istirahat dan pulang.

3) Memberi izin kepada siswa yang meminta surat izin, masuk, keluar, pulang karena alasan

yang diterima.

4) Menertibkan siswa di dalam kelas jika guru bidang studi berhalangan hadir.

5) Mengawasi pelaksanaan salat zuhur berjamaah di masjid.

6) Memberi sanksi yang mendidik kepada siswa yang melanggar dan tata tertib Madrasah.

7) Mengarhkan dan melayani tamu yang datang ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan.

8) Mengisi daftar hadir dan memeperhatikan absensi guru.

9) Mengisi kartu kendali siswa.

160 Khairunnisa Br Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak dan Wali Kelas X IIK Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 10 Mei 2017

161Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

Page 91: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

91

10) Menandatangani absensi guru dan mengumpulkan berkas piket untuk ditandatangani

kepala madrasah setelah KBM berakhir.

11) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diserahkan kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

1 Medan.162

Menurut kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan sebagai berikut:

”Guru piket adalah guru yang langsung bertugas untuk melatih siswa disiplin. Dengan tugas-tugas yang telah ditentukan, guru piket bertanggung jawab agar membiasakan siswa untuk disiplin di dalam kelas, di luar kelas dan dilingkungan kelas. Guru yang memperhatikan siswa mulai dari masuk pekarangan sekolah hingga ke luar pekarangan sekolah.guru piket memperhatikan tingkah laku siswa selama didalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu, guru piket berada diluar kantor selama proses belajar mengajar dimulai dan berakhir.”163

Pendidikan akhlak tidaknya sebagai teori, tetapi ia membutuhkan contoh dan pembiasaan.

Disiplin adalah salah satu bentuk akhlak yang mulia. Karena ia membutuhkan contoh dan

pembiasaan. Disiplin di lingkungan sekoloah harus dicontohkan oleh guru dan dibiasakan. Guru

harus mengawasi pelaksanaan disiplin. Untuk mengawasi dilaksanakan oleh guru piket.

Sedangkan untuk melatih disiplin siswa di dalam kelas adalah tugas guru bidang studi.

Guru bidang studi bertugas untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal

yang ditentukan dan melaporkan kepada guru piket atau guru BP apabila ada siswa yang

melanggar peraturan tata tertibsiswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.

Selama dalam proses belajar mengajar, ada beberapa peraturan yang ditentukan oleh

pihak madrasah, yaitu:

1. Sebelum belajar dimulai pada jam pertama, siswa-siswi terlebih dahulu berdoa

dengan membaca ayat-ayat Alquran lalu member salam kepada guru dipimpin oleh

seorang siswa yang ditunjuk, demikian juga pada akhir pelajaran membaca ayat-ayat

Alquran, siswa-siswi memberi salam kemudian siswa-siswi keluar secara teratur dan

rapi lalu disusul oleh guru yang bersangkutan.

2. Absensi kelas dan buku batas belajar sudah diisi sekretaris kelas sebelum pelajaran

dimulai dan diserahkan ke petugas piket pada jam pelajaran terakhir selesai untuk

direkap dalam buku harian petugas piket dan selanjutnya diserahkan secara berkala

kepada petugas BK.

162Dokumen Urusan Piket Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan163Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

Page 92: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

92

3. Siswa-siswi harus menyediakan sendiri alat-alat tulisnya ataupun perlengkapan

lainnya agar tidak menganggu proses belajar.

4. Setiap siswa-siswi harus memelihara dan menjaga setiap sarana dan prasarana belejar

dilingkungan madrasah.

5. Siswa-siwi harus senantiasa bersikap sopan santun terhadap guru, pegawai, sesama

teman dan tamu.

6. Selama proses belajar mengajar berlangsung siwa-siswi harus pada tempat belajar.

7. Siswa-siswi tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru yang bersangkutan.

8. Waktu penukaran jam pelajaran siswa-siwi harus berada di dalam kelas, jika 5 menit

berikutnya guru yang mengajar belum hadir, ketua kelas melapor kepada petugas

piket atau PKM.

Proses pembelajaran dengan membaca Alquran sudah mendidik anak sejak usia muda

untuk selalu dekat dengan agama. Adapun doa sebelum memulai proses kegiatan belajar

mengajar dilakukan oleh siswa secara bergantian. Ini bertujuan untuk memohon kepada Allah

agar siswa dibantu dalam proses belajar mengajar dan melatih siswa untuk memimpin doa

ditengah masyarakat. Ini adalah salah satu cara untuk menerapkan pendidikan akhlak

dilingkungan sekolah.

Demikian juga untuk mengakhiri proses kegiatan belajar mengajar, siswa juga dibiasakan

untuk membaca ayat Alquran. Pembacaan ayat Alquran dilakukan secara bersama-sama dan

megucapkan salam. Semua kegiatan ini dipantau oleh guru yang mengajar pada jam pelajaran

terakhir. Setelah selesai, sambil meninggalkan kelas setiap siswa menyalam guru, itu dilakuakn

untuk mendidik siswa agar menghormati guru. Jabat tangan dengan guru adalah sebagai

pengakian secara sadar untuk menghormati guru dan menghilangkan semua perasaan yang tidak

baik ketika berlangsunya proses belajar mengajar. Dengan salam dan jabat tangan maka murid

memeinta maf kepada guru dan guru memaafkan murid ketika ada kesalahan dalam proses

belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan perasaan saling

menyayangi antara murid dan guru. Ini adalah salah satu cara untuk menanamkan akhlak yang

baik antara murid dengan guru.

Apabaila diamati dan dianalisa lebih mendalam, maka strategi pendidikan akhlak yang

dilakukan di luar kelas adalah pembelejaran akhlak secara uswatun hasanah. Situasi dan

lingkungan yang ada disekitar siswa akan membentuk karakter siswa. Dengan demikian, proses

Page 93: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

93

pergalan yang ada dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan adalah merupakan

edukasi yang dalam istilah Islam disebut dengan tarbiyah.

Strategi penerapan pendidikan akhlak dalam kelas, berdasarkan hasil observasi dan

wawancara yang dilakukan, pembelajaran pendidikan akhlak di dalam kelas ditempuh dengan

model pembelejaran langsung atau disebut dengan direct instruction atau active learning.

Penyebutan ini mengacu pada gaya guru yang terlibat langsung aktif dalam mengusung isi

pelajaran kepada pesrta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada selurh kelas teor

pendukung pembelajaran ini adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosia, berdasarkan kedua

teori ini, pembelejaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku.164

1. Mencatat

Berdasrkan pengamatan yang dilakukan, guru memerintahkan siswa untuk mencatat apa

yang sudah menjadi eksimpulan guru tentang materi yang diajarkan. Ketikan ditanyakan kepada

guru yang bersangkutan, mengapa siswa harus mencatat materi ajar, padahal zaman sekarang

sudah ada buku paket atau mungkin melalui media. Jawaban yang sangat menarik dari gruu

bidang studi adalah bahwa menurutnya, ateri yang dicatat adalah hasil kesimpulan yang sudah

disimpulkan oleh guru. Dengan catatan ini siswa secara perlahan akan mendengar, melihat,

mencatat dan memahami materi yang sudah ada.

2. Menjelaskan

Setelah siswa mencatat hal-hal yang penting, yang didiktekan oleh guru, maka guru

biasanya menjelaskan materi yang ada. Guru menjelaskan materi-materi yang membutuhkan

penjeasan, contohatau untuk merangsang siswa sehingga mereka memahami materi yang

diajarkan. Menurut guru pelajaran akidah akhlak bahwa pnejelasan sanagt dibutuhkan untuk

materi-materi yang berkaitan dengan apa yang dirasakan dan dihadapai siswa. Guru akan

memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang apa yang disebut dengan sabar,

tawakkal, iktiar. Guru memeberikan contoh tentang adab kepada orang tua dan guru. Dengan

contoh ini siswa bisa memeahami dan menghayati materi yang ada. Untuk memberikan contoh-

contoh tentang materi yang sedang diajarkan, guru lebih sering memberikan cerita kepada siswa.

3. Memberi kesempatan kepada siswa dan siswi untuk bertanya

Dalam proses belajar mengajar, guru lebih suka mengmbangkan pembelajaran aktif fan

coperatif. Siswa dilibatkasn dalam proses belajar. Apabila penjelasan dari guru telah selesai,

164 Agus Suprijono, Coperative Learning, cet. 9 (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2013), h. 46

Page 94: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

94

maka guru memberikan kesempatan kepada siswa dan siswi untiuk bertanya dan memberikan

komentar. Kesempatan ini harus dapat dimanfaatan siswa untuk memperluas pengetahuan

mereka tentang suatu pelajaran yang telah dilalui.

4. Latihan

Setiap proses belajar mengajar, guru sering memberian tugas kepada siswa. Tugas

tersebut ada yangdikerjakan di dalam kelas dan ada juga dikerjalan dirumah. Ada yang

dikerjakan secara sendiri dan ada juga yang dekerjakan secara kelompok. Tugas-tugas yang

diberikan kepada siswa ada dalam bentuk lembaran kerja dan ada jug dalam bentuk soal.

Lembaran kerja yang dimaksud adalah dimana guru membuat sebuah tabel, dimana di dalamnya

penuh dengan pernyataan bukan pertanyaan, siswa diberikan kesempatan untuk menganalisa

apakah setuju atau tidak stuju. Karena disadari atau tidak disadari bahwa di dalam mata pelajaran

akhlak kompetensi dasarnya dalah memeahami, menghayati, dan membiasakan diri.

5. Penutup

Pada akhir pembelajaran, seperti biasa guru selalu mengucapkan salam. Sedangkan

apabila mata pelajaran akhlak pada akhir jam pelajaran maka siswa bergiliran menyalam guru.

Ini berfungsi agar siswa dan guru saling memaafkan setelah terjadinya proses belajar mengajar.

Pendidikan akhlak yanhg dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas adalah sebuah proses atau

aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku

manusia atau peserta didik. Lingkungan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

merupakan suatu proses untuk memperngaruhi kebiasaan seseorang peserta didik menjadi

kebiasaan yang baik.

Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan dalam penidikan akhlak di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Medan merupakan dari Pembiasaan keteladanan,pembiasaan spontan dan

pembiasaan rutin oleh guru dan tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Medan, yaitu

Nilai yang dikembangkan Bentuk Pelaksanaan

Relegius 1. Guru berdoa bersama persrta didik sebelum

dan sesudah jam pelejaran.

2. Guru dan tenaga pendidik beserta

siswa/siswi melakukan salat dhuha secara

ketika jam istirahat.

Page 95: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

95

3. Mengingatkan peserta didik yang tidak

melaksanakan ibadah dan memberi sanksi.

4. Setiap pergantian jam pelajaran siswa

membaca hamdalah secara bersama.

5. Guru dan tenaga kependidikan tidak ada

yang merokok sebagai teladan untuk

siswa/siswi juga tamu.

6. Guru dan tenaga pendidik bersama

siswa/siswi melakukan salat zuhur

berjamaah.

7. Guru tidak berkata kasar ketika

berkomunikasi baik sesama guru atau dengan

siswa/siswi.

8. Peserta didik diminta untuk mengucapkan

salam sebelum dan sesudah kegiatan, jika

bertemu dengan guru bersalaman dan

bertindak dengan sopan.

9. Saling bersalaman antar guru yang sejenis

jika bertemu dan diikuti oleh siswa yang

hanya bersalaman dengan sejenis pula, baik

dengan guru maupun siswa.

10. Mengetuk pintu sebelum masuk kedalam

ruangan orang lain maupun kelas.

Kedisiplinan 1. Jam 07:30 waktu masuk kelas.

2. Mengadakan apel atau baris pagi setiap hari

dipimpin oleh siswa yang bertugas.

3. Siswa yang melanggar peraturan diberikan

sanksi.

4. Meminta maaf.

5. Siswa yang ingin bertanya kepada gurunya

terlebih dahulu mengacungkan tangan atau

Page 96: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

96

mengangkat tangan.

6. Bila berhalangan hadir ke Madrasah maka

harus ada surat pemberitahuan.

7. Guru dan pegawai madrasah berpakaian

rapid an syar;i.

8. Apabila ada siswa tidak rapi rambutnya

maka akan dicukur.

9. Mematuhi waktu mulai dan selesai jam

pelajaran.

Peduli lingkungan 1. Guru dan tenaga pendidika membuang

sampah pada tempatnya dan membiasakan

anak didik utuk membuang sampah pada

tempatnya.

2. Guru dan tenaga pendidik kerja bakti

membersihkan sekolah bersama peserta

didik.

3. Mengajak siswa untuk untuk menanam

tumbuhan dan menjaganya.

4. Guru dan tenaga pendidik mengambil

sampah yang berserakan dan melakukan

piket kelas secara berkelompok untuk

membersihkan kelas.

5. Mengajak siswa untuk melakukan kerja bakti

6. Guru membiasakan hidup bersih.

7. Mengambil sesuatu di jalan yang dapat

mengganggu siapa saja yang lewat.

8. Tidak mengganggu dan merusak tanaman

yang ada di sekitar sekolah dan

menginstruksikan kepada siswa juga untuk

berbuat seperti itu.

Peduli sosial 1. Guru dan tenaga pendidik mengumpulkan

Page 97: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

97

setiap ada musibah dan bencana alam serta

untuk kegiatan soaial lainnya.

2. Melayat apabila ada orang tua atau wali

siswa yang meninggal dunia.

3. Guru dan tenaga pendidik membawa siswa

sakit untuk ditangani lebih lanjut oleh tenaga

medis.

4. Mengunjungi teman atau guru yang sakit.

Kejujuran 1. Melaporkan barang temuan kepada guru.

2. Guru dan tenaga pendidikan melakukan

melakukan penilaian secara objektif terhadap

siswa/siswi.

3. Menyediakan tempat bukti pembayaran uang

komite.

4. Membiasakan siswa untuk tidak curang

dengan atau mencontek.

5. Pendidik menepati janji kepada peserta didik

6. Guru mengakui kekeliruan yang terjadi

dengan bijak.

Cinta tanah air 1. Guru dan tenaga kependidikan melakukan

upacara dan peringatan hari besar nasional

dan daerah bersama peserta didik.

2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik

dan benar.

3. Memajang foto Presiden dan Wakil Presiden

serta lambing Negara.

Pembentukan akhlak seorang siswa tidak bisa dilakukan hanya di dalam kelas, namun

lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat sangat membantu untuk membentuk akhlak seorang

siswa. Hal ini karena akhlak memiliki ciri-ciri penting sebagai berikut:

Page 98: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

98

1. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat di dalam jiwa seseorang hingga

menjadi kepribadiannya.

2. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tifak

berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak

sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

3. Akhlak adalah perbauatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa

ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan

atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau

karena bersandiwara.

5. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlaks semata-mata karena Allah swt

bukan karena ingi mendapatkan pujian.165

3. Evaluasi hasil dan proses pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan

karakter.

Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut

tardif berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan. Evaluasi yang berarti pengungkapan dan pengukuran hasil

belajar itu, pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.166

Tahap terakhir dari implemntasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan

karakter adalah evaluasi pembelajaran, yaitu kegiatan untuk mengetahui perkembangan peserta

didik baik dari aspek akhlak maupun karakter pserta didik tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah dijelaskanan bahwa:

“Pihak yang dilibatkan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu kepala madrasah dan seluruh guru”167

Penjelasan di atas senada dengan yang diungkapkan oleh guru akidah akhlak bahwa:

165 Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bnadung, Pustaka Setia, 2010), h. 14166Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung, RemajaRosdakarya, 2001), h.

142167Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

Page 99: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

99

“Pihak yang berperan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu selain guru akidah akhlak sendiri, kepala madrasah dan guru mata pelajaran lain juga turut terlibat dalam kegiatan evaluasi pendidikan akhlak”168

Berdasrkan penjelasan di atas, bahwa kepala madrasah dan seluruh guru berperan serta

dalam evaluasi perencanaan pendidikan akhlak. Guru-guru berdiskusi untuk merumuskan akhlak

dan karakter-karakter yang akan ditanamkan pada diri siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru akidah akhlak bahwa:

“Evaluasi dilakukan dalam setiap proses pembelajaran dan di akhir semester setelah ujian berlangsung”169

Hal senada juga diungkapkan kepala madrasah bahawa:

“Evaluasi dari implemntasi pendidikan akhlak di akhir semester dan juga setiap hari di keseharian siswa. Setiap bertemu dengan guru, siswa selalu mengucapkan salam dan mencium tangan. Kemudian siswa juga setiap hari tanpa diinstruksikan, siswa langsung mengambil wudu dan mengerjakan salat zuhur berjamaah. Hal ini menggambarkan nilai-nilai religius telah tertanam pada diri siswa.”170

Beranjak dari deskrisi di atas, maka evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi

proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan dalam setiap proses pembelajaran. Sedangkan

evaluasi hasil dilakukan pada saat ujian semester.

Sementara itu, ada beberapa aspek yang dievaluasi berdasarkan wawancara dengan guru

akidah akhlak bahwa:

“Aspek yang dievaluasi yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.”171

Beranjak dari deskripsi di atas, jelaslah bahwa aspek evaluasi pendidik akhlak yaitu

aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa yang kesemuanya itu terangkum dalam proses

pembelajaran pendidikan akhlak itu sendiri.

Sementara itu berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah bahwa:

“Evaluasi di dalam kelas dilakukan oleh para guru mata pelajaran yang bersangkutan sementara di luar kelas yaitu tidak hanya guru mata pelajaran agama saja, akan tetapi kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain akan memberikan penilain tentang keberhasilan tertranamnya nilai-nilai pendidikan akhlak dan karakter.”172

168 Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017

169Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017

170Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017171Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1

Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017172Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017

Page 100: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

100

Berdasarkan penjelasan di atas, maka evaluasi tidak hanya dilakukan guru akidah akhlak

saja namun juga kepada kepala madrasah dan guru mata pelajaran yang lain turut berperan dalam

evaluasi pendidikan akhlak dan karakter khususnya di lingkungan madrasah.

Selanjutnya berkenaan dengan dengan peran dan keterlibatan kepala madrasah dalam

evaluasi pendidikan akhlak berdasarkan wawancara dengan kepala madrasah bahwa:

“Bahwa kepala madrasah juga ikut memberikan penilaian terhadap keberhasilan

implementasi pendidikan akhlak dengan melihat sikap dan tingkah laku siswa selama berada di

lingkungan madrasah .”173

Sementara itu, berdarkan wawancara dengan guru akidah akhlak bahwa:

“Proses evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran. Saya mengevaluasi dengan melihat proses pembelajaran. Contohnya nilai karakter percaya diri terlihat ketika siswa dengan semangat mempresentasikan salah satu materi pendidikan akhlak dihadapan teman-temannya. Kemudian setiap bertemu dengan guru siswa selalu mengucapkan dan mencium tangan guru. Ditambah lagi setiap hari siswa tanpa diperintah untuk salat , sudah bergerak untuk menuju masjid tanpa diperintah untuk salat. Sementara itu Evaluasi juga dilakukan di akhir semester dengan melakukan ujian akhir semester.”174

Beranjak dari deskripsi di atas maka proses evaluasi yang dilakukan melalui dua tahapan.

Pertama, evaluasi harian yang dilakukan guru akidah akhlak dalam setiap proses pembelajaran.

Kedua, evaluasi semester yang dilakukan setiap akhir semester.

Sementara itu terkait dengan tindak lanjut, berdasrkan wawancara dengan guru akidah

akhlak bahwa:

“Tindak lanjut dari evaluasi pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan yaitu dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa agar kegiatan agama yang selalu dilakuakn di Madrasah seperti salat berjamaah dan selalu mengucapkan salam terus dilaksanakan di rumah”175

Berdasarkan desripsi di atas, maka tindak lanjut yang diberikan guru kepada siswa yaitu

dengan memberikan arahan dan bimbingan dan motivasi agar kegiatan-kegiatan positif yang

dilakukan di sekolah seperti mengucap salam, disiplin serta mengerjakan salat berjamaah selalu

di lakukan di rumah.

Menurut kepala madrasah bahwa pendidikan akhlak ini memiliki tujuan, yaitu:

173Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017174Marwiyah, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan

tanggal 5 Mei 2017175Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1

Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017

Page 101: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

101

“Untuk menanamkan akhlak yang baik pada diri siswa dengan Implementasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter, maka siswa akan membiasakan diri untuk bersikap dan bertingkah laku yang baik.”176

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa tujuan dari Implementasi pendidikan

akhlak dalam penegmbangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

adalah untuk menanamkan akhlak dan karakter yang baik dari siswa. Dengan penanaman akhlak

dan karakter ini diharapkan siswa terbiasa untuk bersikap dan bertingkah laku yang baik.

Sementara itu hasil dari evaluasi menurut guru akidah akhlak yaitu:

“Banyak perkembangan akhlak dan karakter siswa yang ditandai dengan sikap dan perilaku siswa yang semakin baik. Siswa sudah terbiasa untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru. Kemudian siswa juga lebih bersikap mandiri dan percaya diri dalam pembelajara di dalam kelas. Selain itu hal ibadah siswa sudah terbiasa untuk menjalan salat terutama salat zuhur dan ashar tanpa harus diperintah.”177

Beranjak dari penjelasan di atas terlihat bahwa perkembangan akhlak siswa bergerak

progresif menuju kebaikan. Hal ini dilihat dari sisi sosial, kegiatan pembelajaran dan ibadah

siswa. Dari sisi sosial siswa terbiasa untuk bersikap sopan santun dengan mengucapkan salam

kepada guru. Sedangkan dari sisi pemebelajaran siswa sudah terbiasa untuk mandiri dan percaya

diri. Sementara dari sisi ibadah terbiasa untuk menjalan salat.

Kesimpulan dari evaluasi pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter

di Madrasa Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, yaitu evaluasi yang dilakukan guru terbagi atas dua

bagian. Pertama guru melakuakn evaluasi harian dengan melihat sikap dan perilaku keseharian

siswa di dalam dan di luar kelas. Kedua, guru melakuakn evaluasi di akhir semester dengan

melakukan ujian semester.

176Ali Masran Daulay, Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, wawancara di Medan tanggal 4 Mei 2017177Marwiyah dan Kahirunnisa Boru Manik, Guru Bidang Studi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Negeri 1

Medan, wawancara di Medan tanggal 5 Mei 2017

Page 102: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada tiga temuan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Perencanaan yang dilakukan dalam mengimplementasikan pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter di Madrasah Aliyan Negeri 1 Medan bahwa

perencanaan dilakukan dilakukan di awal tahun ajaran dan di awal semester. Pada tahun

ajaran, perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti

program tahunan, program semester, silabus. Sedangkan perencanaan di awal semester

lebih memfokuskan pada mempersiapkan RPP, Jadi, sebelum memberikan pelajaran,

guru telah mempersiapkan perencanaan pembelajaran berupa silabus dan RPP dari materi

yang akan diajarkan dengan tetap mencantumkan nilai-nilai akhlak dan karakter yang

akan ditanamkan di setiap RPP. Pihak yang berperan dalam proses perencanaan

pendidikan akhlak yaitu kepala sekolah, guru pendidikan akhlak dan guru mata pelajaran

Page 103: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

103

yang lain. ada beberapa aspek yang direncanakan diantaranya yaitu Tenaga pendidik,

kegiatan belajar mengajar, dan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan.

Dalam kegiatan belajar, kepala sekolah menginstruksikan kepada setiap guru untuk

memasukkan nilai pendidikan aenkhlak dan juga mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan

karakter dalam setiap pelajaran dan saling bertukar pikiran mengenai pengintegrasian

pendidik akhlak dan karakter dalam setiap pelajaran. Selanjutnya guru-guru

bermusyawarah untuk menentukan nilai-nilai akhlak dan karakter yang akan ditanamkan

ada beberapa nilai karakter yang akan dikembangkan guru akhlak dalam kegiatan

pendidikan akhlak yaitu niali religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, rasa ingin

tahu, semagat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca, peduli

sosial.

2. Strategi dalam melaksanakan Pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan

karakter di Madrasah Negeri 1 Medan Strategi penerapan pendidikan akhlak dalam kelas,

berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, pembelajaran pendidikan

akhlak di dalam kelas ditempuh dengan model pembelejaran langsung atau disebut

dengan direct instruction atau active learning. Peneybutan ini mengacu pada gaya guru

yang terlibat langsung aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada pesrta didik dan

mengajarkannya secara langsung kepada selurh kelas teor pendukung pembelajaran ini

adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial.

3. Evaluasi hasil dan proses pelaksanaan pendidikan akhlak dalam pengembangan

pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, bahwa Evaluasi dari

implemntasi pendidikan akhlak di akhir semester dan juga setiap hari di keseharian siswa.

Setiap bertemu dengan guru, siswa selalu mengucapkan salam dan mencium tangan.

Kemudian siswa juga setiap hari tanpa diinstruksikan, siswa langsung mengambil wudu

dan mengerjakan salat zuhur berjamaah. Hal ini menggambarkan nilai-nilai religius telah

tertanam pada diri siswa. Evaluasi tidak hanya dilakukan guru akidah akhlak saja namun

juga kepada kepala sekolah dan guru mata pelajaran yang lain turut berperan dalam

evaluasi pendidikan akhlak dan karakter khususnya di lingkungan madrasah. Proses

evaluasi dilaksanakan setiap hari dalam proses belajar dan pembelajaran. Saya

mengevaluasi dengan melihat proses pembelajaran. Contohnya nilai karakter percaya diri

terlihat ketika siswa dengan semangat mempresentasikan salah satu materi pendidikan

Page 104: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

104

akhlak dihadapan teman-temannya. Ditambah lagi setiap hari siswa tanpa diperintah

untuk salat , sudah bergerak untuk menuju masjid tanpa diperintah untuk salat. Sementara

itu Evaluasi juga dilakukan di akhir semester dengan melakukan ujian akhir semester.

Pihak yang berperan dalam proses evaluasi pendidikan akhlak yaitu selain guru akidah

akhlak sendiri, kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain juga turut terlibat dalam

kegiatan evaluasi pendidikan akhlak

B. Saran-saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran-saran

kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam impelemntasi layanan konseling Islami sebagai

berikut:

1. Kepala Madrasah untuk bisa terus meningkatkan pendidikan akhlak dalam

pengembangan pendidikan karakter. di Madrash Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan.

2. Kepada guru-guru bidang studi untuk bisa mengembangkan nilai-nilai krakter dalam

melaksanakan pendidikan akhlak. Dan juga lebih mengembangkan metode dan startegi

dalam mengajar.

3. Kepada para akademis untuk terus mengkaji konsep dan implementasi pendidikan akhlak

dalam mengambangkan pendidikan karakter sehingga siswa bisa tumbuh dan

berkembang sesuai dengan pendidikan Islam.

Page 105: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

105

Page 106: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

106

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai-nilai Karakter. Cet. 2 Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Pustaka Setia, 2009

Ahmadi, Abu, Dasar-dasar Pendidikan Dalam IslamJakarta: Bumi Aksara, 1991

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet, 2 Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015

__________ (ed), Pendidikan dan Psikilogi Islami, Cet 1 Bandung: Citapustaka Media, 2007

__________, Percikan Pemikiran Pendidikan dari Filsafat Hingga Peraktik Pendidikan, Cet 1 Bandung: CitaPustaka Media Perintis, 2009

Al-Shaibany, Oemar Mohammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Ali, Yunasril, Perkembambangan Pemikiran Falsafah dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Aminuddin, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum Bogor: Ghalia Indonesia, 2002

Aminuddin,et, al., Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama Islam, Cet: 1 Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Terj Farid Ma’ruf, Cet. 8 Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Anwar, Rosihon, Akidah Akhlak. Cet, 1 Bandung: Pustaka Setia, 2008

Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. 1 Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penenlitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet 14 Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Asari, Hasan (Ed), Hadis-hadis Pendidikan, Cet. 2 Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2014______________, Nukilan Pemikiran Klasik Gagasan Pendidikan Abu Hamid Al-Ghazali, Cet. 1

Medan: IAIN PRESS, 2012

AS, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Cet 1 Jakarta: Rajawali Pers, 1992

Bakar, Rosdiana A., Pendidikan Suatu Pengantar, Cet. 2 Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penenlitian Kualitatif, Cet I Jakarta: Rineka Cipta, 2008Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Persfektif Filsafat Jakarta: Prenada Media Group,

2014

Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Karakter Cet. 1 Medan: Manhaji, 2016

Page 107: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

107

Daradjat, Zakiah,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Cet. 2 Jakarta: CV Ruhama, 1995

Djatnika, Rahmat, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia) Surabaya: Pustaka Islam, tt

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1991

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Cet 10 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cet 2 Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002

Kunandar, Guru Profesional Jakarta: Rajawali Press, 2007

Madjid, Nurcholis, Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat Jakarta: Paramadina, 2000

Mahjuddin, Akhlak Tasawuf Jakarta: Kalam Mulia, 2009

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. 18 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000

Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Cet 2 Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001

____________, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat Jakarta: Rajawali Pers, 2012

____________, Akhlak Tasawuf Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 8 Jakarta: Kalam Mulia, 2010

Ridwan Abdullah Sani, Pendidikan Karakter di Pesantren, Cet 1 Bandung,:Citapustaka Media Perintis, 2011

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam, Membangun Konsep Islami Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2015

Sitorus, Masganti, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam Medan: IAIN Press, 2011

Sukadinata, Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, Cet II Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cet. 2 Bandung: Remaja: Rosdakarya, 2013

Suyanto, Pendidikan Karakter, Teori dan Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2016

Suwarno, Wiji, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,Jogjakarta: AR-RUZZ, 2006

Syukur, M. Amin, Pengantar Studi Islam. Cet: 2 Semarang: Pustaka Nuun, 2010

Syafaruddin, et, al., Inovasi Pendidikan, Cet 2 Medan: Perdana Publishing, 2013

Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan. Cet 1 Jakarta: Kencana, 2013

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 1 Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012

Page 108: repository.uinsu.ac.idrepository.uinsu.ac.id/4276/1/Thesis fIX.docx  · Web viewPenelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi pendidikan akhlak di Madrasah

108

Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUD RI NO. 2 Tahun 1989) Dan Peraturan Pelaksanaannya, Cet. 4 (Jakarta, Sinar Grafika, 1993

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yunus,Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Cet 2Jakarta: Hidakarya Agung, 1978

______________, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. 3 Jakarta: Hidaya Karya, 1981

Ya’qub,Hamzah, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar) Cet 2 Bandung:Diponegoro, 1983

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan Cet. 2 Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012

B. Jurnal

Husaini, Pembinaan Pendidikan Karakter, dalam Jurnal Kependidikan dan Ke-Islaman TARBIYAH, Vol, XXI, 2014

Ismail Sukardi, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Agama (Persfektif Islam), dalam Jurnal Kependidikan dan Keislaman TARBIYAH, Vol, XX, 2013.

Silahuddin, Pendidikan dan Akhlak (Tinjaun Pemikiran Imam al-Ghazali) , dalam Jurnal Kependidikan dan Keislaman TARBIYAH, Vol XXIII No. 1 2016.

Reflinda, Pendidikan Akhlak/Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikn Islam, dalam Jurnal AL-IRSYAD, Vol II 2013.

Rosnita, Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini Menurut Ibnu Miskawaih, dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman MIQOT, Vol XXXVII, No. 2 2013

C. Tesis

Bobi Erno Rusadi “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas As-Syafiiyah Medan” Tesis, Program Pascasarjana UIN-SU Medan 2014

Muhammad Arifin Jahari “Pendidikan Akhlak Pada Kisah Maryam Dalam Alquran” Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan, 2013

Rahmadani Lubis “Pendidikan Akhlak Melalui Kisah-Kisah Teladan di Yayasan Pendidikan RA El-Hidayah Kecamatan Sunggal” Tesis, Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Islam IAIN SU Medan , 2014

Rahmawati Gultom, Model Pendidikan Karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Bunayya Padangsedempuan,Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam, IAIN-SU, 2013

Zailani “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut A.R Fachrudddin” Tesis, Program Pascasarjana Pendidikan Islam IAIN SU Medan, 2013