bahan ujian penhum 2
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
1/9
Pertemuan ke-8
ARGUMEN DEDUKTIF ATAU SILOGISME
Penalaran merupakan tahap ke-3 dalam rangkaian gerak kerja akal budi
manusia. Setelah manusia memahami secara sederhana dan merangkai pengertian-
pengertian yang didapat, kini ia menghubungkan proposisi-proposisi yang dihasilkan
dalam bentuk proposisi baru yang disebut dengan argumen. Argumen terdiri dari
proposisi anteseden (penyebab) dan proposisi konsekuen (akibat atau kesimpulan).
Proposisi anteseden dijadikan landasan atau dasar berupa premis untuk memunculkan
proposisi konsekuen tadi sehingga didapatlah sebuah kesimpulan.
Penalaran yang dibahas disini adalah penalaran atau inferensi yang sifatnya
tidak langsung. Sering dalam sehari-hari kita mendengar orang menyimpulkan sesuatu
seakan sifatnya langsung. Misalnya Joni adalah mahasiswa, jadi Joni adalah orang
yang kritis. Padahal, dalam contoh tersebut ada satu premis yang tidak diungkapkan
secara jelas yakni semua mahasiswa adalah orang yang kritis.
Bentuk Logis yang diuraikan dari contoh diatas adalah sebagai berikut:
Semua mahasiswa adalah orang yang kritis
Joni adalah mahasiswa
Jadi, Joni adalah orang yang kritis
Penalaran tidak langsung atau dikenal dengan Silogisme adalah bentuk
penalaran yang terjadi dengan menarik kesimpulan dari dua premis yang merupakan
proposisi anteseden. Dengan demikian silogisme selalu tersusun atas tiga buah
proposisi dimana dua berkedudukan sebagai premis dan satu proposisi lainnya sebagai
kesimpulan. Penalaran ini juga merupakan bentuk argumen deduktif berdasarkankriteria penentuan validitas dan kesimpulan yang sudah tersirat di dalam premis-
premisnya.
Dari uraian sebelumnya kita tahu bahwa proposisi selalu terdiri dari term subyek
dan predikat. Dengan demikian karena silogisme terdiri dari tiga proposisi dan 6 term.
Keenam term dalam contoh di atas adalah kata mahasiswa, Jonidan orang yang kritis
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
2/9
yang masing-masing muncul dua kali. Dari term-term tersebut hanya satu term yang
muncul dua kali di dalam premis yakni mahasiswa. Term yang muncul hanya di dalam
premis dinamakan Term Tengah (Middle Term) dan dilambangkan dengan huruf M.
Term yang berkedudukan sebagai predikat dinamakan sebagai Term Mayor (Major
Term) dan dilambangkan dengan huruf P. Term yang berkedudukan sebagai term
subyek dinamakan dengan Term Minor (Minor Term) dan dilambangkan dengan huruf S.
[Premis Mayor] Semua mahasiswa adalah orang yang kritis
M P
[Premis Minor] Joni adalah mahasiswa
S M
[Kesimpulan] Jadi, Joni adalah orang yang kritis
S P
Premis yang memuat term mayor dinamakan Premis Mayor sedangkan Premis
yang memuat term minor dinamakan dengan Premis Minor. Dengan demikian secara
formal silogisme terdiri dari enam unsur yakni term tengah, term mayor, term minor,
premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Lantas bagaimana kita bisa tahu sebuah silogisme itu sudah tepat? yang
menjadi ukuran dalam melihat sebuah silogisme adalah validitas atau kesahihannya.
Artinya sebuah silogisme harus bisa dinilai valid atau tidak valid. Sah atau tidak sah
merupakan penilaian yang hitam putih sehingga membutuhkan aturan-aturan yang
sifatnya baku dan harus dipatuhi. Hal ini memperlihatkan bahwa silogisme adalah
bentuk penalaran yang merupakan argumen deduktif
ATURAN DASAR SILOGISME
Dalam menganalisis silogisme, pertama-tama kita harus mengikuti aturan dasar
terlebih dahulu. Aturan Dasar Silogisme tersebut adalah (1) Silogisme terdiri dari tiga
proposisi, (2) setiap proposisi dirumuskan dalam bentuk proposisi A, E,I atau O dan (3)
setiap silogisme hanya memuat tiga term.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
3/9
Silogisme harus tersusun dalam bentuk tiga proposisi, meski tidak jarang
pengungkapannya tidak lengkap sehingga yang eksplisit hanya dalam bentuk dua
proposisi seperti contoh Joni adalah mahasiswa, jadi Joni adalah orang yang kritis.
Padahal, dalam contoh tersebut ada satu premis yang tidak diungkapkan secara jelas
yakni semua mahasiswa adalah orang yang kritis. Hal ini dinamakan dengan
Enthymeme atau pengungkapan silogisme dimana salah satu premis atau
kesimpulannya tidak dikemukakan secara jelas.
Setiap Proposisi dalam Silogisme harus berbentuk A, E,I atau O. Jika dalam
sebuah premis sebelumnya diketahui proposisi tersebut belum berbentuk A,E,I,O maka
harus diubah terlebih dahulu.
Setiap Silogisme hanya memuat tiga term (bahaya ekuivokasi). Lebih atau
kurang dari tiga term maka silogisme tersebut tidak memenuhi Aturan Dasar nomor 3 ini.
Misalnya, semua kijang adalah hewan pemakan rumput. Oleh karena kijang
adalah mobil, maka mobil adalah adalah hewan pemakan rumput. Dalam silogisme
tersebut terdapat jumlah term yang lebih dari tiga yakni kijang [binatang], kijang
[kendaraan], mobildan hewan pemakan rumput.
AKSIOMA SILOGISME
Setelah Aturan Dasar terpenuhi maka yang harus diuji validitasnya adalah
dengan menggunakan Aksioma Silogisme yakni (1) sekurang-kurangnya term tengah
harus didistribusi, (2) term yang di dalam kesimpulannya didistribusi maka harus
didistribusi juga di dalam premisnya, (3) sekurang-kurangnya satu premis harus positif,
(4) jika salah satu premis negatif maka kesimpulan juga harus negatif, (5) jika kedua
premis positif maka kesimpulan juga harus positif.
Dari aksioma diatas maka diketahui bahwa aksioma no. 1 dan 2 adalah aksioma
tentang distribusi term sedangkan aksioma no. 3, 4 dan 5 adalah tentang kualitas term.
DALIL SILOGISME
Jika Aksioma sudah terpenuhi maka yang harus diuji kemudian adalah Dalil
Silogisme yakni (1) Sekurang-kurangnya satu premis harus universal, (2) Jika salah satu
premisnya partikular, maka kesimpulan juga partikular, (3) Jika premis mayornya
partikular, maka premis minornya harus positif.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
4/9
Dalil Silogisme berbeda dengan aksioma silogisme karena dalil harus dibuktikan
berdasarkan aksioma sedangkan aksioma sendiri dijabarkan dari definisi silogisme.
Dari penjelasan diatas, maka pembuktian terhadap validitas sebuah silogisme
dilakukan melalui pemeriksaan terhadap Aturan Dasar, Aksioma dan Dalil Silogisme
secara berurutan. Jika dalam Aturan Dasar tidak ditemukan pelanggaran maka
pemeriksaan berlanjut kepada Aksioma dan seterusnya. Akan tetapi jika Aturan Dasar
sudah dilanggar maka silogisme tersebut sudah tidak valid tanpa perlu melanjutkan
pemeriksaan ke tahap berikutnya.
BENTUK SILOGISME
Silogisme sendiri dibedakan menurut bentuknya berdasarkan kedudukan term
tengah (M) di antara proposisi-proposisi yang mewujudkan silogisme yang
bersangkutan. Atas dasar kedudukan term tengah (M) tersebut maka terdapat empat
bentuk silogisme yakni:
Bentuk I M P
S - M
-----
S - P
Bentuk I adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis mayor
berkedudukan sebagai subyek dan di dalam premis minor berkedudukan sebagai
predikat.
Bentuk II P M
S M
------
S P
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
5/9
Bentuk II adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis
mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat.
Bentuk III M P
M S
------
S P
Bentuk III adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis
mayor maupun minor berkedudukan sebagai subyek.
Bentuk IV P M
M S
------
S P
Bentuk IV adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis
mayornya berkedudukan sebagai predikat sedangkan di dalam premis minor
berkedudukan sebagai subyek.
Dari keempat bentuk diatas maka dapat juga kita lihat bahwa (1) term Tengah
hanya muncul di dalam premis-premis saja dan (2) kesimpulan selalu terdiri dari subyek
dan predikat.
CORAK SILOGISME
Corak silogisme adalah kombinasi wujud yang dihasilkan berdasarkan kuantitasdan kualitas dari proposisi-proposisi yang membentuknya. Dalam proposisi majemuk
yang kita pelajari sebelumnya terdapat 16 kemungkinan kombinasi proposisi yang
mewujudkan silogisme yakni: AA, AE, AI, AO, EA, EE, EI, EO, IA, IE, II, IO, OA, OE, OI,
OO.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
6/9
Pada setiap kombinasi proposisi tersebut huruf pertama melambangkan
proposisi yang berkedudukan sebagai premis mayor dan huruf kedua melambangkan
proposisi yang berkedudukan sebagai premis minor. (misalnya semua mahasiswa
membolos dan ada yang tidak membolos, maka proposisi pertama adalah bentuk A dan
kedua adalah bentuk O).
Meski demikian tidak semua dari keenam belas proposisi tersebut dapat
menghasilkan kombinasi yang valid. Berdasarkan Aksioma no.3 (sekurang-kurangnya
satu premis harus positif) maka kombinasi EE, OE dan OO tidak dapat menghasilkan
silogisme yang valid.
Berdasarkan Dalil no. 1 (sekurang-kurangnya satu premis harus universal) maka
kombinasi II, OI dan IO juga tidak dapat menghasilkan kombinasi yang valid.
Berdasarkan Dalil no.3 (jika premis mayornya partikular, maka premis minornya harus
positif) maka kombinasi IE dan OE juga tidak dapat menghasilkan silogisme yang valid.
Dengan demikian kombinasi proposisi-proposisi majemuk tradisional tersebut
hanya dapat menghasilkan silogisme yang valid dengan 8 buah kombinasi AA , AE, IO,
AI, EA, EI, IA, OA.
Bagaimana dengan corak kombinasi Silogisme dari inferensi tidak langsung?
Diketahui ada 64 bahkan 256 kemungkinan yang bisa terjadi bila dibandingkan dengan
16 kemungkinan kombinasi proposisi majemuk tradisional seperti diatas. Akan tetapi
berdasarkan aturan khusus dari masing-masing bentuk silogisme maka hanya ada 19
corak yang merupakan kombinasi terkuat yang dapat menghasilkan silogisme secara
valid.
Dalam Bentuk I (MP, SM, SP) memiliki aturan bahwa (1) Premis Minor harus
positif dan (2) Premis Mayor harus Universal. Jadi corak silogisme yang valid adalah
AAA, AII, EAE dan EIO
Dalam Bentuk II (PM, SM, SP) aturannya adalah (1) salah satu premis harus
negatif dan (2) Premis Mayor harus Universal. Jadi corak silogisme yang valid adalah
AEE, EAE, EIO dan AOO.Dalam Bentuk III (MP, MS, SP) aturannya adalah (1) Premis Minor harus positif
dan (2) Kesimpulan adalah partikular. Jadi corak silogisme yang valid adalah AAI, AII,
IAI, EAO, EIO dan OAO
Dalam bentuk IV (PM, MS, SP) aturannya adalah (1) Premis Mayor harus
Universal jika salah satu premis negatif, (2) Premis Minor harus Universal jika Premis
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
7/9
Mayor positif dan (3) kesimpulan harus partikular jika Premis Mayor positif. Jadi corak
silogisme yang valid adalah AAI, AEE, EAO, EIO dan IAI
Bentuk I II III IV
Premis Mayor M P P M M P P MPremis Minor S M S - M M S M SKesimpulan S - P S - P S P S - P
Corak AAA, AII, EAE,
EIO
AEE, EAE,
EIO, AOO
AAI, AII,IAI,
EAO, EIO,
OAO
AAI, AEE, EAO,
EIO, IAI
Dari tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa (1) ada corak yang hanya
muncul satu kali dalam satu bentuk sehingga menjadi ciri khas bentuk yang
bersangkutan, misalnya corak AAA hanya muncul dalam bentuk I, AOO hanya terdapat
dalam bentuk II, OAO hanya ada dalam bentuk III, (2) ada corak yang muncul dalam
semua bentuk yakni EIO, (3) Bentuk I dianggap sebagai bentuk silogisme yang
sempurna dan lengkap untuk mengemukakan argumen karena kesimpulan yang
dihasilkan memiliki corak dari keempat proposisi baik A, E, I maupun O, (4) Bentuk II
dianggap sebagai bentuk yang tepat untuk mengemukakan penyangkalan atau negasi
karena corak yang dihasilkan dalam kesimpulannya selalu dalam proposisi negatif yakni
E dan O, (5) Bentuk III selalu memiliki kesimpulan dengan proposisi partikular.
BEBERAPA ISTILAH PELANGGARAN TERHADAP VALIDITAS SILOGISME
Istilah Keterangan
Quarternio Terminorum Melanggar Aturan Dasar no.3
Kesesatan Term Tengah Melanggar Aksioma no. 1
Kesesatan Term Mayor Melanggar Aksioma no.2
Kesesatan Term Minor Melanggar Aksioma no.2
Kesesatan Premis Negatif Melanggar Aksioma no.3
LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR PENENTUAN VALIDITAS
ARGUMEN DEDUKTIF
1. Apakah argumen yang dihadapi itu adalah argumen deduktif (silogisme) atau
argumen induktif?
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
8/9
2. Jika Silogisme, apakah sudah dirumuskan dalam bentuk proposisi tradisional
atau sederhana? Jika belum, rumuskanlah terlebih dahulu!
3. Apakah sudah tersusun menurut urutan: Premis Mayor, Premis Minor dan
Kesimpulan? Jika belum, urutkanlah terlebih dahulu dengan melihat kata
penunjuk yang ada. Kesimpulan ditentukan biasanya dengan kata seperti karena
itu, dengan demikian, jadi, maka. Sedangkan premis ditentukan dengan kata
seperti karena, sebab, berhubung, dan.
4. Periksalah apakah jumlah term kurang atau lebih dari tiga. Jika kurang atau lebih
maka silogisme tersebut sudah melanggar Aturan Dasar no. 3 atau Quarternio
Terminorum dan simpulkan bahwa silogisme tersebut tidak valid.
5. Jika Aturan Dasar terpenuhi maka periksalah dengan Aksioma untuk melihat
pelanggaran-pelanggaran yang mungkin terjadi. Jika Aksioma tidak terpenuhi
karena melanggar kesesatan baik no 1, 2 dan 3 maka nyatakan silogisme
tersebut tidak valid.
6. Periksalah lebih lanjut dengan Dalil silogisme untuk membuktikan lebih lanjut
validitas silogisme tersebut.
Latihan
Analisis dan tentukanlah validitas pernyataan-pernyataan di bawah ini dalam bentuk
silogisme, dengan memperhatikan (1) aturan dasar, (2) aksioma dan (3) dalil
silogisme. Jika masih berupa enthymema, ubahlah menjadi silogisme terlebih
dahulu.
1. Tidak ada orang yang pernah merasa bersalah. Oleh karena hampir setiap orang
pernah berbuat salah, maka beberapa orang yang pernah berbuat salah tidak
pernah merasa bersalah.
2. Beberapa pekerja tidak memiliki asuransi dan tidak ada pekerja yang tidak
mendapat gaji, jadi beberapa yang mendapat gaji adalah tidak memiliki
asuransi.
3. Dokter ahli jiwa bertugas di rumah sakit jiwa dan pasien sakit jiwa dirawat di
rumah sakit jiwa, sehingga pasien rumah sakit jiwa sama dengan dokter ahli
jiwa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA
-
8/2/2019 bahan ujian penhum 2
9/9
4. Berolahraga adalah baik untuk kesehatan. Kakak saya berolahraga jadi kakak
saya adalah baik untuk kesehatan.
5. Tidak semua orang bercita-cita menjadi pilot dan beberapa orang tidak mampu
melihat sehingga mereka yang tidak mampu melihat adalah bercita-cita menjadi
pilot.
6. Tsunami di Aceh memiliki tinggi 8 meter dan Tsunami di Krakatau memiliki tinggi
100 meter jadi Tsunami di Krakatau tidak sama dengan Tsunami di Aceh.
7. Tidak satupun mahasiswa rela mendapat nilai jelek dan beberapa mahasiswa
rajin belajar. Oleh karenanya, beberapa yang rajin belajar tidak rela mendapat
nilai jelek.
8. Hujan deras mengakibatkan banjir. Pasang air laut mengakibatkan banjir, jadi
pasang air laut sama dengan hujan deras.
9. Belajar di universitas kita adalah hal yang terbaik. Semua orang suka hal yang
terbaik, jadi semua orang harus belajar di universitas kita.
10. Semua tikus tidak suka kucing dan beberapa tikus tidak takut anjing jadi
beberapa yang tidak takut anjing adalah tidak suka kucing.
11. Semua jalan di Jakarta tidak lepas dari kemacetan, jadi beberapa yang rawan
banjir tidak lepas dari kemacetan.
12. Semua tindakan pemerintah di indonesia adalah usaha untuk mengakhiri
terorisme, dengan demikian semua tindakan pemerintah di Indonesia harus
didukung oleh setiap bangsa.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Fernando Rahadian Srivanto, MSi
DSAR-DASAR LOGIKA